Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 18 - Part 18 : Bunga Pemanggil

Chapter 18 - Part 18 : Bunga Pemanggil

Naya yang tergeletak tidak sadarkan diri itu akhirnya sadar juga. Terpaan sinar matahari yang menerpa wajahnya. Membuat Naya bangun dan terduduk di tepi kali.

Naya melihat ke sekelilingnya. Tidak ada siapapun yang berada di dekatnya. Naya berusaha untuk bangun. Tapi, kepalanya masih terasa pusing. Sambil duduk Naya berusaha mengingat peristiwa yang dialaminya tadi malam.

"Kemana orang-orang yang ku lihat tadi malam?"

"Aku sadar semalam mereka ada di sini. Memakan bunga dan menjilat-jilat potongan kepala hewan yang penuh darah."

"Naya merasa mual dan ingin muntah. Ih, menjijikkan sekali."

"Dan aku semalam langsung pingsan. Itu artinya aku tidak pulang semalaman."

"Duh, sial banget sih aku!" umpat Naya dalam hati.

"Eh, apa ini?" Naya pun mengambil bunga-bunga yang berserak di sekitar tempat duduknya.

"Bukankah ini bunga-bunga yang dimakan oleh orang-orang itu?"

"Kalau sudah dimakan, kenapa masih banyak juga yang berserak di sini?!"

"Ah, kenapa aku harus pusing memikirkannya?"

"Bunga-bunganya masih terlihat segar."

"Aku mau ambil yang ini, lalu yang ini. Semuanya ada tujuh jenis bunga. Aku ambil satu tiap jenisnya. Lumayan buat koleksi di rumah."

Naya pun dengan santainya memunguti bunga-bunga yang berserak di tepi kali. Setelah berhasil mengumpulkan tujuh jenis bunga dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Naya pun beranjak meninggalkan tepi kali. Dan perlahan naik ke atas jembatan baru.

Setelah menghidupkan mesin motornya. Naya pun langsung memacunya menuju ke rumah.

Sesampainya di depan pintu rumah. Ibu menyambut Naya dengan wajah kesal.

"Kemana saja kamu semalaman, Nay?" tanya ibu dengan suara sedikit meninggi.

"Aku pingsan di dekat kali di bawah jembatan baru, bu."

"Apa? Apa yang kamu katakan?"

"Benar, bu."

Naya berusaha meyakinkan ibunya kalau dirinya benar-benar pingsan dan baru sadar. Tapi, ibu tidak mempedulikan ucapan Naya. Ibu malah meninggalkan Naya yang masih berdiri di depan pintu.

Padahal Naya ingin sekali menceritakan peristiwa yang menimpanya tadi malam kepada ibu. Tapi, ibu sudah terlanjur kesal dengan dirinya. Jadi, apapun yang dikatakan Naya semuanya dianggap tidak benar.

Naya yang tidak dipedulikan oleh ibunya. Langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. Perasaan Naya sedih sekali. Karena, sudah membuat ibu kesal. Naya pun membanting dirinya ke atas tempat tidur. Sambil memeluk guling, Naya pun menutup rapat tubuhnya dengan selimut. Naya berusaha mengosongkan fikirannya sambil memejamkan mata. Naya ingin sekali terlelap dalam tidurnya. Tapi, tidak bisa.

Naya merasa hati dan fikirannya bercampur aduk. Tapi, dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Lalu, tubuhnya banyak mengeluarkan keringat. Tidak mungkin karena selimut. Karena, AC di kamarnya terasa sangat dingin.

Akhirnya, Naya pun bangun dari tempat tidurnya. Lalu, duduk di kursi belajarnya. Naya ingat kalau tadi dia membawa tujuh jenis bunga di dalam tas ranselnya. Naya pun mengeluarkan ketujuh bunga tersebut bersama dengan blue diarynya.

Ketujuh bunga sudah tergeletak di atas meja belajarnya. Naya pun memandanginya sambil tersenyum. "Aku ingin menuangkan ceritanya dalam blue diary," kata Naya dalam hati kecilnya.

Ku beri judul cerita ini Bunga Pemanggil.

Aku tidak tahu apa nama tujuh bunga yang ada di hadapanku ini.

Tujuh bunga yang cantik dan rupawan.

Tujuh bunga yang harum, sedap bila dihirup aroma keharumannya.

Aku yang hidup saja senang menghirup baunya.

Wangi...sekali.

Apa mungkin para arwah di kuburan juga senang menerima taburan tujuh bunga ini?.

Sudah pasti akan senang, karena bisa berdekatan bersama tujuh bunga yang harum ini.

Siang itu aku melihatmu dibawa orang dengan sangat hati-hati.

Lalu, ditaburkan di sepanjang jembatan, hingga beterbangan ke tepi kali.

Malam itu aku melihatmu dikunyah dengan lahapnya oleh orang-orang aneh yang tidak jelas darimana asalnya.

Dan siang ini kamu tujuh bunga yang harum ada bersamaku di dalam kamar ini.

Apakah karena itu kamu memanggilku?

Bunga pemanggil hati

Bunga harum.

Bunga milik siapakah kamu?"

Walaupun aku bukan pemilikmu.

Tapi, kamu telah memanggilku. Wahai bunga pemanggil ceritaku."

Akhirnya, Naya sudah tidak kuat lagi menahan rasa kantuknya. Dan dia pun tertidur di atas meja belajarnya. Dalam sekejap saja Naya sudah terlelap dalam mimpi indahnya.

Naya merasa dirinya berada di taman bunga yang sangat luas. Sepanjang mata memandang Naya hanya melihat tujuh bunga berbeda jenis sedang bermekaran. Betapa senangnya hati Naya bisa di kelilingi dengan bunga-bunga cantik nan harum. Angin semilir menerpa wajah Naya. Hingga Naya pun betah berlama-lama di dalam taman itu. Aroma harum bunga menyebar kemana-mana, hingga membuat Naya terlena.

Tapi, lama kelamaan Naya mencium bau yang sangat busuk sekali. Seperti bau bangkai yang sudah sangat membusuk. Padahal Naya masih berada di taman bunga. Tapi, kenapa baunya berubah?. Naya pun berusaha lari dan pergi jauh dari taman bunga itu. Tapi, tidak bisa karena kakinya tersangkut akar pohon. Bau busuk yang sangat menyengat itu terus saja mengejarnya. Hingga Naya pun menjerit sekuat tenaga.

"Aku tidak mau bau seperti ini!" teriak Naya yang tiba-tiba tersadarkan kalau dia hanya bermimpi.

Naya terkejut saat melihat keluar jendela. Ternyata, hari sudah malam dan diluar sangat gelap sekali. Naya pun bergegas menutup jendelaya rapat-rapat.

"Jam berapa yah sekarang?"

Naya pun melihat jam tangan di pergelangannya. Ternyata, sudah jam 10 malam.

"Kenapa ibu tidak membangunkanku?" tanya Naya dalam hati kecilnya.

"Apa ibu masih marah kepadaku?"

"Bagaimana kalau ibu benar-benar marah kepadaku?"

"Sedang apa mereka sekarang?"

"Apa mereka sudah tertidur?" berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hati dan fikiran Naya.

Naya masih duduk di kursi belajarnya. "Rasanya berat sekali aku melangkah keluar kamar." Dengan berat hati, akhirnya Naya pun memutuskan untuk langsung tidur malam saja. Perlahan Naya berjalan menuju ke tempat tidurnya. Tapi, baru saja Naya hendak membaringkan tubuhnya.

Tiba-tiba saja, dia mendengar banyak suara yang memanggil-manggil namanya.

"Naya.......!"

"Naya........!"

"Na....ya....!"

"Keluarlah....kami....menunggumu...!"

Naya pun langsung terduduk di tepi tempat tidurnya. Dia mencoba mendengarkan suara panggilan itu lagi. Dan ternyata seseorang kembali memanggil-manggil namanya lagi. Suaranya terdengar sangat kuat dan berat.

"Naya.......!"

"Naya........!"

"Na....ya....!"

"Kemarilah....kami....menunggumu...!"

Mendadak Naya merasa tengkuknya berat sekali. Badannya rasa gemetar. Dan bulu kuduknya merinding. Naya tidak tahu harus berbuat apa. Diam di dalam kamar dengan ketakutannya atau keluar menemui suara yang memanggilnya.

Saat Naya sedang dalam dua pilihan yang sulit. Tiba-tiba, pintu kamarnya dibuka seseorang. Naya pun tersentak kaget, ternyata ibu yang datang ke kamarnya.

"Kamu kenapa, Nay?" tanya ibu pada Naya yang terlihat sangat pucat.

"Ah, tidak ada apa-apa bu!"

"Ibu hanya mau memberitahumu, kalau di luar banyak orang yang memanggil-manggilmu." Jelas ibu.

"Siapa mereka bu?" tanya Naya gugup.

"Ibu tidak tahu, Nay. Karena, ibu belum membukakan pintu buat mereka."

Tiba-tiba, panggilan itu terdengar lagi. Naya dan ibu pun saling berpandangan.

"Naya.......!"

"Naya........!"

"Na....ya....!"

"Temui....kami....ada di sini...!"

Ibu pun langsung menarik tangan Naya. Dan mengajaknya keluar untuk menemui orang-orang yang telah memanggil-manggil nama Naya. Naya hanya diam saja saat ibu membuka pintu ruang tamu.

"Naya........!"

"Apa itu Nay.....?" jerit ibu histeris sambil menutup wajahnya yang ketakutan.

Naya berusaha tenang, meskipun kakinya terasa gemetar melihat banyak sosok aneh yang berkumpul di depan pagar rumahnya. Sosok menjijikkan dan mengerikan itu mengulurkan tangan kepada Naya.

"Naya......!"

"Kemarilah...!"

"Kembalikan tujuh bunga kami!"

"Kami lapar Naya....!"

Naya yang tidak tahan lagi langsung menarik tangan ibunya masuk ke dalam rumah. Dan menutup rapat pintu rumahnya.

Naya yang teringat akan tujuh bunga yang telah diambilnya. Langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya dan mengambil tujuh bunga yang diminta para sosok mengerikan itu.

Naya yang berusaha berani langsung membuka pintu rumahnya lagi. Dan melempar tujuh bunga pemanggil itu.