Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 24 - Part 24 : Akibat Membantah Sang Ibu

Chapter 24 - Part 24 : Akibat Membantah Sang Ibu

Sudah hampir pukul 18.00 wib, Naya masih berada di jalan. Tugas makalah yang menumpuk membuatnya harus berlama-lama berada di perpustakaan kampus. Naya yang terlihat letih masih tetap harus bersemangat membawa motornya. Karena, dia masih harus melewati satu lampu merah lagi sebelum akhirnya dia sampai ke rumah.

Setelah beberapa menit berhenti di lampu merah, akhirnya Naya pun dapat menggas motornya dengan cepat. Dan sampai di rumah dengan selamat.

Naya yang telah berada di halaman rumah, langsung berbaring di teras. Rasa letih yang ditahannya sejak tadi. Akhirnya, terbayar sudah dengan membaringkan tubuhnya di lantai teras. Naya merasa sangat menikmati suasana di teras rumah. Meskipun dia sendiri tidak tahu bagaimana pendapat orang, saat melihatnya berbaring di lantai teras rumah.

Dengan berbantalkan tas ransel. Dan angin petang yang mengipas wajahnya, membuat Naya tidak kuat menahan rasa kantuknya. Perlahan-lahan mata Naya pun mulai terpejam.

Tapi, baru saja Naya memejamkan matanya. Tiba-tiba, suara ibu mengejutkannya.

"Kapan kamu sampai, Nay?" tanya ibu heran, yang tiba-tiba saja melihat Naya sudah berbaring di teras rumah.

"Sudah beberapa menit yang lalu, bu." Jawab Naya yang kembali memejamkan matanya.

"Kenapa kamu tidur di sini?" ibu kembali bertanya pada sang putri.

"Aku malas masuk ke dalam, aku sangat letih bu."

"Tapi, kamu tetap tidak boleh tidur di sini!"

"Sebentar saja, bu!"

"Kamu harus masuk ke dalam rumah sekarang juga!"

"Aku tidak mau masuk rumah, bu!"

"Kamu lihat tuh!" tunjuk ibu ke langit.

Naya pun mengikuti arah telunjuk ibu yang mengarah ke langit.

"Ada apa dengan langit, bu?"

"Matahari sudah tenggelam, langit pun sudah mulai gelap."

"Ya, aku tahu."

"Nah, sekarang masuk dan tidur di kamarmu!"

"Aku tidak mengerti maksud ibu."

"Apa hubungannya langit mulai gelap dan memaksa aku harus cepat masuk ke dalam rumah?!"

"Dengar Naya, orang-orang di luar sana paling takut kalau saat seperti sekarang ini masih berada di depan rumah."

"Memangnya ada apa bu?"

"Karena, makhluk-makhluk lain akan mulai muncul di saat seperti ini."

"Ah, sudahlah ibu mau masuk dan menutup pintu dan jendela rumah!"

"Terserah kamu kalau masih mau berada di teras!"

"Iya, aku akan tetap berada di teras dan tidur di sini!"

"Aku tidak percaya hal-hal yang kata orang dan kata orang."

"Aku butuh bukti, walaupun aku juga penakut."

Ibu yang mendengar bantahan dari Naya langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Ibu tidak lagi memaksa Naya untuk masuk. Ibu justru menutup pintu dan jendela rumah. Dan membiarkan Naya tiduran di teras rumah. Karena, itu keinginan Naya sendiri.

"Aku tidak percaya ada ini dan itu, di rumahku sendiri." Gerutu Naya dalam hati.

Naya yang tidak mendengarkan perkataan ibunya, kembali berbaring di lantai teras rumah. Pandangan Naya kosong memandang ke langit. Langit saat itu memang belum terlalu gelap. Karena, matahari baru saja tenggelam di ufuk barat. Bagi Naya itu merupakan pemandangan yang sangat indah. Apalagi angin sepoi-sepoi menerpa tubuhnya. Hingga dia merasa sangat nyaman berada di teras rumah.

Rasa kantuk yang tadi sangat menderanya. Tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Naya pun membalikkan wajahnya ke lantai teras. Berharap rasa kantuknya muncul kembali. Tapi, ternyata dia benar-benar tidak mengantuk. Naya pun membuka tas ranselnya dan mengeluarkan blue diary kesayangannya.

"Untuk menghilangkan rasa jenuh, lebih baik aku menulis di sini."

Naya pun langsung menggerakkan penanya dan menulis apa yang sedang ada di fikirannya saat itu.

"Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibu. Katanya, saat seperti ini harusnya semua orang masuk dan berada di dalam rumah. Juga harus segera menutup pintu dan jendela rumah. Karena, di saat seperti ini biasanya makhluk-makhluk lain mulai bermunculan dan mencari tempat untuk mereka singgahi.

Aku lagi-lagi tidak percaya dengan itu semua. Bagiku sekarang ini aku dan makhluk-makhluk itu tidak ada urusan sama sekali. Biarlah aku di sini dan mereka yah di alam mereka. Toh, aku kan tidak mengganggu mereka. Kenapa mereka harus mengusik aku?

Matahari biarlah tenggelam. Dan malam hari biarlah datang. Meskipun aku sendiri terkadang takut juga."

"Ha.....ha.....ha.....!" tawa Naya seorang diri sambil terus menulis pada blue diarynya.

"Hi...hi...hi.....!" tiba-tiba ada suara lain yang ikut tertawa di dekat Naya. Naya yang serius dengan blue diary, tidak menghiraukan bunyi tawa lain yang sangat dekat dengannya.

"Kenapa mesti takut, yah?" tanya Naya dalam hati.

"Ha...ha.....ha.....!" Naya kembali tertawa membaca curahan isi hatinya.

"Hi...hi...hi...!" suara tawa lain pun kembali terdengar. Tapi, Naya tetap tidak mempedulikannya.

"Hi...hi...hi...!"

"Hi...hi...hi...!"

"Hi...hi...hi...!" banyak tawa lain yang terdengar di telinganya.

Karena, merasa risih, Naya pun akhirnya mengangkat wajahnya dan melihat ke depannya. Ternyata, ada sosok wanita berbaju putih sedang duduk di dekatnya. Naya pun menggeser bokongnya ke belakang. Naya merasa tubuhnya mulai terasa dingin. Lalu, Naya pun menoleh ke arah pagar rumahnya. Ternyata, banyak makhluk aneh sudah berdiri di depan pagar rumahnya. Makhluk-makhluk berwajah menyeramkan itu terus saja tertawa sambil melambai-lambaikan tangannya memanggil Naya.

"Naya........!"

"Naya........!"

"Na.....ya...!"

Tapi, Naya hanya bisa menutup wajahnya dengan tas ransel yang berada di dekatnya.

"Kenapa banyak makhluk aneh datang ke rumahku?" tanya Naya pada hati kecilnya.

"Bagaimana aku bisa masuk ke dalam rumah?"

"Ibu sudah menutup jendela dan pintu rumah."

Naya yang merasa ketakutan terus menutupi wajahnya dengan tangan dan tas ranselnya.

"Pergi kalian semua!"

��Pergi............!"

"Aku tidak menginginkan kalian!"

"Pergi.............!"

Naya terus berteriak-teriak mengusir para makhluk aneh yang berada di depan rumahnya. Tapi, makhluk-makhluk aneh itu terus saja tertawa sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Naya.

Naya yang ketakutan, berusaha bangun dari tempat duduknya. Tapi, badannya sulit sekali diangkat. Kakinya pun terasa kram. Naya merasa mati rasa berada di teras rumahnya.

"Jangan ganggu aku, pergilah!"

"Aku menyesal ada di sini."

"Aku tidak akan mengulanginya lagi!"

"Tolong, tinggalkan aku!"

"Jangan ganggu aku lagi!"

Naya yang benar-benar ketakutan itu akhirnya menangis. Dia menangis dengan sangat kuat. Hingga sang ibu kembali keluar rumah. Ibu pun mendekati Naya yang masih menangis sambil menutup wajahnya.

"Nay, eh kenapa kamu menangis?" tanya ibu sambil menepuk punggung Naya. Perlahan Naya pun membuka penutup wajahnya. Dan langsung memeluk ibunya.

"Maafkan Naya, bu!"

"Naya sudah membantah perkataan ibu." Ucap Naya pelan pada ibunya.

"Sudahlah, jangan menangis lagi!"

"Ayo, kita masuk!"

Naya merasa heran saat matanya memandang ke sekeliling halaman. Tidak ada satu pun makhluk aneh di sekitar rumahnya.

"Apa ibu melihat sesuatu saat keluar rumah?" tanya Naya ragu.

"Lihat apa?" ibu balik bertanya kepada Naya.

"Oh, tidak bu!" Naya pun tidak menceritakan keberadaan para makhluk aneh yang baru saja dilihatnya.

"Ayo bu, kita masuk sekarang!" ajak Naya kepada sang ibu. Akhirnya, keduanya pun masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat.