"Nay, kamu mau ikut?" tanya ibu pada Naya yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya.
"Ikut kemana, bu?" Naya balik bertanya pada ibunya.
"Melihat peresmian jembatan baru." Jawab ibu. Naya pun terdiam sambil memutar-mutar pena yang ada di tangannya.
"Kamu mau ikut, tidak?!" ibu mengulangi kembali pertanyaannya kepada Naya.
"Kelihatannya kamu ragu-ragu!" tebak ibu.
"Ah, aku tidak ragu bu!" Naya mencoba menutupi keraguannya.
"Baiklah aku ikut, bu!"
"Cepat, pakai baju yang rapi!"
"Karena, kita akan melihat para pejabat daerah yang datang meresmikan jembatan tersebut." Kata ibu sambil berlalu.
Naya pun bergegas mengganti baju yang dikenakannya dengan baju yang sedikit formal.
"Sebenarnya, aku malas pakai baju yang ala-ala formal." Gumam Naya dalam hati.
"Tapi, demi menyenangkan hati ibu terpaksa aku pakai."
"Terpaksa itu tidak baik, katanya!" Naya berdebat dalam hati kecilnya.
Setelah bercermin dan melihat penampilannya yang sudah terlihat rapi. Naya pun segera menemui ibunya yang sudah menunggu di ruang tamu.
"Duh, cantiknya putri ibu!" sanjung ibu pada Naya yang berdiri di hadapannya. Mendengar sanjungan sang ibu, Naya pun tersipu malu.
"Ayo, kita berangkat sekarang!" ajak ibu.
"Kamu bonceng ibu, yah!"
"Baik, bu!"
Dengan berboncengan motor, ibu dan Naya pun meluncur ke arah jembatan baru yang akan diresmikan. Hanya 15 menit perjalanan, keduanya telah sampai di lokasi jembatan baru. Ternyata, di sekitar jembatan baru telah dipadati oleh warga yang ingin menyaksikan secara langsung acara peresmian.
Acara peresmian jembatan berjalan dengan lancar. Naya menyaksikan seluruh rangkaian acaranya dengan khidmat. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada saat acara peresmian itu berlangsung.
Naya melihat seorang pejabat melakukan ritual membuang kepala binatang semblihan dari atas jembatan. Juga menaburkan bunga warna-warni di sekitar jembatan.
"Kamu kenapa melamun?" tanya ibu mengejutkan Naya yang sedang duduk di teras rumah.
"Ah, tidak kok bu!" jawab Naya gagap.
Ibu pun langsung duduk di sebelah Naya, sambil membolak-balik buku resep masakan yang baru dibelinya.
"Apa ada yang mengganjal fikiranmu?" ibu kembali bertanya keada Naya.
"Tidak ada apa-apa, bu!"
"Lalu, kenapa diam aja?"
"Aku sedang berfikir....!" tanpa melanjutkan kata-katanya Naya pun langsung bergegas pergi ke kamarnya. Ibu yang melihat tingkah Naya hanya bisa mengusap dadanya.
Sesampainya di kamar, Naya langsung mengambil blue diary. Dan dia pun menulis berbagai pertanyaan yang berkecamuk di dalam fikirannya.
"Seharusnya tadi aku tidak ikut ibu. Agar tidak ada berbagai pertanyaan yang bergelayut mengganggu fikiranku. Banyak hal yang terkadang aku sendiri tidak mengerti. Kenapa harus ada sesuatu yang aku rasa aneh buat terjadi.
Aku melihat orang itu membuang potongan kepala hewan dari atas jembatan, untuk apa?
Aku melihat orang itu menabur bunga di sekitar jembatan. Lalu, membuangnya ke bawah jembatan untuk apa?
Sepertinya tidak ada gunanya sama sekali. Hanya katanya dan katanya lepas dari bencana. Untuk bencana apa?"
Aku menyesal melihat semuanya."
Naya pun menutup blue diary dan menyimpannya di dalam tas ransel. Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. Naya pun bergegas menemui ibunya yang masih duduk di teras rumah.
"Bu, boleh aku pergi ke toko buku?" tanya Naya.
"Pergilah, tapi jangan sampai malam!"
"Baik, bu!"
Setelah mendapat izin dari ibu, Naya pun langsung pergi ke kamarnya untuk mengambil tas ranselnya. Tidak berapa lama, Naya telah kembali dan langsung mengeluarkan motornya.
"Naya pergi, bu!"
"Hati-hati di jalan!"
"Jangan kemalaman!"
Sambil mengangguk Naya pun menjalankan motornya menuju ke toko buku. Naya ingin pergi ke toko buku langganan, yang biasa dia pergi ke sana. Naya pun mengambil jalur terdekat yang menuju toko buku tersebut. Tapi, pada saat dia akan melewatinya. Tiba-tiba, jalur itu ditutup untuk sementara. Karena, sedang digunakan untuk sebuah acara.
Naya pun mengambil alternatif lain dengan melewati jembatan yang baru saja diresmikan. Saat Naya melintas di atas jembatan tersebut. Naya melihat masih banyak taburan bunga di sepanjang jembatan.
"Jadi, apa gunanya bunga-bunga itu?!" Cuma berserak dimana-mana." Kata Naya dalam hati kecilnya.
Naya terus melaju kecepatan motornya ke arah toko buku. Dan akhirnya, Naya pun sampai juga di toko buku langganannya. Di dalam toko buku Naya sibuk melihat-lihat buku yang baru saja terbit. Hingga dia melupakan sesuatu yang seharusnya dibeli.
Naya yang masih berkutat dengan buku-buku baru yang ada di dalam toko. Tidak menyadari kalau di luar langit sudah gelap. Tiba-tiba, seorang penjaga toko buku mengingatkan Naya.
"Maaf dek, toko ini mau ditutup!"
"Apa?!" tanya Naya terkejut.
"Ini kan masih sore!" kata Naya yang merasa heran.
"Sekarang sudah pukul 22.00 wib." Sahut sang penjaga.
"Apa? Jam 10 malam!"
"Hah, kenapa aku bisa kemalaman begini?!"
"Maaf, aku salah!" kata Naya kepada sang penjaga toko.
Naya langsung bergegas meninggalkan toko buku. Dan dengan cepat melaju motornya pulang ke rumah.
"Oh ya, aku harus lewat jembatan baru!" ucap Naya dalam hati.
Naya pun langsung memutar arah motornya ke jalur jembatan baru. Saat motornya sudah berada di ujung jembatan baru. Tiba-tiba, Naya merasakan motornya terasa sangat berat. Naya terus menekan gas motornya, agar dapat naik ke atas jembatan baru. Tapi motornya tetap saja terasa berat.
Naya merasa seperti ada beban berat yang sedang diboncengnya di jok belakang motornya. Padahal dia tidak sedang membonceng siapapun. Entah mengapa Naya ingin sekali menengok ke belakang. Dan pada saat Naya menengok ada wanita berbaju putih tersenyum padanya. Ternyata, sedari tadi dia yang duduk di jok belakang motor Naya. Naya pun berteriak histeris.
"Pergi.....!"
"Jangan ganggu aku...!"
"Menjauhlah dariku!"
Naya terus berteriak-teriak, hingga akhirnya dia pun merasa kalau motornya sudah normal kembali. Dan Naya kembali menjalankan motornya menaiki jembatan baru.
Setibanya Naya di atas jembatan baru Naya menyaksikan banyak orang sedang memunguti bunga-bunga yang berserakan di sepanjang jembatan. Naya yang merasa heran, langsung memberhentikan motornya. Dan Naya pun mendekati orang-orang tersebut.
"Maaf bu, sedang ada acara apa yah di sini?!" tanya Naya pada sosok perempuan paruh baya yang sedang menunduk sambil memunguti bunga. Wanita paruh baya itu pun hanya diam saja.
Naya yang merasa ada keanehan, langsung berbalik badan. Tapi, pada saat dia akan berbalik. Tiba-tiba, Naya melihat ada keramaian di pinggir kali yang berada di bawah jembatan baru.
"Ada apa yah di bawah jembatan baru?" tanya Naya dalam hati.
Naya yang penasaran, perlahan melangkah menyusuri bawah jembatan baru. Dan mendekati kerumunan orang-orang di tepi kali.
"Siapa mereka?"
"Apa yang sedang mereka nikmati?"
"Tapi, mengapa mereka tidak menyadari kehadiranku?" Naya terus bertanya-tanya dalam hati kecilnya.
Naya yang penasaran terus mendekat ke kerumunan orang-orang itu. Dan tiba-tiba saja Naya menjerit sekuat tenaga.
"Aaaaaaa......!"
"Tidak...........!"
"Tolong.........!"
"Aku tidak kuat melihatnya!" Naya berteriak sambil menangis ketakutan. Naya tidak tahan melihat orang-orang aneh yang sedang mengunyah bunga-bunga, sambil menjilat-jilat potongan kepala binatang yang penuh dengan darah. Naya yang tidak kuat itu pun jatuh pingsan tak sadarkan diri.