Sudah dua hari Naya absen dari kampus. Perasaan hatinya yang sedang tidak stabil, membuatnya beristirahat mengikuti perkuliahan. Hari-harinya lebih banyak dihabiskannya di dalam kamar.
Jika sudah berada di dalam kamar. Naya lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca buku cerita. Banyak buku cerita favoritnya yang telah habis dibaca olehnya. Kalau sudah begitu keadaannya, Naya pun beralih dengan menulis cerita. Biasanya Naya lebih senang menulis cerita misteri. Menurutnya, cerita misteri lebih menantang nyalinya. Ada takutnya, ada beraninya dan semua rasa dalam diri harus bermain di dalam cerita tersebut.
"Wow, cerita misteri!"
"Sepertinya seru juga, nih!"
"Tapi, cerita apa yah?" tanya Naya pada hati kecilnya.
Sementara fikiran Naya sedang disibukkan dengan cerita yang akan dibuatnya. Tiba-tiba saja, dari ruang tengah ibu berteriak-teriak memanggilnya.
"Naya.....ada telephon buat kamu nih!"
"Nay.....!"
"Sebentar bu, letakkan saja gagang telephonnya dulu!" jawab Naya dari dalam kamarnya.
Kemudian, Naya pun keluar dari dalam kamar dan langsung menuju ke ruang tengah. Gagang telephon yang sudah diletakkan ibu, langsung diangkatnya.
"Halo!"
"Siapa nih?" tanya Naya.
"Aku Devi, Nay."
"Oh, kamu dev!"
"Ada apa, yah?"
"Aku mau tanya, apa tugas makalah komunikasi bisnis kamu sudah selesai?"
"Sudah," jawab Naya singkat.
"Boleh tidak aku pinjam?!"
"Besoklah, aku bawa ke kampus!"
"Ok deh, makasih yah Nay!"
"Sama-sama." Naya pun langsung menutup gagang telephonnya. Dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Setibanya di dalam kamar Naya langsung mengambil blue diary kesayangannya.
"Mungkin lebih baik aku mulai menulis ceritanya di sini," katanya dalam hati.
"Tentang apa, yah?" sambil berfikir Naya pun meletakkan kepalanya di atas blue diary yang tergeletak di atas meja. Pandangan mata Naya, tiba-tiba tertuju ke tempat tidurnya. Sambil memainkan pena yang ada di genggamannya. Naya pun melempar senyum pada sosok wanita yang duduk manis di tepi ranjangnya. Wanita berkulit putih, bermata sipit dan berambut kepang dua itu terus saja tersenyum pada Naya.
"Oh, aku dapat judul ceritanya." Dengan cepat Naya pun menulis judul ceritanya di dalam blue diary. Judulnya "Kehadiran Wanita Berbaju Putih".
Setelah menulis judul ceritanya, Naya pun kembali menoleh ke arah wanita yang duduk di tepi ranjangnya. Ternyata, wanita itu memang memakai gaun panjang berwarna putih.
"Baiklah, kamu menjadi inspirasi ceritaku!" ucap Naya sambil menunjuk ke arah wanita itu. Wanita itu pun tersenyum kepada Naya. Kemudian, Naya pun melanjutkan ceritanya yang dituangkannya dalam blue diary.
Suatu hari kamu datang menemuiku. Kala itu fikiranku sedang kosong. Dan aku sedang membutuhkan seorang teman sebagai tempatku menuangkan kegalauan hatiku. Kamu hadir di hadapanku tanpa berbicara sepatah kata pun. Tapi, perasaanku dapat menceritakan apa yang kamu inginkan melalui tulisanku.
Sekarang kamu duduk di tepi ranjangku. Kamu tersenyum padaku. Aku pun tersenyum padamu. Aku tahu kalau kamu sangat menderita. Dan hanya aku yang dapat mengerti perasaanmu. Kamu tiada karena tersakiti. Dan kini kamu tidak mau aku tersakiti. Kamu ingin menemaniku selamanya. Hingga tidak seorang pun bisa menyakiti hatiku.
Perlahan kamu mendekatiku. Kamu berdiri tepat di sebelahku. Wajahmu yang putih terlihat pucat sekali. Kamu hanya memperhatikan aku menulis. Tetapi, mendadak sekujur tubuhku terasa dingin. Aku merasa tidak nyaman. Hatiku pun berdegup kencang. Mengapa aku jadi seperti ini? Aku berusaha menyentuh tanganmu. Tapi, tanganku sulit diangkat. Kemudian, aku melihat kamu berjalan keluar kamar. Aku berusaha mengejarmu. Namun, kamu terlalu cepat pergi.
"Nay, Naya bangun!" suara ibu terdengar kuat sekali di telinga Naya. Naya pun perlahan membuka kedua matanya yang masih mengantuk.
"Apa ibu lihat wanita berbaju putih keluar kamar?" tanya Naya sambil menahan rasa kantuknya.
��Kamu ini bicara apa sih?"
"Kamu ngawur, yah!"
"Kamu di kamar hanya sendirian aja!"
"Ibu datang membangunkanmu."
"Karena, hari sudah petang."
"Oh begitu, mungkin aku cuma mimpi!"
"Sudahlah, ibu mau menyiapkan makan malam!"
"Kita akan makan malam bersama."
"Baik, bu."
Ibu pun bergegas meninggalkan Naya seorang diri di kamar. Setelah ibu keluar kamar Naya pun menutup jendela kamarnya. Dan merapikan buku-bukunya yang berserakan di atas meja belajarnya. Dan saat melihat blue diary, Naya teringat sesuatu.
"Inikan tulisanku saat melihat wanita itu." Tutur Naya dalam hati.
"Itu artinya aku tidak bermimpi."
"Aku kan sedang buat cerita."
"Ini cerita khayalanku atau cerita yang ku alami sendiri?!"
"Aku jadi bingung."
"Ah, sudahlah!"
Selesai merapikan kamarnya, Naya pun bergegas menuju ruang makan. Naya membantu ibu mempersiapkan makan malam. Sedangkan Ayah dan Bayu duduk santai menikmati acara televisi di ruang tengah.
Tepat pukul 19.00 wib, Naya beserta keluarga menikmati hidangan makan malam yang dimasak oleh ibu. Bagi Naya masakan ibu merupakan masakan pemersatu keluarga. Selain menu yang sesuai dengan selera keluarga. Rasa masakannya pun sangat menggugah perut seisi rumah.
Makan malam pun telah selesai. Naya masih menyibukkan diri membantu ibu di dapur. Sisa makanan langsung dipanaskan kembali oleh ibu, agar tidak basi. Sedangkan Naya mencuci perabotan dapur yang masih kotor. Tidak berapa lama, Naya pun selesai dengan tugasnya. Dan kembali ke dalam kamar untuk beristirahat.
Naya sudah berbaring di atas tempat tidur. Badannya terasa sakit semua. Naya merasa kelelahan dan ingin segera tidur. Tapi, entah mengapa matanya sulit sekali dipejamkan. Naya sudah berusaha menutup wajahnya dengan bantal. Tapi, tetap saja matanya tidak mau tidur. Naya pun memiringkan tubuhnya menghadap ke meja belajar. Betapa terkejutnya Naya saat melihat ada sosok wanita berbaju putih duduk di kursi belajarnya. Naya pun berusaha bangun dari tempat tidurnya. Tapi, tidak bisa. Naya merasa tubuhnya berat sekali. Dengan penuh keberanian Naya mengajak wanita itu berbicara.
"Kamu siapa?"tanya Naya.
Tiba-tiba, wanita berbaju putih itu menengok ke arah Naya yang masih terbaring di atas tempat tidur. Tidak ada jawaban darinya. Wanita itu kembali tersenyum pada Naya. Naya mulai merasa takut melihat keberadaan wanita berbaju putih itu.
"Kamu mau apa?" Naya kembali bertanya.
Wanita itu pun lagi-lagi hanya tersenyum kepada Naya. Dengan suara gemetar Naya kembali bertanya kepadanya.
"Kamu darimana?"
Untuk kesekian kalinya wanita berbaju putih itu tersenyum kepada Naya.
"Tolong, jangan ganggu aku!" pinta Naya dengan suara terbata-bata menahan rasa takutnya.
"Aku mau hidup tenang."
Perlahan-lahan wanita itu berjalan ke arah pintu. Naya melihatnya, dia tidak berpijak. Dan berjalan menembus pintu yang sudah ditutup rapat oleh Naya.
"Tidak....!" teriak Naya sambil menutup wajahnya dengan bantal.
"Naya.....!"
"Na...ya...!"
"Aku diary!"
"Jangan takut Naya!"
"Inilah aku, diary!"
"Tidak....!"
"Aku tidak mau diganggu!"
"Pergi jauh dariku!"
"Pergi.....!!!!!"