Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 25 - Part 25 : Lambaian di Kereta Api Baru

Chapter 25 - Part 25 : Lambaian di Kereta Api Baru

"Nay, Naya.......!"

"Kemarilah!" teriak ibu memanggil Naya yang sedang berada di dalam kamarnya.

Naya yang mendengar panggilan ibu langsung berlari menuju ke ruang tengah.

"Ada apa, bu?" tanya Naya yang masih berdiri sambil menyandar di dinding.

"Lihat itu!" tunjuk ibu ke layar televisi yang sedang ditontonnya.

Naya pun langsung duduk di sofa. Dan melihat gambar yang muncul di layar televisi.

"Oh, itu kan kereta api yang baru saja diluncurkan oleh pemerintah!"

"Kok, kamu tahu Nay!"

"Iyalah bu, itu kan berita terhangat minggu ini!"

"Pastinya aku tahu donk!" kata Naya sambil terus memandangi layar televisi.

"Kapan yah kita sekeluarga bisa mencoba naik kereta itu?" tanya ibu pada Naya yang masih tertegun memandangi layar televisi.

"Nay, kamu dengar tidak yang ibu katakan?" tanya ibu sambil memandangi wajah Naya yang terlihat tegang.

"Aku dengar, bu!"

"Tapi, aku seperti melihat ada gambar yang aneh muncul di layar televisi."

"Kamu jangan buat ibu takut deh, Nay!"

"Naya serius bu. Naya tidak menakut-nakuti ibu."

"Coba ibu perhatikan dengan seksama gambar kereta baru itu!"

Ibu pun menuruti apa yang dikatakan oleh Naya. Ibu mencoba mengamati dengan sangat jelas gambar kereta api yang muncul di layar televisi.

"Tidak ada sesuatu yang aneh!"

"Ada yang aneh, bu!"

"Gambar kereta apinya bagus kok, Nay."

"Bukan itu, bu!"

"Jadi, maksudmu apa?"

"Tapi, ibu jangan terkejut yah kalau aku mengatakan sesuatu!"

"Katakan saja!"

"Aku melihat banyak orang melambai-lambaikan tangannya ke arah kita."

"Ha.....ha.....ha.....!" mendadak ibu tertawa geli mendengar perkataan putrinya.

"Kamu kalau mau melucu bukan seperti itu, Nay!"

"Aku serius bu, aku tidak melucu."

"Tapi, ibu hanya melihat kereta api saja."

"Tidak bu, di dalam kereta api banyak orang yang melambaikan tangannya kepada kita!"

"Untuk apa?"

"Aku tidak tahu, bu!"

"Tapi, aku lihat mereka menangis dan sangat ketakutan."

"Bukan orang di televisi yang merasa ketakutan. Tapi, ibu yang takut mendengar cerita kamu."

"Aku bicara sungguhan, bu!"

"Sudahlah, sekarang kamu istirahat aja. Ibu mau memasak di dapur!"

"Baik, bu!"

Naya pun langsung beranjak meninggalkan ibu yang masih duduk di ruang tengah. Dan kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Apa yang harus ku kerjakan yah?" Naya terus memikirkan apa yang akan dibuatnya di dalam kamar.

"Semua tugas kuliah sudah diantar. Mau tidur siang tidak mengantuk. Trus, aku harus buat apa lagi?" tanya Naya pada hati kecilnya.

Setelah berfikir keras apa yang mesti dilakukannya, akhirnya Naya pun menemukan ide yang akan dilakukannya. Dengan cepat Naya merapikan tas ranselnya, lalu bergegas keluar dari kamarnya. Naya pun pergi ke dapur menemui ibunya.

"Bu, aku pergi dulu yah!"

"Kamu mau kemana, Nay?"

"Aku ada perlu sebentar, bu."

"Pergilah, hati-hati di jalan!"

"Baik, bu!"

Setengah berlari Naya pun langsung mengeluarkan motor kesayangannya. Dengan cepat Naya langsung memacu motornya menuju stasiun kereta api.

Hanya dalam beberapa menit saja, Naya sudah sampai di stasiun kereta api. Naya langsung membeli satu tiket kereta. Dan dengan cepat masuk ke dalam ruang tunggu. Naya pun duduk di ruang tunggu penumpang yang berada tepat di depan kereta api yang baru saja akan diluncurkan.

Naya yang sudah duduk di bangkunya, berusaha mengatur pernafasannya yang masih naik turun. Setelah merasa tenang, Naya pun memandangi dengan seksama kereta api baru tersebut.

"Di gerbong inilah aku melihat lambaian penumpang kereta yang berteriak dan menangis ketakutan."

"Tapi, gerbong ini masih kosong. Belum ada satu pun penumpang di dalamnya."

"Tapi.....bagaimana mungkin aku melihat para penumpang itu melalui layar televisi?!"

Naya yang merasa heran, kembali berdiri dan berjalan mendekati kereta baru itu. Naya menengok ke kaca jendela kereta.

"Benar-benar masih kosong!"

"Lalu, kenapa bisa aku membayangkan hal-hal yang tidak ada?" Naya terus bertanya-tanya dalam hatinya.

Naya pun kembali duduk di bangkunya.

"Biar aku tunggu di sini, sambil menulis di dalam blue diary!"

Naya pun mengutarakan isi hatinya ke dalam blue diary kesayangannya.

Diary.......

Aku merasa heran dengan diriku sendiri.

Aku melihat yang orang lain tidak melihatnya.

Aku melihat sesuatu yang aku tidak mengerti apa maksudnya.

Aku tidak sedang bermimpi.

Aku melihat itu semua dari layar televisi.

Diary.......

Tadi aku menonton berita tentang peluncuran kereta api baru di televisi.

Lalu, aku menyaksikan banyak para penumpang di dalam kereta api baru itu melambaikan tangannya kepadaku.

Para penumpang itu berteriak dan menangis.

Tapi, aku tidak mendengar apa yang diteriakkannya.

Padahal kata ibuku kereta api itu masih kosong.

Tapi, aku benar-benar melihatnya.

Ibu tidak mempercayai ucapanku.

Diary.......

Aku sangat penasaran dengan apa yang ku lihat di layar televisi.

Aku pun nekat datang ke stasiun ini dan membeli satu tiket kereta.

Sekarang ini aku sudah duduk di ruang tunggu.

Tepat di depan gerbong yang para penumpangnya melambaikan tangan mereka.

Tapi, kereta api baru ini masih kosong, tidak ada seorang penumpang pun di dalamnya.

Aku benar-benar melihatnya.

Aku tidak sedang mengkhayal.

Pertanda apakah ini diary?.

Tiba-tiba, sirine kereta api berbunyi dengan sangat kuat. Mendadak banyak para penumpang berdatangan dan langsung naik ke dalam kereta api yang baru diluncurkan. Naya yang kebingungan dengan keramaian di ruang tunggu. Langsung menutup blue diarynya. Dan tanpa disadari oleh Naya, dia pun ikut dalam barisan penumpang yang masuk ke dalam kereta api baru tersebut.

Naya yang sudah berada di dalam gerbong kereta api, langsung duduk di nomor bangku yang tertera di tiket yang tadi dibelinya. Semua penumpang yang berada di dalam gerbong kereta telah duduk di bangkunya masing-masing. Tidak ada pemandangan aneh yang terlihat oleh Naya. Semuanya terlihat biasa saja dan sangat tenang.

"Kenapa aku harus ikut naik dan duduk di dalam gerbong ini?"

"Bukankah gerbong ini yang aku lihat di layar televisi?"

"Tapi, semua penumpangnya bertingkah seperti aku juga. Tidak ada hal aneh ku temui di dalam gerbong ini."

Naya terus membayangi pemandangan yang dilihatnya di layar televisi. Dan bayangan dalam benak Naya mendadak buyar, saat didengarnya sirine kereta api kembali berbunyi.

Perlahan-lahan kereta api pun berjalan di atas relnya dan meninggalkan stasiun induk. Hanya dalam hitungan menit, kereta api sudah melaju dengan sangat kencang.

Naya yang semula khawatir dengan keadaan penumpang di kereta baru tersebut. Akhirnya, dapat merasa lega karena tidak ada sesuatu apapun yang aneh yang dirasakan oleh Naya selama berada di dalam gerbong itu.

Dengan tersenyum Naya terus melepas pandangannya keluar jendela. Stasiun pertama sudah disinggahi oleh kereta api baru tersebut. Dan kembali kereta melaju menuju stasiun kedua.

Tiba-tiba, Naya merasa lengannya ada yang menarik. Naya pun menengok ke sebelahnya. Tapi, tidak ada seorang pun penumpang kereta yang menarik lengannya. Tarikannya terasa sangat kuat, hingga Naya tidak dapat melepaskannya. Dengan terpaksa Naya membawa tas ranselnya. Dan mengikuti tarikan lengannya yang menariknya ke pintu keluar.

Saat kereta api berhenti sejenak di stasiun kedua, tarikan itu semakin kuat menarik lengan Naya untuk turun dan keluar dari gerbong kereta api baru. Naya pun dengan terpaksa mengikuti tarikan lengannya, hingga Naya berada di ruang tunggu.

Tanpa diduga oleh siapapun, tiba-tiba saja, sebuah kereta melaju dengan sangat cepat ke arah kereta api baru yang berada satu jalur dengan kereta api tersebut. Dan tabrakan dahsyat pun tidak dapat dielakkan lagi. Hingga gerbong kereta dengan gerbong kereta beradu dan remuk seketika. Dan pemandangan sangat tragis pun terpampang di depan mata Naya.

"Tidakkkk.........!!!!" jerit Naya histeris.