Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 15 - Part 15 : Kedatangan Tamu Jauh

Chapter 15 - Part 15 : Kedatangan Tamu Jauh

Pagi itu ibu terlihat sibuk merapikan keadaan seisi rumah. Naya yang bangun kesiangan merasa heran dengan sikap ibu. Naya pun mendekati ibu yang sedang menata rapi bunga-bunga dalam vas.

"Untuk apa ibu rapikan seluruh ruangan?!" tanya Naya kepada ibu yang tidak mempedulikan kehadirannya.

"Ibu, aku tanya bu!" kata Naya menegur ibunya.

"Ada apa, Nay?" ibu pun balik bertanya kepada Naya.

"Kenapa ibu merapikan semuanya?" tanya Naya mengulang pertanyaannya.

"Oh, karena keluarga pamanmu mau datang!"

"Pamanku yang mana, bu?" tanya Naya.

"Bukannya pamanku cuma satu dan itu pun sudah meninggal beberapa tahun yang lalu!"

"Yang sekarang datang itu pamanmu yang jauh." Jelas ibu.

"Oh, jadi ada paman dekat dan paman jauh!"

"Sudah sana, kamu pergi mandi!"

"Baunya mengganggu pernafasan ibu!"

"Ibu.....!" teriak Naya. Ibu pun hanya tersenyum mendengar teriakan sang putri sambil terus menata rapi bunga-bunga di dalam vas.

Naya yang sudah beranjak dari tempat duduknya. Tiba-tiba kembali muncul di balik gorden pintu.

"Kapan mereka akan datang, bu?" tanya Naya yang penasaran dengan paman yang dimaksud oleh ibunya.

"Nanti sore juga sampai." Sahut ibu.

"Boleh aku jemput, bu?"

"Tidak usah, mereka akan datang sendiri!"

"Apa mereka tahu alamat rumah ini?" tanya Naya.

"Mereka sudah ibu beri alamat rumah ini."

"Cepat kamu mandi, lalu bantu ibu merapikan rumah!"

"Ok, bu!"

Naya pun bergegas pergi mandi. Sedangkan ibu masih sibuk menata bunga-bunga di ruang tamu. Tidak berapa lama, ibu pun beranjak pergi ke dapur. Ibu akan memasak makanan kesukaan paman dan bibi. Naya yang telah rapi, langsung menemui ibunya di dapur. Naya berniat membantu ibu menyiapkan menu makan keluarga besar. Ibu sangat senang melihat keberadaan Naya di dapur untuk membantunya. Ada beberapa menu makanan yang akan diolah ibu untuk dinikmati seluruh anggota keluarga.

Waktu terasa begitu cepat berlalu. Hari sudah menjelang sore. Seluruh sudut rumah sudah sangat rapi dan bersih. Menu makan malam pun sudah terhidang dengan lengkap di atas meja.

Ayah telah pulang kerja dan Bayu pun sudah berada di rumah. Seluruh anggota keluarga inti telah berkumpul. Tapi, tamu yang ditunggu kedatangannya belum muncul juga.

Ibu berulang kali mencoba menghubungi paman melalui sambungan telephon. Tapi, nomor yang dihubungi selalu sibuk.

"Apa mungkin masih di perjalanan, bu?" tanya Ayah.

"Mungkin juga, yah." Jawab ibu datar.

"Paman datang naik apa, bu?" tanya Naya pada ibu.

"Dari telephon terakhir paman mengatakan akan datang menggunakan pesawat."

"Kalau naik pesawat, harusnya paman sudah sampai sedari tadi."

"Tapi, kenapa belum datang juga?" tanya ibu.

"Tidak usah difikirkan, sebentar lagi mereka sampai!" jawab ayah.

"Aku ke kamar dulu, bu." Kata Naya sambil berlalu dari hadapan ibu yang terlihat sangat gelisah.

Naya yang merasa bosan duduk di ruang tengah, memutuskan kembali ke kamarnya. Naya langsung merebahkan diri di atas ranjangnya. Sambil memeluk guling kesayangannya, dia mengingat-ingat wajah paman dan bibi yang dikatakan ibu.

"Rasanya aku tidak kenal wajah mereka." kata Naya dalam hati.

"Seingatku hanya satu paman saja yang masih terbayang wajahnya dalam fikiranku. Dan paman itu pun sudah meninggal."

"Coba aku gambar wajahnya di blue diary, pasti lucu." Naya pun mengambil blue diary yang tersimpan di laci meja. Lalu, dengan menggunakan pensil Naya mulai membuat sketsa wajah paman dan bibi yang ada di fikirannya. Juga wajah kedua anak mereka yang masih kecil. Sketsa wajah paman, bibi dan kedua anaknya belum selesai dibuat. Tapi, ibu mendadak berteriak memanggil Naya.

Dengan cepat Naya memenuhi panggilan ibunya yang masih berkumpul bersama ayah dan Bayu di ruang tengah.

"Ada apa, bu?" tanya Naya.

"Kamu di sini aja, temankan ibu."

"Tapi, Naya sedang menggambar bu."

"Kamu kan tidak bisa menggambar."

"Gambar paman, bibi dan kedua anaknya."

"Ha.....ha.....ha.....!"

"Pasti gambarnya sangat jelek dan hancur!" sahut Bayu sambil terus tertawa.

"Jangan bicara seperti itu!" gertak ibu pada Bayu. Bayu pun langsung terdiam.

Ayah, ibu, Bayu dan Naya masih duduk di ruang tengah. Mereka berempat menunggu kedatangan paman sekeluarga. Tapi, sampai pukul 18.00 wib, belum juga ada kabar dari paman.

Ibu yang sedari tadi berusaha tenang. Akhirnya, bangkit dari duduknya. Ibu berjalan mondar mandir menunggu paman yang tidak juga kunjung datang. Jam di dinding berdentang tujuh kali, itu artinya sudah pukul tujuh malam. Tapi, tetap tidak ada kabar dari paman. Dan paman pun belum juga sampai di rumah. Ayah dan Bayu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Keduanya merasa sudah sangat mengantuk. Sedangkan ibu dan Naya masih duduk di ruang tengah. Ibu terlihat sudah sangat lelah, karena sehari ini ibu sibuk merapikan rumah.

"Ibu tidur aja, biar Naya yang menunggu paman datang." Kata Naya pelan. Sebenarnya Naya juga sudah merasa sangat lelah. Dan ingin istirahat, tapi Naya kasihan pada ibu.

"Ibu tidur aja di situ!" tunjuk Naya ke sofa yang sedang diduduki ibu.

"Dan Naya jaga ibu di sini."

Ibu pun tersenyum pada Naya, sebelum akhirnya mata ibu pun terpejam sambil menyandar di sofa.

"Tok.....tok.....tok.....!"

Naya mendengar suara pintu diketuk. Naya pun menggoyang-goyangkan tubuh ibu.

"Bangun bu, ada yang mengetuk pintu depan!" kata Naya. Tapi, ibu sudah terlelap. Hingga tidak mendengar suara Naya.

Ketukan pintu itu terus terdengar di telinga Naya. Hingga membuat Naya bangun dari sofa dan bergegas pergi ke ruang tamu. Saat di ruang tamu, Naya menengok ke arah jam di dinding, pukul 24.00 wib. Sudah jam 12 malam.

"Siapa yang bertamu pada tengah malam seperti ini?" tanya Naya dalam hati. Tapi, Naya tetap membuka pintu yang ada di hadapannya. Saat pintu dibuka, ternyata ada seorang lelaki dan seorang wanita bersama kedua anaknya telah berdiri di depan pintu.

"Paman, bibi, kalian baru sampai." Sapa Naya.

"Masuklah!" Naya pun mempersilahkan keempat orang itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu.

Naya kembali ke ruang tengah untuk membangunkan ibu. Tapi, ibu tidak juga bangun. Naya pun pergi ke dapur untuk membuatkan minuman. Tiba-tiba, Naya dikejutkan dengan kehadiran sosok wanita berbaju putih di dapur rumahnya. Wanita itu tersenyum pada Naya. Naya merasa takut dan berusaha keluar dari dapur. Tapi, wanita berbaju putih itu menarik tangannya. Dan membawanya masuk ke dalam kamar.

"Aku ingin menemui paman dan bibiku di ruang tamu." Kata Naya memaksa. Tapi, wanita berbaju putih itu sedikit pun tidak menjawab, dia hanya tersenyum.

"Aku akan tetap keluar!" Naya pun langsung berlari ke arah pintu kamar. Tapi, mendadak pintu kamar terslot dengan sendirinya.

"Kenapa kamu melarangku keluar?" tanya Naya.

"Kasihan mereka di ruang tamu tidak ada yang menemani." Suara Naya memelas. Tapi, wanita berbaju putih itu tetap tidak berbicara, dia hanya tersenyum pada Naya.