Chereads / Petaka Sebuah Tulisan / Chapter 5 - Part 5 : Arti Persahabatan

Chapter 5 - Part 5 : Arti Persahabatan

Sejak pagi tadi Naya sudah berada di depan perpustakaan kampus. Dia ada janji dengan Devi. Tapi, Devi belum juga muncul di hadapannya. Padahal Naya sudah menunggunya lebih dari tiga puluh menit. Karena, merasa bosan Naya pun langsung masuk ke dalam perpustakaan. Setelah mengisi buku daftar pengunjung perpustakaan. Naya pun langsung mencari tempat duduk yang dirasanya nyaman.

Sofa melingkar khusus para pembaca surat kabar menjadi pilihan Naya untuk duduk. Di depan sofa ada meja hitam yang penuh dengan surat kabar yang terbit pagi itu. Naya pun mengambil salah satu surat kabar yang ingin dibacanya.

Devi yang ditunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. Naya pun meneruskan membaca surat kabar yang dipegangnya. Naya merasa tertarik dengan berita yang ada di halaman pertama surat kabar. "Mahasiswi mati dibunuh oleh temannya sendiri."

"Kenapa bisa dibunuh?" tanya Naya dalam hati. Naya yang merasa penasaran dengan pemberitaan tersebut, akhirnya membaca beritanya sampai habis.

"Hah! hanya karena sakit hati berujung dengan kematian."

"Sungguh tragis!"

"Mungkin saja ada motif lain?!" Naya masih saja memikirkan berita yang dibacanya.

"Tapi, beritanya sudah lengkap aku baca."

"Dan motifnya murni sakit hati."

Tiba-tiba saja, Devi muncul di hadapan Naya.

"Nay, mana makalah komunikasi bisnis?" tanya Devi kepada Naya yang sedang membaca surat kabar.

"Eh, kamu sudah datang!"

"Makalahnya belum aku kasih cover."

"Aku pinjam dulu, Nay."

"Sebentar aku ambil di loker penitipan tas." Naya pun bangun dari duduknya. Dan langsung melangkah ke loker penitipan tas. Setelah mengambil tasnya, Naya pun mengeluarkan makalah yang akan dipinjam Devi.

Devi yang sedang menunggu Naya di depan perpustakaan terlihat sangat gelisah. Sesekali dia berjalan mondar-mandir menutupi kegelisahan hatinya. Tiba-tiba, Naya datang dan menyerahkan makalahnya langsung kepada Devi teman sekelasnya.

"Nanti aku kembalikan di dalam kelas," kata Devi yang langsung pergi ke luar kampus.

Naya pun berbalik badan dan berjalan menaiki anak tangga ke lantai tiga. Naya berniat untuk menunggu Devi di dalam kelas. Satu persatu anak tangga dinaiki Naya. Hingga akhirnya sampailah dia di lantai tiga, dimana kelasnya berada.

Ternyata, di dalam kelas sudah banyak mahasiswa lain yang sedang duduk menunggu dosen datang. "Syukurlah kelas tidak sepi," ucap Naya dalam hati. Tapi, baru saja Naya hendak duduk di kursinya. Tiba-tiba saja, dosen komunikasi bisnis masuk ke dalam kelas. Dan seluruh mahasiswa langsung mengucapkan salam kepadanya. Dan pembelajaran komunikasi bisnis pun dimulai.

"Apa tugas makalah yang ibu berikan sudah kalian kerjakan?" tanya ibu dosen ramah.

"Sudah bu!" jawab salah seorang mahasiswa yang duduk di bangku belakang.

"Silahkan kalian antar ke meja ibu sekarang juga!"

Para mahasiswa pun langsung maju ke depan. Dan meletakkan tugas makalah mereka di atas meja dosen. Naya yang duduk di bangku depan merasa tidak tenang. Devi yang meminjam makalahnya, belum juga hadir di dalam kelas. Naya menengok ke kanan dan ke kiri. Berharap Devi segera datang dan mengembalikan makalah yang sudah dibuatnya. Tapi, harapan Naya seakan sia-sia. Devi belum juga muncul di hadapannya.

Hingga ibu dosen menyebut namanya dan nama Devi yang belum mengantar tugas makalah. Ibu dosen pun memanggil Naya ke depan kelas. Dan mengingatkan Naya tentang perjanjian minggu lalu. Barangsiapa tidak membuat makalah akan di skors. Tidak boleh mengikuti mata kuliah komunikasi bisnis selama tiga kali pertemuan. Dan siap mendapat nilai D untuk mata kuliah tersebut.

"Saya sudah buat, bu." Kata Naya melakukan pembelaan.

"Maaf Naya, tapi buktinya kamu tidak mengantar makalahmu kepada ibu."

"Makalah saya sedang dipinjam Devi, bu."

"Ibu tidak mau mendengar alasan apapun."

Tiba-tiba, Devi muncul di depan kelas dan langsung menyerahkan satu makalah yang dibawanya.

"Dev, makalah aku mana?" tanya Naya dengan perasaan senang. Karena, Devi telah menyelamatkan dirinya dari hukuman.

"Makalah apa, Nay?"

"Makalah yang kamu pinjam!" jelas Naya.

"Sory yah Nay, mana pernah aku pinjam makalahmu?!"

"Itu makalahku." Tunjuk Naya ke makalah yang dipegang Devi.

"Ini makalahku, lihat ada namaku dicovernya!" bantah Devi sambil tersenyum. Naya pun sangat terkejut dengan sikap Devi yang berubah drastis.

"Ini makalahku, bu." Sambil tersenyum Devi menyerahkan makalah yang dipegangnya kepada ibu dosen.

"Terima kasih, Dev." Ibu dosen pun menyuruh Devi untuk duduk di kursinya. Tinggallah Naya yang masih berdiri di depan kelas sendirian.

"Ingat hukuman kamu Naya!" ujar ibu dosen.

"Sekarang kembalilah ke kursimu!"

Dengan tertunduk malu, Naya pun kembali duduk di kursinya. Hatinya sangat sakit dengan sikap Devi kepadanya. Devi sahabatnya telah mengkhianati kebaikannya. Devi telah menjerumuskannya dalam kesalahan yang tidak diperbuatnya.

Ibu dosen pun melanjutkan materi perkulihan selanjutnya. Tapi, Naya tidak mendengarkannya. Dia malah mengeluarkan blue diary kesayangannya. Naya tidak peduli dengan keberadaan ibu dosen di depan kelas, yang sedang menjelaskan dengan serius.

Sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Naya pun mulai menumpahkan kekesalan hatinya di dalam blue diary.

Hari ini aku baru tahu artinya sebuah persahabatan sejati.

Sahabat sejati tidak pernah melukai sahabatnya sendiri.

Sahabat layaknya saudara yang dapat saling memberikan bantuan.

Sahabat pastinya tidak pernah menyulitkan sahabatnya.

Sahabat selalu ada buat sahabatnya dalam segala situasi.

Dia sahabatku telah membuatku bersedih.

Dia sahabatku sudah mempermalukanku.

Dia sahabatku mengkhianati kepercayaanku.

Dia sahabatku telah menusukku dari belakang.

Hingga, hati ini harus mengeluarkan darah yang tidak akan pernah berhenti. Hingga ajal menjelang.

Dan mati dalam rasa sakit yang teramat perih.

Naya pun mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Meski hatinya hancur, tapi dia tidak mau orang lain mengetahuinya. Bagi Naya cukuplah blue diary yang mengetahui seluruh keluh kesahnya.

Perkuliahan pun selesai. Ibu dosen telah meninggalkan ruang kelas. Begitu pun dengan para mahasiswa yang berebut keluar dari dalam kelas. Tapi, Naya masih duduk di kursinya. Dipandanginya wajah Devi yang terlihat baik. Namun, Devi membuang wajahnya dari pandangan Naya. Dan bergegas keluar dari kelas tanpa menegur Naya.

"Devi.....!" panggil Naya. Tapi, Devi terus melangkah pergi. Dan tidak mempedulikan panggilan Naya.

Naya berusaha mengejar Devi. Dan ingin meminta penjelasan atas apa yang telah dilakukannya. Tapi, Devi dengan cepat menuruni anak tangga. Dan Naya tidak berhasil mengejarnya.

Dengan langkah gontai Naya pun berusaha menuruni anak tangga satu persatu. Hingga akhirnya dia sampai pada susunan anak tangga di lantai satu.

"Devi.....!" jerit Naya histeris dan dengan cepat menuruni sisa anak tangga di bawahnya.

Jeritan Naya membuat seluruh mahasiswa berkerumun di tempat kejadian. Mereka yang melihat langsung menutup mulut dan hidung. Mereka tidak kuat melihat kondisi Devi yang sangat mengenaskan. Devi yang tergeletak di anak tangga terakhir itu, sudah tidak bergerak. Kepalanya retak dan telinganya mengeluarkan banyak darah. Dadanya berlubang dan terus mengeluarkan darah. Mata Devi pun melotot ke atas.

Hanya Naya yang berani mendekat. Dia langsung memangku sahabat yang telah mengkhianatinya. Tangis Naya pun pecah melihat kondisi Devi yang sangat memprihatinkan.

"Tolong.....sahabatku!" pinta Naya sambil terus menangis. Tapi, tidak satu pun yang berani menyentuh tubuh Devi. Hingga pihak medis datang membawa jenazah Devi dengan mobil ambulans.