"Halo!"
"Halo, bu!"
"Ada apa, Naya?"
"Hari ini aku pulang terlambat, bu!"
"Kenapa?"
"Banyak tugas makalah yang harus aku selesaikan."
"Sekarang kamu dimana?"
"Aku masih di kampus, bu."
"Dimana kamu akan mengerjakan tugas makalah?"
"Aku akan pergi ke perpustakaan umum."
"Karena, bukanya bisa sampai malam."
"Baiklah, kamu hati-hati di jalan yah!"
"Iya, bu!"
Naya pun menutup sambungan ponselnya. Dan kembali masuk ke dalam kelasnya untuk mengikuti perkuliahan selanjutnya. Meskipun dosen belum datang, tapi Naya tetap berada di dalam kelas sambil membaca buku.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya dosen bersangkutan datang juga. Dan perkuliahan pun dilanjutkan. Naya yang sedang bersemangat mengikuti perkuliahan. Mendengarkan penjelasan materi perkuliahan dengan sangat serius.
Tiga mata kuliah pada hari ini, akhirnya selesai juga. Walaupun Naya merasa lelah. Tapi, Naya harus tetap bersemangat. Karena, hari ini dia telah berniat akan menyelesaikan seluruh tugas makalah yang belum sempat dikerjakannya.
####################################
Matahari sudah mulai condong ke barat. Jam tangan Naya juga sudah menunjukkan pukul 15.00 wib. Naya baru saja keluar dari kampus. Dengan langkah santai Naya berjalan menuju ke perpustakaan umum. Letak perpustakaan tidak jauh dari kampusnya. Hanya dengan berjalan kaki Naya bisa sampai di perpustakaan tersebut. Yah, hari ini memang Naya naik angkutan umum ke kampus. Karena, motor kesayangannya sedang masuk bengkel.
Akhirnya, Naya pun sampai di perpustakaan umum. Setelah memperlihatkan kartu tanda anggota. Naya langsung dapat menggunakan fasilitas komputer perpustakaan.
Diletakkannya tas ransel di laci meja komputer. Kemudian, Naya pun mencari buku-buku referensi makalah yang dibutuhkannya. Ternyata, semua buku yang dibutuhkan Naya ada di perpustakaan tersebut.
Tanpa membuang waktu lagi, Naya langsung mengerjakan tugas makalahnya. Satu persatu tugas makalah selesai juga dikerjakan Naya. Hanya tinggal satu makalah yang masih dalam proses pengetikan.
Naya menarik nafas panjang. Saat dilihatnya jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan pukul 21.00 wib. Hari sudah malam. Tapi, Naya masih harus membuat kata penutup di makalah terakhirnya. Naya pun bangkit dari kursinya. Dan pergi ke bagian informasi.
"Jam berapa perpustakaan tutup, pak?" tanya Naya ke petugas informasi.
"Hari ini tutup pukul 22.00 wib." Jawab petugas informasi.
"Terima kasih, pak!"
Naya pun kembali duduk di kursinya. Dipercepatnya pengetikan kata penutup di makalah terakhirnya. Hanya dalam waktu 15 menit makalah terakhir selesai juga.
Naya langsung merapikan tiga makalah yang telah dibuatnya. Dan memasukkannya ke dalam tas ransel. Kemudian, Naya bergegas meninggalkan perpustakaan umum. Karena, jam tangannya sudah menunjukkan pukul 22.00 wib.
#######################################
Sesampainya di jalan, Naya baru ingat kalau dirinya harus naik angkutan umum. Naya pun mempercepat langkah kakinya. Perasaannya mulai tidak enak. Halte bis masih sangat jauh. Dan bis yang akan dinaikinya belum tentu juga cepat datang.
Naya menengok ke kanan dan kiri jalan. Gelap dan sepi, tidak ada seorang pun melintas di jalan yang dilewatinya. Naya terus saja berjalan, karena sudah kemalaman.
Akhirnya, halte bis terlihat juga di ujung jalan. Naya semakin mempercepat langkah kakinya. Tiba-tiba, ponsel di dalam saku bajunya berbunyi. Saat Naya akan menerima panggilan masuk. Baterainya lowbatt, dan Naya pun memasukkan kembali ponselnya.
"Halo, cantik!" sapa seorang lelaki yang mendadak muncul di hadapan Naya. Lelaki itu tidak sendiri, dia bersama dengan dua orang temannya.
Kehadiran tiga orang lelaki di hadapan Naya. Membuatnya sangat terkejut dan ketakutan. Naya pun berusaha menghindar dari para lelaki itu. Tapi, ketiga lelaki itu terus saja menghalangi langkah Naya.
"Maaf, saya mau pulang!" ucap Naya pelan.
"Ha.....ha.....ha.....!" ketiga lelaki itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Naya.
"Kalau mau pulang, biar abang antar sayang!" kata salah seorang dari mereka.
"Tolong, beri saya jalan!" pinta Naya dengan suara bergetar.
"Ha.....ha.....ha.....!" ketiganya kembali melepas tawa mereka.
"Mau lewat yah, silahkan!" seorang lelaki dengan suara mengejek mempersilahkan Naya lewat.
Tapi, baru saja Naya berjalan tiga langkah. Tiba-tiba, tas ransel Naya ditarik dengan paksa. Naya pun dengan sekuat tenaga berusaha untuk berlari. Tapi, dia tidak bisa. Tarikan ketiga lelaki itu sangat kuat, hingga Naya pun jatuh terlentang di aspal bersama dengan tasnya.
Naya yang menyadari dirinya sedang dalam bahaya. Dengan cepat bangun dan duduk. Saat dia akan berdiri, seorang lelaki menodongkan pisau ke arahnya. Naya sangat ketakutan dan dia pun berteriak minta tolong.
"Tolong......!!!!"
"Tolong saya...!���
"Jangan sakiti saya!"
"Ha.....ha.....ha.....!"
"Berteriaklah sekuat tenaga!"
"Tidak akan ada orang yang menolongmu, gadis malang!"
Suasana jalan yang gelap dan sepi. Juga, jauh dari pemukiman. Membuat teriakan Naya menjadi sia-sia. Tidak ada seorang pun yang datang memberikan pertolongan.
Naya menangis dan berusaha berontak. Tapi, ketiga lelaki itu tidak mempedulikannya. Ketiganya justru semakin berbuat kasar kepada Naya. Mereka menarik tas ransel Naya. Dan mengeluarkan seluruh isinya, hingga berserakan di atas aspal.
Ketiga lelaki itu mengacak-acak buku dan makalah Naya. Juga mengeluarkan seluruh isi dompet Naya. Naya sedikit pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menangis dan terus menangis.
"Apa ini?" tanya seorang lelaki sambil memegangi blue diary.
"Jangan dibuka!" cegah Naya. Tapi, lelaki itu tidak mendengarkan ucapan Naya.
Sambil tersenyum mengejek, dia membuka blue diary yang sedang dipegangnya. Mendadak sinar biru memancar dari dalam blue diary. Ketiga lelaki itu pun langsung terpental. Dan blue diary jatuh ke tanah. Naya berusaha mengambil blue diarynya.
Namun, tiba-tiba sebuah pukulan menghantam kepala Naya. Hingga Naya merasakan kepalanya pusing dan tengkuknya sakit. Naya pun jatuh tersungkur.
Sambil menangis dan menahan sakit. Naya berusaha merangkak mengambil blue diarynya. Tapi, seseorang menginjak punggungnya. Naya merasakan tubuhnya menjadi lemas. Dan pandangannya berkunang-kunang.
Namun, Naya masih bisa melihat wanita berbaju putih itu berdiri di dekat blue diary. Dia tersenyum kepada Naya. Dan dia pun mengulurkan tangannya kepada Naya. Tapi, Naya sudah tidak sanggup lagi bergerak. Perlahan-lahan Naya merasakan dirinya menjadi ringan dan terangkat ke atas. Lalu, semuanya menjadi gelap dan sunyi.
######################################
"Kenapa ada suara kokok ayam dalam mimpiku?"
"Duh, berisik sekali!"
"Ini dimana?"
Naya berusaha membuka matanya. Betapa terkejutnya Naya saat mengetahui dirinya sudah berada di dalam kamarnya.
"Bagaimana bisa aku tidur di kamar ini?" tanya Naya dalam hati.
"Lalu, kejadian semalam?"
Naya teringat semua kejadian yang telah dialaminya. Dan berniat memeriksa tas ransel yang tergeletak di meja belajarnya. Tapi, pada saat Naya akan mengangkat tubuhnya. Naya merasakan punggungnya sakit sekali. Dan kepalanya pusing.
Tiba-tiba, ibu masuk ke dalam kamar. Sambil membawakan nampan yang berisi sarapan pagi.
"Kamu sudah bangun, Nay?" tanya ibu.
"Ini sarapanmu, dimakan yah!"
Ibu pun meletakkan nampan yang dibawanya di atas tempat tidur Naya. Saat ibu akan keluar kamar. Naya mencoba bertanya kepadanya.
"Siapa yang mengantarku pulang, bu?" tanya Naya pelan.
"Kamu lupa!"
"Kamu kan pulang bersama wanita berbaju putih."
"Dia yang menggandengmu dan menyerahkan tasmu."
"Tapi, saat ibu tanya ada apa."
"Dia hanya tersenyum."
"Oh ya, ini ponselmu sudah ibu cas!"
"Ada pesan masuk, coba kamu baca!"
Naya pun mengambil ponselnya dari tangan ibu. Dan langsung membaca pesan masuk untuknya.
"Para lelaki itu telah tewas. Dan tidak akan pernah mengganggumu lagi. Aku akan selalu bersamamu."
"Apa isi pesannya?" tanya ibu.
"Temanku menanyakan keadaanku." Ucap Naya berbohong.
"Maafkan Naya, bu. Karena, harus berbohong!" kata Naya dalam hati kecilnya.