Chereads / WEREWOLF : "THE GAME IS BEGINNING" / Chapter 19 - BAB 19 : TERIAKAN

Chapter 19 - BAB 19 : TERIAKAN

KARENA kejadian itulah, sejak dari tadi aku terus memojokan Fajar dengan menuduhnya sebagai pelaku dari semua kejadian ini. Aku terus menuduhnya dan Fajar terus membela dirinya sampai ke titik aku menghabisi nyawanya. Sebenarnya, aku sudah agak kesal dengan sikap Fajar yang tidak mau terus terang saja setelah semuanya menyadarinya.

Bahkan Laras, menyadarinya sebelum aku mengatakan apa yang sebelumnya aku obrolkan dengan Prayoga ketika di kamarku beberapa hari lalu. Entah dari mana Laras menyadarinya, yang jelas itu membuatku senang karena aku tak perlu menuduh Fajar terlebih dahulu. Akan terasa aneh jikalau begitu, bisa saja karena itu malah aku yang tertuduh.

Tapi, semua kecurigaanku sekarang sepertinya salah. Semua perkataan Prayoga ternyata benar. Aku sendiri bingung dengan apa yang aku pikirkan saat ini. Setelah apa yang aku lihat sekarang dihadapanku. Seseorang dengan memakai topeng seperti badut dengan membawa sebilah pisau di tangan kanannya. Ia mendekap Bella yang ada di bawahnya. Ia tak mau Bella terus berteriak, sedangkan Bella berusaha melepaskan diri sekuat tenaga. Namun bedanya, ia tak memakai jaket hoodie berwarna hitam. Setelah itu, aku baru tersadar memang tak ada Laras di sana, hanya Bella dan si pembunuh.

Belum sempat aku menyelematkan Bella, tangan si pembunuh sudah mengacungkan pisaunya di udara. Ia seakan bersiap untuk menusukan pisaunya ke arah Bella. Bella yang melihat aku terdiam, hanya bisa berteriak tanpa suara meminta pertolongan. Bella menyodorkan tangannya agar bisa aku raih dan melepaskannya dari tangan si pembunuh. Namun, sepertinya sia-sia. Karena baru saja aku melangkahkan kakiku satu langkah, si pembunuh sudah menggerakan pisaunya ke arah Bella.

Zebbb!!

Seketika, mata Bella melotot seperti bola matanya hendak keluar. Sama persis seperti mata Fajar di saat terakhirnya. Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Darah segar mengalir dari arah leher Bella membasahi bajunya. Kepala Bella kini sudah tertunduk dan badannya lemas. Si pembunuh mencabut pisaunya yang tertanam di leher Bella. Seketika badan Bella ambruk ke lantai saat pisaunya terlepas dari leher. Pisau si pembunuh sekarang penuh dengan darah Bella.

Kini aku sangat marah. Lebih marah saat Fajar hanya mendorong Bella ke sofa. Bella, seseorang yang sangat aku cintai selama ini terbunuh di depan mataku sendiri. Aku menggigit bibir bawahku dengan kuat. Aku tak sanggup lagi menahan amarah yang langsung menyergap.

"Anjing lu!! Lawan gua kalau berani lu anjing!!" Aku berteriak.

Entah kenapa, di setiap momen pasti selalu turun hujan. Hujan tiba-tiba datang dengan cepat dan deras. Membuat suaraku mungkin tak terdengar sampai ke luar walaupun aku berteriak dengan kencang. Angin dari luar kini menghempas tubuhku dengan leluasa karena pintu rumah terbuka lebar. Seisi ruangan sudah sangat berantakan. Aku berpikir, mungkin Bella hendak melarikan diri tadi.

Aku meneteskan air mataku. Aku tak menyangka akan kehilangan seseorang yang sangat aku cintai sekarang. Setelah sekian lama hanya bisa mengaguminya kini, setelah aku bisa berada di sampingnya setiap saat dan ada di kehidupannya, ia pergi untuk selama-lamanya. Orang yang sama yang ingin membunuhnya kala itu adalah pelakunya. Aku hanya tertunduk menahan air mata ini yang tak bisa aku hentikan terus mengalir membasahi pipi.

"Gausah cengeng gitu, masa cowo nangis."

Aku sangat kenal dengan suara itu. Aku langsung menoleh ke depan. Si pembunuh mencoba membuka topengnya.

"Gimana? Kaget ga?" Laras tertawa puas.

Dugaanku benar. Saat aku berada di wc tadi, aku menemukan jaket hoodie yang tergantung dan kotor karena ada bercakan darah. Karena itu, aku yakin kalau Laras adalah pelaku sebenarnya. Dan entah kenapa di saat seperti ini, lagi-lagi aku mengingat sesuatu yang terlambat untuk di cerna. Aku baru sadar apa yang Fajar ingin ucapkan di saat-saat terakhinya. Ia ingin bilang "Lu bunuh orang yang salah."ia ingin menyadarkan ku tentang Laras. Ternyata, Laras adalah orang di balik semua kejadian ini. Saat aku mendengar teriakan Bella, aku langsung yakin kalau nyawa Bella dalam bahaya. Tapi, aku sama sekali tidak bisa menyelamatkannya untuk kedua kalinya seperti dulu.

Si Guardian hanya bisa satu kali melindungi rakyatnya kala itu.

Dengan sambaran petir yang saling susul-menyusul, aku mencoba untuk melakukan yang seharusnya sekarang. tak ada waktu untuk menangisi Bella sekarang dan tak ada waktu untuk memikirkan bagaimana aku menyimpan mayat Fajar nantinya, karena nyawaku sekarang dalam bahaya. Aku harus menghentikan Laras bagaimanapun caranya!