Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 13 - Part 13 : Jurang Kematian

Chapter 13 - Part 13 : Jurang Kematian

"Awas......!"

"Tidak......!"

"Jangan.....!"

"Tolong.....!"

"Cepat....selamatkan bis itu!" teriak Naya saat melihat sebuah bis besar dengan kecepatan tinggi menikung di sebuah lereng. Bis itu pun kehilangan keseimbangan. Akibat pedal remnya yang blong. Dan akhirnya bis itu jatuh terperosok masuk ke dalam jurang.

Naya yang sedang berada di tepi jurang yang sangat curam itu, berteriak meminta tolong. Naya menyaksikan para penumpang yang berusaha keluar dari dalam bis melalui jendela kaca. Satu persatu para penumpang itu berusaha menyelamatkan diri mereka yang penuh dengan luka-luka darah.

Naya yang masih berdiri di tepi jurang berusaha memberikan tangannya. Tapi, jurang yang ada di hadapannya terlalu dalam dan curam. Tangan Naya tidak dapat meraih tangan para penumpang itu. Naya pun menangis sekencang-kencangnya.

Naya sungguh tidak tega melihat para penumpang itu yang berusaha naik ke atas jurang dengan merangkak.

"Tolong....bantu mereka!" teriak Naya sambil berjongkok dan memberikan kedua tangannya kepada para penumpang itu. Naya ingin menolong mereka semua. Tapi, Naya takut turun ke dalam jurang.

"Bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian semua?" teriak Naya. Tapi, tidak satu pun penumpang mendengar teriakannya. Dan tidak seorang pun yang melihatnya berada di tepi jurang.

Tiba-tiba, Naya melihat semburan api keluar dari belakang bis. Naya pun terlihat semakin panik. Apalagi saat matanya tertuju pada tubuh seorang lelaki yang tergeletak di dekat bis. Lelaki itu tidak sadarkan diri. Tidak ada penumpang lain yang mau menolongnya. Semuanya berusaha menyelamatkan diri masing-masing.

"Tolong dia...!" Naya kembali berteriak dan menangis. Apalagi semburan apinya semakin membesar. Lelaki itu masih juga tidak bergerak. Naya ketakutan, Naya merasa akan sangat bersalah. Jika tidak memberinya pertolongan.

Akhirnya, Naya pun pelan-pelan menuruni jurang yang curam itu. Tapi, baru saja Naya menurunkan kakinya. Tiba-tiba, wanita berbaju putih meraih tangannya. Wanita itu memegang tangan Naya dengan sangat kuat. Naya berusaha berontak, tapi tidak bisa.

"Tolong...lepaskan!"

"Aku harus menolong lelaki itu!" tunjuk Naya pada seorang lelaki yang masih tergeletak tidak sadarkan diri. Wanita berbaju putih itu pun tersenyum. Lalu, dengan cepat dia menarik tangan Naya, hingga tubuh Naya terangkat ke atas dan tidak terperosok ke dalam jurang.

Dan pada saat bersamaan bis besar itu pun meledak dengan sangat dahsyat. Semburan apinya hampir mengenai wajah Naya yang berada di tepi jurang.

"Tidak....!"

"Lelaki itu....!"

"Aku telah membiarkannya mati terbakar." Naya menangis sejadi-jadinya melihat semua itu.

"Kenapa aku yang harus menyaksikan kejadian itu?"

"Kenapa aku harus berada di tepi jurang kematian?"

"Tidak....!"

"Aku tidak kenal mereka semua!"

"Aku ingin pulang!"

"Tolong aku!" teriak Naya sambil terus meratap.

######################################

"Nay, bangun nak!"

"Kamu kenapa?" tanya ibu sambil berusaha membangunkan Naya yang menangis dalam tidurnya.

"Bangun, nak!"

"Ini ibu ada di sini!" kata ibu.

Perlahan Naya membuka matanya. Dan melihat ada ibu yang sudah duduk di dekatnya. Naya pun langsung memeluk ibu dengan erat.

"Kamu mimpi buruk, yah?!" tanya ibu kepada Naya yang sedang menghapus air matanya.

"Aku mimpi buruk sekali, bu."

"Aku tidak tahu ini pertanda apa buatku."

"Tapi, mimpiku itu seperti kejadian nyata bu."

"Jangan percaya mimpi!"

"Mimpi cuma bunga tidur."

"Jangan terbawa perasaan!"

"Yakinlah tidak akan terjadi apapun!" panjang lebar ibu menasehati Naya. Dan Naya pun sedikit merasa lega dengan yang dikatakan ibu.

"Sekarang, pergilah mandi!"

Setelah menyuruh Naya mandi. Ibu pun meninggalkan Naya yang masih duduk di tepi ranjangnya. Naya masih terbayang peristiwa di dalam mimpinya itu.

Kemudian, Naya pun beranjak ke kursi belajarnya. Dan dikeluarkannya blue diary kesayangannya dari dalam tas ransel. Lalu, perlahan Naya pun mulai menulis perasaan hatinya yang sedang tidak nyaman.

"Diaryku. Baru saja aku mengalami mimpi yang sangat tidak wajar, menurutku. Mimpi yang membawaku ke dalam suatu peristiwa mengerikan. Yang aku sendiri berada di dalam cerita mimpiku. Mimpi yang membawaku seakan berada di dunia nyata. Dan kenyataan yang seakan benar akan ku alami dalam hidupku.

Diaryku. Mimpi itu telah menarik perasaanku menjadi tidak tenang. Tapi, itu kan cuma mimpi yang akan terhapus jika terbangun. Namun, sepertinya aku sulit menghapus mimpiku dalam hati dan fikiranku.

Diaryku. Jika mimpi itu peringatan buatku. Aku akan berusaha menyelamatkan mereka yang hadir dalam peristiwa itu. Tapi, aku sendiri tidak mengenal mereka. Bagaimana aku bisa menyelamatkan mereka semua yang berada dalam bis itu?Dan bis itu, bagaimana aku mencari tahu nama dari bis yang terjungkal masuk ke dalam jurang.

Diaryku. Aku hanya sekedar bermimpi saja kan? Tidak ada suatu hal apapun yang akan terjadi. Aku sangat khawatir."

Naya pun menutup blue diary dan meletakkannya dalam tas ransel yang selalu dibawanya. Lalu, Naya bergegas pergi ke kamar mandi. Pagi ini dia berniat pergi ke kampus lebih awal. Karena, ia sudah rindu ingin berkumpul bersama dengan teman-temannya.

Setelah semuanya dirasa sudah rapi, Naya pun keluar dari dalam kamarnya dan berniat untuk sarapan pagi. Ternyata, ayah, ibu dan Bayu sudah selesai sarapan sejak tadi.

"Kenapa kalian semua cepat sekali sarapannya?" tanya Naya heran.

Ibu yang masih berada di meja makan mengatakan, kalau sebenarnya mereka bertiga ingin sarapan bersama Naya. Tetapi, karena Bayu harus segera berangkat. Jadi, ayah dan ibu menemani Bayu untuk sarapan pagi.

Naya yang baru saja akan menyuapkan sendok nasinya ke dalam mulut. Tiba-tiba tersentak dan menghentikan suapannya.

"Apa yang ibu katakan?" tanya Naya.

"Yang mana?" jawab ibu bingung.

"Bayu!" kata Naya.

"Oh Bayu, dia berangkat!"

"Berangkat kemana?" tanya Naya kembali.

"Yah, ke terminal!"

"Ibu tidak bercandakan!"

"Kamu ini kenapa Naya?"

"Ibu jadi bingung lihat sikap kamu."

"Untuk apa Bayu ke terminal?"

"Bayu kan akan berangkat ke kampung nenek."

"Tidak!"

"Bayu tidak boleh pergi!"

"Ini tidak boleh terjadi!"

"Kamu kenapa Naya?" tanya ibu yang bingung dengan semua ucapan Naya.

"Maaf bu, Naya tidak jadi sarapan!"

"Naya akan menyusul Bayu."

"Kamu ini ada apa?"

"Ibu tambah tidak mengerti dengan sikapmu yang aneh."

"Bayu akan naik bis apa?"

"Cepat katakan, bu!" desak Naya kepada sang ibu.

Ibu pun mengatakan nama bis yang akan dinaiki Bayu pagi itu. Setelah Naya mengetahui nama bisnya. Naya pun bergegas meninggalkan meja makan. Dan pergi ke kamar mengambil tas ranselnya. Dengan tergesa-gesa Naya pamit kepada ibunya yang masih duduk di ruang makan.

"Naya pergi dulu, bu."

"Naya akan mengejar Bayu ke terminal."

Baru saja ibu akan melarang Naya. Dengan cepat Naya menghindar dari ibunya. Dan bergegas keluar dari rumah bersama dengan motor miliknya. Tanpa menunggu waktu lama, Naya pun sudah melaju dengan cepat menuju terminal. Hanya satu tujuan di hati Naya. Mencegah keberangkatan Bayu.