Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 33 - Part 33 : Hari Pertama di Kapal

Chapter 33 - Part 33 : Hari Pertama di Kapal

Perlahan Naya berjalan mendekati antrean panjang para penumpang yang akan masuk ke dalam kapal. Naya berdiri dalam antrean terakhir menuju ke dalam kapal besar yang bersandar di dermaga pelabuhan.

"Apa benar ini antrean penumpang kapal yang akan aku naiki?" tanya Naya dalam hati.

"Sepertinya benar. Karena, di ruang tunggu ini tidak ada lagi antrean yang lain. Kecuali, yang ada di hadapanku saat ini."

"Mudah-mudahan saja benar."

Naya pun terus berjalan mengikuti para penumpang yang telah mulai masuk ke dalam kapal. Meskipun Naya merasa ada sesuatu yang mengganjal. Tapi, dia berusaha menyakinkan hatinya. Kalau sekarang ini dia berada di barisan antrean yang tepat.

Walaupun dia juga masih merasa heran, karena tidak ada satu pun orang berseragam petugas pelabuhan yang memeriksa seluruh penumpang yang akan berangkat.

"Kenapa tidak ada petugas yang memeriksa tiketku?"

"Kenapa juga seluruh barang bawaan tidak melalui pemeriksaan kelayakan barang?"

"Kenapa, yah?"

"Oh, mungkin saja karena masih terlalu pagi. Jadi, para petugas tidak disiagakan!"

Naya pun memeriksa jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam masih menunjukkan pukul 03.55 wib. Lima menit sebelum kapal berangkat. Naya sudah keluar dari ruang tunggu. Dan kini sudah berdiri tepat di bawah anak tangga kapal.

Saat Naya akan mengangkat kakinya untuk menaiki anak tangga.

Tiba-tiba, dia mendengar suara wanita memanggilnya.

"Naya...........!"

"Naya...........!"

"Naya.........!"

Naya pun menghentikan langkahnya dan menengok kesana kemari mencari suara wanita yang memanggilnya. Ternyata, Naya melihat sosok wanita berbaju putih berdiri di pintu keluar ruang tunggu. Dia melambai-lambaikan tangannya kepada Naya. Sesaat jantung Naya terasa berhenti berdetak. Naya terkejut melihat kehadiran sosok wanita berbaju putih untuk yang kedua kalinya.

"Kenapa dia hadir kembali di sini?"

"Apa maksudnya?"

"Aku tetap naik atau.....!"

Tiba-tiba saja terdengar sirine kapal berbunyi. Dan seluruh penumpang telah naik semua. Kecuali, Naya yang masih berdiri di anak tangga kapal sambil memandangi sosok wanita berbaju putih.

Saat Naya melihat pintu kapal akan tertutup, dengan cepat Naya berlari naik ke atas. Dan akhirnya, Naya pun dapat masuk ke dalam kapal tepat waktu.

Sirine kapal telah berhenti berbunyi. Dan pintu kapal pun telah tertutup. Perlahan-lahan Naya melangkah masuk ke dalam kapal besar yang mulai berjalan. Kapal besar yang memiliki tujuh dek itu dibagi lagi menjadi beberapa ruangan-ruangan besar.

Naya terus berjalan naik ke dek 4 khusus penumpang kelas ekonomi. Dek 4 yang berisi beberapa tempat tidur tingkat disertai kamar mandi dan dapur. Saat itu hanya ditempati oleh beberapa penumpang yang terlihat sedang berbaring di atas tempat tidurnya masing-masing. Memang penumpang kelas ekonomi tidak begitu banyak dan dapat dihitung dengan jari.

Dengan teliti Naya memeriksa nomor tempat tidurnya yang sesuai dengan yang tertera di dalam tiketnya.

"Nah, ini nomor 313!" ucap Naya sambil tersenyum.

"Tapi, di sini aku tidak memiliki teman penumpang."

"Rasanya sepi sekali di dalam ruangan ini."

"Sepi dan dingin sekali AC nya."

Naya pun meletakkan tas ransel dan bawaan yang lainnya di atas tempat tidur. Lalu, dia duduk di sisi tempat tidur sambil memandangi keadaan di sekeliling ruangan yang akan ditempatinya selama beberapa malam.

"Bagaimana aku harus bertahan beberapa malam di sini?"

"Aku tidak mempunyai teman yang dapat diajak berbicara."

"Aku juga belum berkenalan dengan seorang pun di sini."

Naya terus berbicara sendiri di dalam hatinya. Sampai seorang wanita tua mengejutkannya.

"Kamu baru sampai yah, nak." Sapa wanita tua yang tiba-tiba saja sudah duduk di sebelah Naya. Sejenak Naya tersentak kaget melihatnya. Apalagi melihat raut wajahnya yang sangat pucat dan sedikit membiru.

"Yah benar, aku baru saja naik kapal ini!" tutur Naya pelan. Wanita tua itu pun tersenyum dingin.

"Hati-hati nak, di kapal ini banyak makhluk halusnya!"

"Hi....hi....hi....!" wanita tua itu pun tertawa.

"Apa?" tanya Naya terkejut.

"Kamu siapa?"

"Jangan coba-coba menakut-nakuti aku!" suara Naya meninggi. Tapi si wanita tua tidak membalas ucapan Naya. Dia hanya tersenyum lalu berdiri dan pergi begitu saja dari hadapan Naya yang menatapnya dengan tatapan kesal.

Setelah wanita tua itu berlalu dari hadapan Naya. Naya pun mencoba membaringkan tubuhnya di tempat tidur kapal. Rasa lelah yang dirasakannya membuatnya langsung terlelap dalam tidur.

Naya yang merasa baru saja terlelap. Tiba-tiba saja terbangun mendengar suara deburan ombak yang sangat kuat. Naya pun melihat jam tangannya. Ternyata jam tangannya sudah menunjukkan pukul 13.30 wib. Itu artinya sudah jam setengah dua siang.

Naya pun langsung beranjak dari tempat tidurnya. Dan berniat untuk berkeliling seputar kapal. Sambil menikmati deburan ombak yang menghentak-hentak kapal dengan sangat kuat.

Perlahan-lahan Naya berjalan menyusuri lorong-lorong kapal. Lalu, melangkah menaiki tangga kapal dan mencari pintu keluar. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Naya pun menemukan pintu keluar kapal.

Naya pun tersenyum senang, karena akhirnya dia bisa memegang engsel pintu dan membukanya perlahan. Namun, betapa terkejutnya Naya saat pintu kapal telah terbuka.

Ternyata, di luar langit sangat gelap. Bahkan sangat gelap, hingga Naya sedikit pun tidak dapat melihat warna deburan ombak yang tadi di dengarnya dari dalam ruangannya.

"Mengapa jam setengah dua siang langit sangat gelap?"

"Atau di luar sana sedang hujan?!"

"Sepertinya tidak, karena aku tidak mendengar suara petir menggelegar di langit."

"Atau sekarang ini sudah jam setengah dua malam."

"Kayaknya tidak juga."

"Jam tanganku masih berputar dengan normal."

"Lebih baik aku tanyakan langsung pada kru kapal."

Naya pun kembali menutup pintu kapal dan berniat mencari salah seorang anak buah kapal. Tapi, mendadak Naya menghentikan langkah kakinya.

"Oh ya, bagaimana aku bisa bertanya pada kru kapal. Sedari tadi aku berjalan, sekali pun aku tidak melihat keberadaan anak buah kapal di sekitar lorong kapal."

"Mengapa kapal ini begitu sepi?"

"Sebaiknya, aku cari saja anak buah kapal. Daripada aku hanya menebak-nebak seorang diri."

Naya pun kembali meneruskan langkah kakinya menyusuri lorong kapal yang terlihat begitu sepi dan lengang.

Benar saja, di beberapa lorong kapal yang telah dilewati Naya, tidak seorang pun kru kapal yang berhasil ditemuinya. Naya yang merasa lelah, akhirnya terduduk di anak tangga dek 5.

Naya yang termenung seorang diri, tiba-tiba dikejutkan dengan kemunculan beberapa anak kecil berkepala botak tanpa mengenakan baju. Anak-anak itu mentertawakan Naya yang memandangi mereka dengan tatapan heran.

"Kakak sesat, yah!"

"Tidak!" sahut Naya.

"Kakak sendirian, yah!"

"Hati-hati kak, di sini tidak ada yang sama dengan kakak!"

"Maksud kalian apa?"

"Hi.....hi.....hi.....hi.....!"

"Kenapa tertawa kalian aneh?"

"Karena, kami tidak sama dengan kakak."

"Pulanglah, kak!"

"Urusanku belum selesai."

"Tapi, kakak tersesat."

Naya pun terdiam mendengar jawaban anak-anak kecil itu yang sangat begitu aneh baginya.