"Kring.....kring.....kring.....!"
Dengan tergesa-gesa Bayu berlari ke ruang tengah. Telephon yang terus berdering itu membuatnya sangat terganggu.
"Siapa sih pagi-pagi sekali sudah menelphon?"
"Mengganggu orang saja!" gerutu Bayu dalam hati.
Meskipun kesal dengan si penelephon, tapi Bayu tetap mengangkat gagang telephonnya.
"Halo!" kata suara perempuan di telephon.
"Yah, cari siapa?" tanya Bayu.
"Nayanya ada, dek?"
"Oh, kak Naya!"
"Tunggu sebentar yah!" kata Bayu yang langsung meletakkan gagang telephonnya di atas meja. Dengan cepat Bayu pun melangkah ke kamar kakaknya.
"Kak Naya ada telephon buat kakak tuh!" teriak Bayu.
"Dari siapa?" tanya Naya dari dalam kamarnya.
"Tidak tahu, kak."
"Cepat kak, gagang telephonnya aku letakkan di atas meja tuh!"
"Iya dek, tunggu sebentar!"
Bayu yang mendengar jawaban sang kakak, langsung kembali masuk ke dalam kamarnya. Tidak berapa lama, Naya pun keluar untuk menerima telephon.
"Halo!"
"Yah, halo!"
"Hari ini kamu jadi ke rumah aku, Nay!"
"Sudah pasti jadi, dong!"
"Jam berapa kamu datang?"
"Pulang kuliah aku langsung ke rumahmu."
"Ok deh, aku tunggu yah!"
"Bye!"
"Bye!"
Naya pun meletakkan kembali gagang telephon ke tempatnya. Lalu, dia beranjak menghampiri ibunya yang sedang menjemur pakaian di samping rumah.
"Bu, nanti sore sepulang kuliah aku pergi ke rumah Sisi sahabatku."
"Boleh, tapi ingat jangan malam-malam pulangnya!"
"Aku tidak janji, bu!"
"Lho, kenapa?"
"Aku kan naik bis umum dan juga lokasi rumah Sisi sangat jauh."
"Dimana?"
"Di pinggir kota, bu."
"Hati-hati Nay, pinggiran kota itu daerah rawan!"
"Iya, bu!"
"Kamu pergi kuliah jam berapa, Nay?"
"Aku pergi jam 11.00 wib aja bu."
"Kalau begitu, tolong bantu ibu!"
"Tolong apa bu?"
"Tolong, belikan ibu koran hari ini!"
"Baik, bu!"
Naya pun bergegas meninggalkan ibu yang masih menjemur pakaian. Dengan mengendarai motornya Naya pergi ke tempat kios koran. Naya pun membeli salah satu koran yang biasa dibaca oleh ibu. Selesai membayar koran, Naya pun melihat berita hangat yang muncul di halaman depan. "Waspada aksi kejahatan di dalam bis".
"Dimana-mana selalu ada kejahatan, kenapa orang tidak mau berbuat baik?" tanya Naya dalam hati.
"Ah, sudahlah bukan urusanku juga!"
"Oh ya, aku harus ke kampus sekarang!"
Naya yang teringat akan pergi ke kampus, langsung memutar balik motornya. Sesampainya di rumah, Naya pun memberikan koran pesanan ibu.
"Bu, aku langsung pergi kuliah aja sekarang!" kata Naya kepada ibunya yang sedang membolak balik koran yang baru dibeli Naya.
"Pergilah, nanti kamu terlambat!"
"Sepulang kuliah aku langsung ke rumah Sisi. Mungkin aku baru pulang malam. Atau aku bermalam di rumah Sisi." Izin Naya pada ibunya.
"Kalau ada apa-apa telephon ke rumah, biar kami tidak khawatir!"
"Baik, bu!"
Naya pun bergegas berangkat kuliah dengan naik kendaraan umum. Naya sengaja tidak naik motor. Karena, sepulang kuliah Naya akan pergi ke rumah Sisi yang lokasinya sangat jauh. Naya merasa tidak kuat membawa motor terlalu jauh.
####################################
Naya baru saja keluar kampus. Dengan terburu-buru dia langsung pergi ke terminal bis. Dia sudah janji dengan Sisi akan datang ke rumahnya sore ini. Meskipun sebenarnya hati kecilnya berat untuk melangkah datang ke rumah Sisi. Alasannya karena rumah Sisi yang sangat jauh di pinggiran kota. Juga bis yang menuju ke sana sangat sedikit sekali. Seperti yang terjadi pada Naya sore ini, dia harus menunggu lama kedatangan bis yang menuju ke rumah Sisi.
Sudah hampir satu jam setengah Naya berdiri di terminal. Tapi, bis yang ditunggunya belum datang juga. Hingga matahari tenggelam bis belum juga muncul. Perasaan naya mulai tidak enak. Naya merasa bimbang, berada di antara dua pilihan. Lanjut pergi ke rumah Sisi atau putar balik pulang ke rumah.
"Aku harus bagaimana nih?" tanya Naya pada hati kecilnya.
"Sekarang sudah jam enam sore. Matahari sudah tenggelam dan langit mulai gelap. Kalau aku berangkat juga, jam berapa aku harus pulang ke rumah?"
"Tapi, mudah-mudahan Sisi memintaku untuk menginap di rumahnya."
"Baiklah, aku tetap berangkat ke rumah Sisi!" Naya memantapkan hatinya untuk tetap berangkat ke rumah sahabatnya Sisi.
Tiba-tiba saja, bis yang sedari tadi ditunggu-tunggu Naya datang juga. Naya pun langsung melambaikan tangannya. Bis tujuan ke rumah Sisi akhirnya berhenti tepat di depan Naya. Dengan penuh semangat Naya pun naik dan duduk di bangku depan sebelah kiri. Naya menengok ke bangku belakang. Ternyata bis yang dinaiki Naya masih kosong.
"Apakah benar ini bis tujuan ke rumah Sisi?" tanya Naya dalam hati.
"Tapi, kenapa masih kosong yah?"
"Ah, mungkin nanti juga akan banyak penumpang yang lain!"
Bis terus berjalan keluar terminal. Naya yang sedikit merasa ragu, karena hanya dia satu-satunya penumpang. Mencoba bertanya kepada sang supir mengenai tujuan bis yang ditumpanginya. Ternyata, bis yang dinaiki Naya benar bertujuan ke rumah Sisi.
Naya yang duduk di dekat kaca jendela, melempar jauh pandangannya keluar. Benar saja, satu persatu penumpang yang berdiri di pinggir jalan, mulai naik dan masuk ke dalam bis. Naya merasa senang. Karena, pada akhirnya dia bukanlah satu-satunya penumpang di bis itu.
Naya terus saja memandang keluar jendela. Tapi, tidak ada lagi yang bisa dilihat Naya. Karena, diluar sudah sangat gelap. Naya mengalihkan pandangannya ke kaca depan bis. Jalanan di depan sana pun juga sangat gelap. Namun, Naya merasa sangat menikmati perjalanan menuju ke rumah Sisi.
Suasana di dalam bis sangat tenang. Tidak ada sedikit pun orang yang terdengar berbicara, semuanya terdiam menikmati perjalanan. Tiba-tiba, Naya merasa punggungnya sangat pegal. Lalu, dia pun bersandar ke sandaran bangku. Baru saja Naya merasa enakkan, tiba-tiba sosok wanita berbaju putih telah duduk di sebelahnya. Wanita itu tersenyum kepada Naya. Naya terperanjat kaget, tapi dia tidak bisa berteriak. Naya takut membuat panik penumpang yang lainnya. Akhirnya, Naya hanya bisa diam sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa wanita itu mengganggu perjalananku?" tanya Naya dalam hati.
"Biarlah, aku harus tenang dan tidak boleh takut!"
Naya pun kembali membuka kedua telapak tangannya dan melihat ke sebelahnya lagi. Ternyata, sosok wanita berbaju putih itu sudah menghilang dari sisinya. Naya pun merasa lega.
Bis terus saja melaju menuju pinggiran kota. Dan tidak sekalipun supir bis menurunkan penumpang yang tadi naik dari tepi jalan.
"Mungkin mereka semua akan turun di pemberhentian terakhir sepertiku." Fikir Naya.
Naya kembali melempar pandangannya jauh ke kaca depan bis. Gelap dan tidak terlihat apapun di luar sana. Tiba-tiba, Naya merasa ada yang aneh.
"Kenapa tidak ada sedikit pun suara orang yah?"
"Apa mereka semua tertidur?"
"Kenapa supir bisnya juga hanya menatap ke depan terus?"
"Dan bis ini juga kenapa jalan terus dan kapan sampainya?"
Naya yang merasa sudah sangat lelah duduk di bangku bis, akhirnya berdiri untuk meluruskan persendiannya. Betapa terkejutnya Naya saat melihat ke bangku belakang bis. Ternyata, seluruh bangku bis kosong. Tidak ada penumpang lain selain dirinya seorang. Naya pun menjerit sekuat tenaga dan berlari menuju pintu bis. Tanpa fikir panjang lagi, Naya pun langsung melompat keluar dari dalam bis. Dan ternyata Naya masih berada di terminal tempatnya tadi dia berdiri menunggu bis yang tidak kunjung datang.