Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 11 - Part 11 : Andaikan Saja

Chapter 11 - Part 11 : Andaikan Saja

"Malam ini aku ingin tenang."

"Aku tidak ingin mengerjakan yang lain."

"Aku rindu, ingin menulis di dalam blue diary kesayanganku." Kata Naya dalam hati.

Sambil duduk di kursi belajarnya. Naya pun mulai menggerakkan penanya. Dia mulia menulis kata perkata di dalam buku hariannya.

"Malam ini tidak seperti malam-malam lainnya. Malam ini aku ingin mengkhayal. Membayangkan sesuatu yang tidak biasa. Malam ini aku ingin pergi kemana ku suka. Andaikan saja. Aku bisa berada di suatu tempat yang belum pernah aku kunjungi. Andaikan saja ada tempat baru, teman baru dan kehidupan baru yang dapat ku lihat. Bagaimana rasanya, yah?. Menyenangkan atau menyedihkan. Tapi, rasanya itu tidak mungkin. Saat ini aku memang tidak bisa pergi kemana-mana. Tugas kuliah yang datang silih berganti menjadi beban sendiri di pundakku. Kapan aku bisa terbebas dari semua itu?. Andaikan saja aku dapat merdeka. Andaikan saja tidak ada yang mengganggu kesenanganku. Andaikan saja...."

Tiba-tiba, Naya mendengar ada orang yang membuka pintu kamarnya. Naya menoleh ke arah pintu. Naya melihat pintu kamarnya sudah terbuka. Tapi, dia tidak melihat siapapun berada di dekat pintu. Dalam hati Naya mengira kalau ada orang yang mengerjainya. Naya pun memanggil ibu, ayah dan Bayu.

"Ibu...ayah....Bayu....!" panggil Naya. Tapi, tidak jawaban dari ketiganya. Naya pun kembali bertanya dengan nada sedikit kuat.

"Apa kalian yang membuka pintu?" tanya Naya. Tapi, tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

Naya yang merasa heran langsung bangun dari kursinya. Dan berjalan mendekati pintu kamarnya. Memang tidak ada siapapun di dekat pintu. Naya pun menengok ke luar kamar. Tapi, memang tidak ada seorang pun di sana. Saat Naya berniat menutup pintu kamarnya kembali. Tiba-tiba saja, blue diary terjatuh dari atas meja. Naya pun tidak jadi menutup pintu kamarnya. Dan beralih mengambil blue diary yang tergeletak di lantai.

Setelah blue diary ditaruhnya kembali di atas meja. Naya kembali berjalan ke pintu kamarnya. Dia ingin merapatkan pintu kamarnya. Namun, secara tiba-tiba wanita berbaju putih telah berdiri di sebelahnya. Sambil tersenyum kepada Naya. Dia pun memberi isyarat. Agar Naya keluar dari dalam kamarnya. Saat itu Naya hanya diam, sambil memandangi wajah wanita yang ada di hadapannya. Dan tanpa ragu Naya pun menuruti ajakan wanita itu. Berjalan mengikutinya.

Naya terus saja berjalan. Saat melewati ruang tengah Naya melihat ayah, ibu dan Bayu yang sedang menonton televisi. Naya ingin menghampiri ketiganya. Dan mengatakan kalau dia mau keluar rumah bersama wanita yang ada di depannya. Tapi, Naya tidak bisa memutar tubuhnya. Dia pun harus terus berjalan.

Setibanya di ruang tamu, Naya tidak melihat keberadaan wanita berbaju putih yang tadi bersamanya. Tiba-tiba, terdengar suara wanita itu memanggil-manggilnya.

"Naya......!"

"Naya......!"

"Keluarlah!"

"Buka pintunya!"

"Aku ada di sini!"

Naya yang mendengar suara panggilan wanita itu. Langsung membuka pintu di ruang tamu. Tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya. Pintu ruang tamu pun terbuka. Dan Naya sudah berdiri di luar rumah. Sedikit pun tidak ada rasa takut pada diri Naya. Padahal di luar sangat gelap. Karena, sudah larut malam.

Naya melihat wanita berbaju putih itu sedang berayun di pohon besar. Pohon besar yang berada tepat di depan rumahnya. Sambil tersenyum kepada Naya, wanita itu terus saja berayun-ayun.

Beberapa saat Naya berdiri di depan rumahnya. Sampai akhirnya, wanita berbaju putih itu pun melayang turun ke bawah, mendekati Naya. Kemudian, dia meraih tangan Naya. Naya merasakan pegangan tangannya sangat dingin. Tapi, Naya tidak berkata apapun pada saat itu.

Lalu, wanita berbaju putih itu membawa Naya berlari di atas angin. Naya merasa kakinya tidak berpijak di tanah. Tubuhnya pun terasa ringan. Saat itu perasaan Naya sangat senang. Karena, mendapatkan kebebasan di alam terbuka bersamanya.

Naya tidak tahu kemana dia akan dibawa oleh wanita berbaju putih itu. Sepertinya sangat jauh dari tempat tinggalnya. Naya menengok ke kanan dan kiri jalan. Gelap, sepi, tidak ada seorang pun berjalan di tempat itu. Yang terdengar hanya suara burung hantu dan lolongan anjing yang sangat panjang.

Ternyata, Naya sudah berada di sebuah gerbang pemakaman. Naya membaca plang nama yang menempel di gerbang masuk. "Pemakaman Umum". Naya pun terkejut, untuk apa dirinya berada di pemakaman umum. "Siapa yang sudah meninggal?" tanya Naya dalam hati kecilnya.

Naya pun mencoba cari tahu dari wanita yang berada di dekatnya. Naya menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya kepada wanita berbaju putih itu.

"Bukankah ini komplek pemakaman?" tanya Naya. Sang wanita itu hanya tersenyum. Kemudian, wanita itu pun menarik tangan Naya masuk ke dalam komplek pemakaman. Naya melihat dengan jelas barisan batu nisan dan gundukan tanah makam yang ada di hadapannya.

"Bukankah itu kuburan?" tanya Naya. Sang wanita hanya tersenyum. Kemudian, wanita itu pun menarik tangan Naya masuk ke dalam area pemakaman dan mendekati sebuah pohon besar dan rindang.

"Bukankah ini pohon kamboja?" tanya Naya. Sang wanita itu hanya tersenyum. Kemudian, wanita itu pun menarik tangan Naya ke barisan makam yang terletak tidak jauh dari pohon kamboja.

"Makam siapa ini?" tanya Naya. Sang wanita itu hanya tersenyum. Kemudian, wanita itu pun menarik tangan Naya untuk mendekat ke batu nisan yang terpasang di atas makam. Naya pun membaca tulisan yang tertera pada batu nisan.

"Apa ini makam orang tuamu?" tanya Naya. Sang wanita itu hanya tersenyum. Kemudian, wanita itu menunjuk ke arah depan. Dan Naya pun melihat ada sepasang suami istri berdiri di seberang sana.

"Apa mereka kedua orang tuamu?" tanya Naya. Sang wanita itu hanya tersenyum. Lalu, kembali menarik tangan Naya ke makam lainnya. Makam yang ditumbuhi banyak rumput halus itu terlihat sangat terawat.

"Apakah ini makammu?" tanya Naya. Sang wanita itu hanya tersenyum. Naya pun membaca nama yang tertulis pada batu nisannya. "Diary". Itu nama wanita berbaju putih yang sedang bersamanya.

"Apa kalian tinggal di sini?" tanya Naya. Sang wanita itu pun kembali tersenyum.

"Kalian tinggal di pemakaman."

"Kalian tidak kesepian."

"Kalian tidak takut."

"Kata orang di pemakaman banyak hantunya."

"Kamu harus hati-hati diary, jangan dekat dengan hantu."

"Hantu itu menyeramkan dan menakutkan."

"Tapi, aku belum pernah bertemu hantu."

"Aku hanya sering bertemu dengan orang-orang aneh yang kadang membuatku bingung." Jelas Naya panjang lebar. Dan wanita berbaju putih itu pun tersenyum.

"Kalian bahagia tinggal di sini?" tanya Naya.

"Tidak usah dijawab."

"Aku hanya berharap kita semua punya kebahagian, meskipun hanya sedikit."

Tiba-tiba, Naya melihat wanita berbaju putih itu meneteskan air matanya.

"Eh, kamu menangis!"

"Aku kira kamu cuma punya senyum."

Wanita berbaju putih itu pun kembali tersenyum mendengar ucapan Naya.