Chereads / WEREWOLF : "THE GAME IS BEGINNING" / Chapter 16 - BAB 16 : "PERTENGKARAN"

Chapter 16 - BAB 16 : "PERTENGKARAN"

AKU bangkit untuk segera menyerang balik setelah terjatuh ke lantai karena tak siap menerima pukulan Fajar.

Aku melancarkan pukulanku dari sisi kanan namun, sepertinya Fajar sudah siap menerima seranganku. Ia menghindar saat tinjuku tepat akan mengenai pelipis kirinya. Tubuh Fajar sekarang membungkuk di depanku setelah tadi dengan cepat menghindari pukulanku. Ia akan membalas seranganku dengan mengarahkan tinjunya ke arah perutku. Pukulannya telak mengenai perutku. Aku meringis menahan sakit. Tidak berhenti disitu, ia membenturkan sikut tangannya ke kepalaku membuat sekarang aku terjatuh kedua kalinya di lantai.

Terdengar Bella berteriak histeris saat melihatku terjatuh ke lantai. "Fajar stop! Udah jangan berantem lagi!"

Aku mendongkak wajahku ke atas. Terlihat Bella sedang menenangkan Fajar dan menahan dia agar berhenti melancarakan tinjunya ke arahku. Namun, sepertinya Fajar sudah terlampau emosi.

"Udah lu diem aja!" Fajar berteriak. Ia mendorong tubuh Bella ke sofa dengan kasar.

Melihat itu, aku tidak tinggal diam. Aku langsung bangkit dan memukul pipi kanan Fajar dengan sangat keras hingga ia terdorong ke belakang sebelum ia menyadari bahwa aku sudah tak berada lagi di lantai. Sekarang, aku sudah sangat emosi. Aku sangat marah saat ia mendorong Bella dengan kasar ke sofa. Aku tak terima melihat orang yang paling aku sayang dikasari oleh lelaki lain.

Aku kembali melancarkan seranganku, aku berlari ke arah Fajar sambil mengacungkan kaki kananku ke arah perutnya. Fajar tak sempat menghindar, tendanganku telak mengenai perutnya. Fajar meringis kesakitan dan terduduk di lantai sambil memegangi bagian bawah perutnya. Melihat Fajar yang sedang kesakitan, aku langsung menghampiri Bella yang terduduk di sofa.

"Kamu gapapa ?" Aku bertanya kepada Bella.

"Aku gapapa. Dzaf, Awas!" Bella berteriak.

Aku menoleh, aku tidak sempat memikirkan apa-apa. Fajar yang sudah berada di depanku, melepaskan kembali tinjunya. Untungnya, reflek tanganku dengan cepat menangkisnya. Lalu aku menghempaskan tangannya, dan saat ada sedikit celah wajahnya tak terjaga aku melepas pukulan dengan sangat keras.

Tangan kiri Fajar ternyata cukup cepat, ia menahan pukulanku dengan tangannya. Karena kaget Fajar bisa menahan pukulanku, membuat aku tidak menyadari bahwa Fajar sudah mengayunkan kakinya ke arah perutku. Aku terdorong ke belakang saat tendangan itu tepat mengenai perutku.

Belum sempat mengambil kuda-kuda, Fajar sudah berada di depanku kembali. Tidak ada waktu buatku untuk menghindar, Fajar telah mengayunkan sebuah tongkat ke arahku. Bukan dengan tinjunya, sekarang dengan sebuah tongkat ia ingin menghantamku dari sisi sebelah kiriku.

Aku berusaha menahan laju tongkat itu dengan tanganku sebelum tongkat itu mengenai pipi kiriku. Aku meringis saat tongkat yang dipakai Fajar mengenai tanganku. Rasanya sangatlah perih, tapi untungnya itu tidak mengenai bagian dari wajahku. Tak bisa dibayangkan jika, tongkat itu menghantam pipiku.

Aku mengatupkan rahang. Kenapa ia punya tongkat sekarang untuk melawanku? Tongkat tersebut terus-terusan menghantam dan mengarah kepadaku. Tapi, lagi-lagi aku mencoba menangkis dan menahannya dengan tanganku sebelum tongkat itu mengenai kepalaku.

"Mampus lu anjing!" Fajar tertawa. Wajahnya tampak sangat puas.

Sekarang aku terpojok. Punggungku sekarang sudah bersandar di tembok, mengartikan bahwa aku sudah tidak bisa lagi terus-terusan menahan serangan Fajar. Tanganku juga sudah sangat merah karena dari tadi menahan perihnya serangan Fajar yang memakai tongkat. Sekarang, Tongkatya tepat mengarah ke arah perutku. Aku sudah tak sanggup lagi untuk menahannya dengan tanganku. Aku bersiap merima hantaman telak di perut.

Tapi sebelum tongkat itu menyentuh perutku… lagi-lagi Bella! Dia mendadak mengangkat tangannya yang sudah memegang sebuah buku tebal dan di arahkan ke kepala Fajar. Buku itu keras menghantam kepala belakang Fajar. Fajar yang kaget ada seseorang dibelakannya yang memukul, langsung menoleh ke belakang dan langsung mengarahkan tongkatnya ke arahnya.

Tapi sebelum tongkat itu mengenai Bella, aku sudah menahannya terlebih dahulu. Aku rebut tongkatnya dan aku hantamkan ke arah Fajar tepat di saat ia menoleh ke arahku. Fajar tergelatak jatuh karena terkena pukulan tongkat yang aku rebut dari tangannya. Tapi tidak lama setelah itu, ia kembali bangkit. Raut mukanya sekarang lebih menyeramkan dibandingkan tadi.

"Segitu doang kemampuan lu hah?!" Fajar mengejek.

"Tenang, tadi gua cuman pemanasan doang." Aku membalas ejekan Fajar.

Kali ini, kami sama-sama berlari dan bersiap menghantamkan tinju masing-masing. Aku sedikit membaca gerakan Fajar dalam menyerang. Fajar selalu menggunakan tangan kanannya untuk menyerang pertama kali. Sesuai dengan pengamatanku, Fajar mengayunkan tangan kanannya ke arahku. Aku menunduk menghindari pukulannya, lalu aku tangkap tangan kananya. Dengan sedikit memutar badan, aku angkat tubuhnya dan aku jatuhkan sekuat tenaga ke lantai. Fajar berteriak kesakitan saat tubuhnya menghantam ubin. Namun, Fajar langsung menangkap kepalaku yang tertunduk lalu menariknya ke depan. Lutut kanannya tepat menghantam kepalaku. Fajar bangkit berdiri disaat aku memegangi kepalaku. Ia melancarkan serangan balasan dengan langsung menendang ke arah wajahku. Aku menahan tendangannya menggunkan telapak tanganku. Aku dorong tubuhnya sampai terjatuh dan menindihnya dengan badanku. Aku terus melancarkan seranganku dengan memukulnya bertubi-tubi saat Fajar berada di bawahku. Fajar menutupi wajahnya menggunakan tangannya sekuat tenaga.

Entah apa yang mendorongku untuk lebih melakukan hal yang di luar batas. Karena merasa tak mempan, aku mulai mencekiknya. Kedua tanganku sekarang sudah berada di leher Fajar. Tangan Fajar berusaha melepaskan tanganku yang mencekiknya. Aku sudah di luar kesadaran. Aku mencekiknya dengan sekuat tenaga. Terasa tangan Fajar yang dari tadi kuat untuk melepaskan cengkramanku dari lehernya kini mulai melemah.

Bella berteriak di sampingku untuk menyuruhku berhenti. Namun, aku tak mendengarkannya. Seakan aku sudah lepas kendali seluruhnya. Sekarang, Bella telah memukuli bahuku. Tapi aku tetap mencekik Fajar sekuat tenaga. Sampai akhirnya Fajar tidak melakukan perlawanan. Matanya melotot memandangiku seakan bola matanya hendak lepas dari tempatnya. Bibir Fajar bergerak seolah mengatakan sesuatu kepadaku. Aku hanya melihatnya, sampai akhirnya Fajar terkulai lemas dengan mata yang masih terbuka.

Aku berhenti mencekiknya. Tanganku gemetar dan lemas. Fajar telah tewas oleh tanganku sendiri. Bella mulai berteriak histeris disebelahku. Tubuhku jatuh diatas tubuh Fajar.

"Apa yang sudah aku lakukan?" Aku berkata di dalam hati tak percaya.