Naya yang baru saja turun dari gerbong kereta api, berdiri tertegun di ruang tunggu. Matanya terus memandangi gerbong kereta baru yang tadi sempat dinaikinya.
"Mengapa aku bisa turun dari gerbong itu?" padahal perjalanan kereta api baru itu masih panjang." Naya berusaha mencari jawaban pada dirinya sendiri.
"Lalu, mengapa juga lenganku terasa ada yang menarik?" padahal aku tidak melihat siapapun ada di sebelahku."
"Mengapa juga perasaanku menjadi tidak tenang?" padahal tidak terjadi apapun terhadap diriku."
Naya yang masih sibuk dengan fikiran dan perasaan hatinya. Tiba-tiba dikejutkan dengan suara ledakan dahsyat yang ada di dekatnya. Betapa terkejutnya Naya, saat dilihatnya gerbong yang tadi dinaikinya ringsek dihantam oleh gerbong kereta yang melaju dengan kecepatan tinggi dijalur yang sama.
Naya yang masih berdiri tepat di depan gerbong kereta api baru, menjerit histeris.
"Tidakkkk.........!!!"
Air mata Naya langsung mengalir membasahi pipinya. Dan keringat dingin mengucur di sekujur tubuh Naya. Kaki Naya pun gemetar melihat tabrakan dahsyat yang terjadi di depan matanya. Mata Naya yang bulat membelalak terkejut tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
"Inikah jawaban dari semua yang ku lihat di layar televisi?!" gumam Naya dalam hati kecilnya.
Jantung Naya berdetak sangat kuat, saat dilihatnya lambaian tangan para penumpang yang terjepit di dalam gerbong. Para penumpang itu melambai memanggil-manggil Naya dan orang-orang yang berada di dalam ruang tunggu. Mereka berteriak, menangis, menjerit kesakitan dan ketakutan. Banyak di antara penumpang itu yang tewas seketika. Dan sebagian yang lainnya penuh dengan cipratan darah dari luka-luka yang mereka alami.
Naya yang masih berdiri tidak dapat mengangkat kakinya untuk memberikan pertolongan. Tubuh Naya terasa kaku untuk digerakkan. Naya merasa dirinya seperti mati rasa. Kemungkinan keterkejutannya yang membuatnya mengalami hal seperti itu. Dengan sekuat tenaga Naya berusaha untuk mengaktifkan gerakan tubuhnya. Namun, tetap tidak bisa. Naya hanya dapat berkata-kata melalui hati dan fikirannya. Mulut Naya pun menjadi sulit berbicara.
"Apa yang terjadi dengan diriku?"
"Mengapa aku seperti ini?"
"Bagaimana aku menolong para penumpang itu?"
"Aku harus dapat bergerak. Aku ingin menolong mereka semua."
Naya terus berusaha berteriak, agar tubuhnya dapat bergerak. Tapi, tetap saja tidak bisa. Naya hanya bisa memandangi para penumpang yang terjepit dalam gerbong sambil berdiri di ruang tunggu. Naya tidak tahan lagi melihat rintihan para penumpang itu. Akhirnya, Naya pun memejamkan matanya dalam keadaan berdiri.
Perasaan Naya saat itu dirinya seperti dituntun seseorang berjalan mendekati gerbong yang telah remuk karena tabrakan dahsyat itu. Naya pun merasa ditarik naik ke atap gerbong kereta api baru. Melalui atap itulah Naya bisa masuk ke dalam gerbong yang beradu dengan gerbong dari kereta lain.
Naya sudah berada di dalam gerbong yang 80% hampir hancur. Perlahan-lahan dia pun berjalan menyusuri lorong gerbong yang sangat sempit. Aroma bau busuk mayat terasa sangat menyengat di hidung Naya, hingga membuatnya harus menutup hidungnya. Rasa penasaran yang sedari tadi mengusiknya, mendadak berubah menjadi rasa takut. Takut melihat mayat-mayat penumpang yang terjepit oleh bangku-bangku kereta. Para penumpang itu mati dengan cara yang sangat tragis.
Naya sudah berjalan kembali dan semakin masuk ke dalam gerbong. Bau amis darah tercium dimana-mana. Naya merasa sangat mual dan ingin muntah. Tapi, kakinya masih saja berjalan menyusuri gerbong yang remuk itu.
"Bukankah ini gerbong yang tadi aku naiki?" ucap Naya dalam hati.
"Benar-benar hancur!"
Tiba-tiba, Naya menengok ke kanan dan kiri. Naya mendengar suara orang meminta tolong kepadanya.
"Tolong kami!"
"Lepaskan kami dari penderitaan ini!"
Naya pun melihat ke arah suara orang yang tadi meminta pertolongannya. Ternyata, separuh tubuh orang itu terjepit oleh bangku yang ada di depannya. Darah terus mengalir dari perutnya yang sobek. Naya pun menutup wajahnya. Dia tidak kuat melihat penderitaan orang itu. Tanpa berfikir lagi, Naya pun memberanikan menolong orang yang terjepit itu. Tapi, tidak bisa. Tangan Naya tidak bisa memegang tubuh orang itu.
"Ada apa ini?"
"Kenapa jadi seperti ini?"
Naya yang merasa kesal dengan keadaannya. Bertindak kasar dengan memukul-mukul tubuhnya. Hingga akhirnya Naya pun menyadari kekeliruannya. Dan kembali meneruskan langkahnya menyusuri lorong gerbong kereta api.
"Aaaaaaaa......!" teriak Naya. Saat dirasanya kakinya menginjak sesuatu yang tidak wajar.
Yah, baru beberapa langkah Naya berjalan. Tiba-tiba, ia dikejutkan dengan potongan-potongan tubuh yang tergeletak tepat di bawah kakinya. Naya pun mencoba menghindarinya. Tapi, tidak bisa karena banyaknya potongan-potongan tubuh yang berserakan di lantai lorong gerbong.
Naya pun merasa langkah kakinya semakin berat. Dia sudah tidak sanggup lagi berada di dalam gerbong kereta tersebut. Naya ingin secepatnya keluar dari dalam gerbong. Tapi, dia tidak tahu harus melewati jalan yang mana. Semuanya terhimpit badan gerbong dan mayat, serta potongan tubuh manusia. Belum lagi para penumpang yang masih terjepit di bangku-bangku gerbong. Rasanya sulit sekali Naya keluar dan hampir tidak mungkin.
Naya merasa menyesal karena terlalu menginginkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kesanggupannya. Terbayang oleh Naya saat dia melihat gerbong kereta api baru di layar televisi. Rasa penasaran yang memuncak menuntunnya mendatangi stasiun tempat kereta api baru diluncurkan. Dalam hati terdalam Naya menjerit menyesali langkahnya yang terlalu ingin tahu.
"Andai aku bisa menahan keinginan hatiku pada saat itu!"
"Andai aku bisa melihat nasibku sendiri!"
"Agar aku dapat menghindari kesulitan-kesulitan ini."
"Andai dan andai aku dapat melesat dengan cepat!"
"Aku akan tinggalkan tempat ini dan aku tidak akan menoleh ke belakang lagi!"
Naya yang merasa tidak akan ada yang dapat mengeluarkannya dari dalam gerbong. Tiba-tiba saja, Naya jatuh terlentang ke belakang. Ada seseorang yang telah dengan sengaja menabraknya hingga terjatuh dan terlentang di lantai. Naya pun mengusap matanya dan mencari tahu siapa yang telah menabraknya. Tapi, dia tidak melihat siapapun ada di sana.
"Hah! Aku bisa mengusap mataku lagi."
"Aku juga sudah bisa duduk di lantai."
Naya tersentak kaget dengan keadaannya sendiri. Ternyata, dia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya kembali. Setelah beberapa saat tubuhnya mati rasa.
Perlahan Naya pun berdiri dan berjalan mendekati bangku. Naya berusaha duduk di bangku ruang tunggu. Naya menengok ke sekelilingnya, ternyata sudah banyak bantuan yang datang menolong para korban tabrakan kereta api. Semua para korban dievakuasi oleh tim penyelamat. Sedangkan gerbong kereta api yang remuk diangkat menggunakan alat berat.
Naya melihat semua bantuan datang pada waktu yang tepat. Saat mata Naya tertuju pada gerbong di depannya. Naya sudah tidak lagi melihat lambaian tangan penumpang di dalamnya. Hanya saja Naya melihat sosok wanita berbaju putih duduk tersenyum di dalam gerbong kereta api baru. "Ternyata dia ada di sana." Ucap Naya dalam hati.