Chereads / WEREWOLF : "THE GAME IS BEGINNING" / Chapter 4 - BAB 4 : PERMAINAN

Chapter 4 - BAB 4 : PERMAINAN

Jam menunjukan pukul Sembilan malam, semua teman-teman ku belum menun jukan gesture bahwa mereka akan kembali ke rumahnya masing-masing. Masih terdiam dengan kepentingannya masing-masing. Prayoga yang asik dengan laptop di depannya sambil membuka video youtube, Tina yang asik sedang menguteki kuku Laras, Fajar sedang asik bermain game di hpnya, Agung yg asik melihat-lihat majalah yang ber serakan dikolong meja, dan Bella yang asik main hp, sedangkan aku, aku hanya asik melihat mereka semua asik sendiri.

Kebetulan besok kuliah siang dan ga ada tugas, jadi walaupun sudah jam sembilan malam masih belum mikirin pulang. Tertambah lagi, rumah Bella yang sepertinya membuat suasana mager (males gerak) menghigapi setiap insan yang berada diruangan ini.

Aku mencoba mengambil satu majalah yang bergeletakan dikolong meja. Mencari siapa tau ada hal yang menarik yang bisa aku baca. Karena dari tadi aku lihat Agung terus tertegun menatap salah satu majalah. Aku ambil majalah yang covernya bergambar mobil Lamborghini. Saat aku buka, ternyata isinya tentang gaya hidup dan tentang mobil-mobil mewah. Aku lihat seperti mobil Ferrari, Audi, Pansher, BMW, dan Mercedess menghiasi semua halaman majalah ini. Aku jadi membayangkan bagaimana rasanya memiliki salah satu mobil yang ada di majalah ini.

Mungkin aku harus jadi jutawan dulu atau jadi artis bila ingin mendapatkannya. Atau aku mendapatkan mobilnya di dalam lamunan saja? Siapa tau berawal dari lamu nan, semua itu akan menjadi kenyataan. Karena rezeki itu datangnya tak terduga dan sudah dikehendaki oleh yang diatas.

Majalah ini pun membahas tentang bagian-bagian mesin mobil. Untuk yang satu ini, mungkin aku kurang mengerti karena aku bukanlah seorang teknisi. Tapi cukup menarik karena aku jadi bisa tau bagian-bagian mesin dari mobil mewah tuh seperti apa. Disana juga ada yang menjelaskan tentang bagaimana caranya merawat mobil mewah yang baik. Mungkin informasi itu sangatlah berguna untuk yang mempunyai mobil mewah.

Lalu aku berpikir, kenapa ada majalah ini dikolong meja rumah Bella ? apa Ayahnya mempunyai mobil mewah ? atau Ayahnya ingin membeli mobil mewah ? karena dilihat dari rumah dan isinya sepertnya tidak menutup kemungkinan juga orang tua Bella bisa membelinya.

"Aaaa Beteee nih…. Main apa kek kita yuk yang rame!" Bella berseru sambil mengangkat bahu.

"Iya yuk maen games aja yuk gimana yang lain ?" Tanya Tina.

Fajar yang tadinya sedang menonton video dan terus-terusan berada dihadapan laptop pun menyaut.

"Maen kartu ajaa kita…. Maen poker." Ucap Prayoga.

"Maen poker yang kaya gimana sih ?" Tanya Laras kepada Tina.

Karena tak tahu, Tina hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap Laras.

"Tapi ada kartunya ga ?" Tanya Fajar

"Disini ada yang bawa kartu remi ga?" Tanya Prayoga kepada semuanya.

Semuanya pun hanya terdiam dan menggelengkan kepala.

"Apa kita beli aja dulu ya ?" Tanya Prayoga.

"Tapi aku ada kartu Uno sih kalau mau…" Usul Bella.

"Nah boleh tuh biar semuanya bisa ikutan maen kalau Uno." Agung menjawab sambil menutup majalah yang dari tadi ia baca.

"Tapi aku gatau cara maennya ih!" Ucap Laras.

"Udah gampang entar kita ajarin cara maennya Ras, Bel ambil atuh kartunya!" Ucap Prayoga.

Bella pun berdiri dan hendak beranjak menuju kamarnya untuk mengambil kartu Uno. Tapi, tiba-tiba Fajar mengusulkan satu permainan.

"Eh bentar Bel, gimana kalau kita maen games Werewolf aja ?" Fajar sambil membuka tasnya dan mengambil sekumpulan kartu dari dalam tasnya.

"Itu gimana cara maennya ?" Tanya Laras Lagi.

"Ada yang tau ga games Werewolf ?" Tanya Fajar.

"Gua tau sih tapi ga terlalu ngerti dan belum pernah nyoba ikutan maen." Jawabku.

Lalu Fajar menaruh kartu yang dari tadi ada ditangannya ke atas meja, dan mulai membariskan satu persatu. Bella yang sudah berdiripun kembali duduk karena penasaran dan langsung memperhatikan Fajar.

"Jadi games Werewolf tuh adalah sebuah permainan karakter. Nah entar dari kita ngambil salah satu kartu yang berisikan karakter dan ga boleh ada yang tau kita dapet karakter apa. Karakternya sendiri tuh macem-macem, peraturan dan fungsi karakter di Werewolf sendiri tuh beda-beda di setiap tempatnya." Ucap Fajar.

"Oh iyaa gua tau yang ada kaya villager, terus mata-mata kaya gitu kan ?" Tanya Agung kepada Fajar.

"Iyaa, lu pernah main ?" Fajar nanya balik ke Agung.

"Iya pernah sekali tapi si kartu karakternya ga sebanyak kaya yang punya lu." Jawab Agung

"Gua jelasin dulu deh yah masing-masing karakternya. Nih yang satu ini adalah namanya Werewolf, si Werewolf ini tugasnya adalah membunuh semua orang. Nah kalau yang ini namanya Mata-mata, si Mata-mata tugasnya adalah mencari tau siapa orang yang menjadi Werewolf. Terus ada Guardian, tugasnya adalah melindungi orang dari serangan Werewolf. Terus ada Angel, tugasnya adalah bisa memberi kesempatan kedua kepada orang lain atau bisa ngehidupin lagi orang yang udah mati. Terus ada Goblin, si goblin ini tuh ga ada tugasnya cuman ia adalah mahluk terkutuk. Terus ada Villager, ini ga ada tugasnya cuman rakyat biasa." Fajar mempresentasikan sambil menunjukan karakter disetiap kartunya

"Terus cara mainnya gimana ?" Prayoga memotong pembicaraan Fajar.

"Cara mainnya tuh pertama kalian ambil salah satu kartu buat tau kalian dapet karakter apa, terus kalian cukup dengerin apa yang diperintahkan narator. Karena disini belum ada yang tau cara mainnya, naratornya biar gua yang pegang dan biar ga pusing, kita pake empat karakter aja ya. Kita pake karakter Werewolf, Mata-mata, Guardian sama Villager aja dulu ya." Ucap Fajar.

"Hmm seru tuh kayaknya…. Yuk cobain main !!" Laras antusias.

Lalu fajar mengambil enam kartu lalu mengocoknya dan menyuruh kita untuk masing-masingnya mengambil satu kartu.

Saat giliranku untuk mengambil, akupun memilih kartu yang paling luar disebalah kiri tangan Fajar. Dan saat aku lihat, aku mendapatkan karakter Werewolf. Semuanya pun telah mengambil satu kartu masing-masing dan sudah mendapatkan karakter apa yang mereka dapatkan.

"Terus kartu buat lu mana Jar ?" Tanya ku

"Gua kan narator jadi gua ga ngambil kartunya." Jawab Fajar.

"Kita harus ngapain lagi nih abis ini ?" Tanya Tina penasaran.

"Oke, udah pada tau kan kalian jadi karakter apa ?" Tanya Fajar.

Semuanya pun mengangguk pelan.

"Kita latihan dulu deh yah, jadi ibaratin nih kalian tuh adalah warga dari sebuah desa semuanya. Nah entar gua kaya bercerita gitu kalian ikutin alur ceritanya. Entar gua nyuruh kalian tutup mata, semuanya tutup mata ya. Terus kalau berasa nama karakternya disuruh bangun kalian buka mata ya, tapi cuman yang disebut karakternya doang loh yah yang buka mata. Pokoknya pas kalian tutup mata jangan ngintip ya! Soalnya kalau ngintip entar gakan seru." Ucap Fajar.

Semuanya pun sangat serius mendengar Fajar berbicara. Termasuk aku, akupun begitu serius mendengar apa yang dikatakan Fajar. Karena sepertinya game ini cukup seru.

"Okey, yang jadi Guardian siapa ?" Tanya Fajar

Lalu Bella pun mengangkat tangannya.

"Nah entar gua tanya ke kamu Bel, kamu mau ngelindungin siapa ?" Tanya Fajar kepada Bella.

"Aku mau lindungin Laras." Ucap Bella setelah lama ia berpikir.

"Ga boleh diomongin Bel, kamu cukup tunjuk orangnya siapa ya." Ucap Fajar.

Lalu Bella pun menunjuk Laras yang berada disampingnya.

"Eh aku cuman lindungin Laras apa bisa ganti-ganti ?" Tanya Bella kepada Fajar.

"Bisa ganti-ganti Bel, kan Werewolf tuh ngebunuh pas waktu malem nah disetiap malemnya tuh kamu bisa bebas lindungin siapa aja yang masih idup." Jawab Fajar

Bella pun mengangguk paham.

"Sekarang siapa yang jadi Mata-mata ?" Tanya Fajar.

Tina pun mengangkat tangan kanannya.

"Nah kira-kira diantara Bella, Laras, Agung, Dzafran dan Prayoga siapa yang kamu curigai jadi Werewolf? Cukup tunjuk aja ya jangan ngomong." Ucap Fajar.

Tinapun menunjuk kepada Agung.

"Nah kalau aku geleng kepala, berarti bukan ya artinya. Kalau aku ngangguk berarti iya. Disetiap malemnya kamu bisa tanya kepada narator siapa Werewolfnya. Kalau udah tau entar gimana caranya kamu ngeyakinin yang lain kalau dia itu Werewolf." Ucap Fajar

Tina mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia paham.

"Nah siapa yang jadi Werewolf sekarang ?" Tanya Fajar.

Aku pun mengangkat tanganku.

"Nah Dzaf siapa yang mau lu bunuh ? sama kaya Mata-mata dan Guardian orangnya cukup lu tunjuk doang ya."

Aku pun menunjuk Agung sambil tertawa.

"Anjir lu dendam apaan ke gua Dzaf ? ko gua yang lu bunuh katanya sahabat?!"

"Ish jangan baper napa ini kan cuman games" Aku sambil tertawa kecil.

"Nah berarti Laras, Agung sama Prayoga itu villager ya. Semua yang gua tanyain barusan adalah di waktu malem ya. Entar pas di waktu pagi kalian waktunya berdiskusi untuk siapa yang sekiranya jadi Werewolf. Entar ada voting suara gitu, nah yang dapet voting tertinggi ia bakalan mati dibunuh warga ceritanya karna dituduh sebagai Werewolf. Nah inget yah tugas kalian semua adalah nemuin si Werewolf, kalau Werewolf berhasil ditemukan berarti kalian menang. Kalau kalian tewas terbunuh semua berarti si Werewolf nya yang menang. Ngerti ga ?"

Semuanya pun terlihat sudah mulai mengerti walaupun aku sedikit masih bingung.

"Entar juga sambil main pada ngerti, pokoknya dengerin semua arahan dari narator ya!" Ucap Fajar.

Fajar pun menarik semua kartu yang sudah aku ambil dan yang lainnya, lalu mengocoknya kembali. Lalu kita semua pun kembali mengambil salah satu kartu dari tangan Fajar. Seperti halnya barusan, aku memilih kartu dibagian luar sebelah kiri tangan Fajar. Saat aku buka, ternyata sekarang aku mendapatkan karakter Guardian. Beruntung aku mendapatkan karakter yang sangat berperan kembali dari pada hanya mendapatkan karakter seorang Villager yang tidak bisa apa-apa.

"Oke semuanya tutup mata kalian semuanyaaa…..! narator ingin berkenalan dulu dengan kalian semuanya ya."

Akupun menutup kedua mataku, dan entah kenapa suasana tegang mulai menghampiriku. Permainanpun dimulai dari sekarang.

Sang Guardian pun dipanggil oleh sang narator untuk segera membuka matanya. Akupun langsung membuka kedua mataku. Yang aku lihat semuanya sedang menutup rapat kedua matanya. Aku menatap Fajar sang narator lalu ia pun mengangguk dan menyuruhku untuk kembali menutup mataku.

"Yang jadi mata-mata silahkan buka matanya." Suara Fajar jelas terdengar diantara suasana yang tenang ini.

Rasa penasaran pun muncul di dalam benak ku. Aku berkata di dalam hati "Siapa ya yang jadi mata-mata?". Semoga saja sang Mata-mata bisa menjalankan tugasnya dengan benar.

"Wih…. Bisalah ini mah Mata-matanya mengungkap siapa yang jadi Werewolf. Soalnya Mata-matanya lumayan pinter dan kayaknya lulusan terbaik kampus di Zimbabwe." Ucap Fajar.

Mendengar perkataan Fajar, semuanya pun tertawa. Aku langsung menerka-nerka siapa yang menjadi Mata-mata. Dari omongan Fajar, katanya dia lumayan pinter. Kayaknya yang jadi Mata-mata diantara Bella dan Prayoga. Soalnya keduanya yang aku tau itu dikelas memang pinter dan ipk keduanya diatasku.

"Sekarang yang jadi Werewolf coba buka matanya…" Ucap Fajar

Tak selang lama dari Fajar berucap, lalu Fajar tertawa.

"Wah…. Wah…. Bahaya ini mah Werewolfnya… kayaknya pergerakannya licin dan rapih jadi pr banget nih buat si Mata-mata." Ucap Fajar sambil tertawa.

Mendengar apa kata Fajar, entah kenapa aku langsung menyimpulkan bahwa yang jadi Werewolf adalah si Agung. Walaupun aku tak tahu darimana aku bisa menyimpulkan seperti itu, yang jelas hatiku langsung berkata sepertinya Agung yang menjadi Werewolf.

"Di suatu desa di bawah kaki gunung yang damai, hiduplah beberapa orang. Awalnya mereka hidup normal tanpa ada masalah sedikitpun. Tapi tiba-tiba disuatu malam, ada seseorang yang sedang pergi ke hutan malam-malam sendirian. Lalu ia diserang oleh serigala dan tangannya pun tergigit oleh hewan buas itu. Tiba-tiba orang itu menjadi seorang manusia serigala di bulan purnama. Ia pun kelaparan dan hendak berburu untuk ia makan. Mendengar auman seperti serigala, seorang warga yang menjadi penjaga desa tersebut pun berjaga-jaga agar desanya tetap aman." Narator memulai ceritanya.

Mendengar cerita Fajar, aku pun mulai merasa tegang karena terbawa suasana permainan. Untungnya Fajar sangat handal dalam menjadi seorang narator, sehingga para pendengarnya bisa membayangan dan masuk kedalam cerita yang Fajar sebutkan.

"Oke yang jadi Guardian harap buka matanya…"

Akupun membuka mataku.

"Tunjuk siapa yang ingin kamu lindungi malam ini ?" Tanya Narator.

Akupun berpikir terlebih dahulu siapa yang akan aku lindungi supaya ia tidak mati dibunuh oleh Werewolf. Setelah aku berpikir singkat, akupun menunjuk Agung untuk aku lindungi. Itung-itung permohonan maaf saat tadi latihan aku memilih dia untuk dibunuh hehe.

"Guardian telah memilih satu orang untuk dilindungi, dan silahkan kembali menutup matanya Sang Guardian. Sekarang yang jadi mata-mata silahkan membuka matanya dan silahkan tunjuk orang yang kira-kira kamu anggap bahwa ia adalah seorang Werewolf." Ucap Narator.

Aku tak bisa melihat siapa yang dituduh oleh Sang Mata-Mata. Apakah ia menuduh ku sebagai Werewolf ? karena tadi saat latihan aku mendapatkan karakter Werewolf. Aku jadi penasaran dibuatnya dan rasa tegang ini mulai sangat menarik.

Tak ada suara apapun. Sangatlah hening. Membuatku semakin penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tak ada gerakan juga dari orang yang duduk disebelahku dari tadi. Apakah Werewolfnya ada disebelah ku ?

"Okey yang jadi Werewolf silahkan bangun ! tunjuk siapa orang yang ingin kamu bunuh malam ini dan menjadi orang yang pertama kali jadi korban dari seorang Werewolf." Ucap Narator.

Aku semakin tegang dalam memainkan permainan ini. Pikirannku tak bisa berhenti untuk memikirkan siapa yang menjadi Werewolf ? dan aku sangatlah penasaran. Walaupun, ada sedikit rasa khawatir kalau si Werewolf menunjuk Aku sebagai korban pertamanya.

"Target sudah dikunci oleh Sang Werewolf. Sepertinya Sang Werewolf mengambil strategi yang benar untuk menang ya. Werewolf bisa kembali menutup matanya." Ucap Narator.

Entah kenapa hatiku langsung berdegup dengan cepat, aku seakan takut kalau aku adalah orang yang akan terbunuh duluan.

"Matahari telah terbit dari persembunyiaannya, dan sudah berganti pemain dengan Sang Bulan. Ayam pun telah berkokok dan sekarang waktunya kalian untuk bangun. Silahkan bangun semuanya buka matanya semuanya yuk !!"Ucap Narator.

Saat Aku membuka kedua mataku. Semuanya buyar dan tidak jelas terlihat. Mungkin karena Aku sudah cukup lumayan lama menutup kedua mataku. Saat aku lihat yang lain, ternyata semuanya pun sama. Seperti memfokuskan terlebih dahulu retina mereka dalam menangkap cahaya setelah cukup lama mereka menutup matanya.

"Okey teman-teman, telah ditemukannya sesosok mayat tadi shubuh di parit selokan jalanan komplek desa sebelah ya, dengan bekas cakaran dileher dan bekas gigitan." Ucap Narator sambil tertawa ringan.

Semuanyapun serius mendengarkan. Akupun tak sabar untuk mendengar siapa yang telah dibunuh sambil berharap cemas bahwa orang itu bukanlah Aku.

"Dan orang tersebut adalah.... Tinaa !! Maaf Tina kamu harus mati dan keluar dari permainan ini." Ucap Narator.

Tina memasang muka seperti tak terima dengan keputusan Fajar sebagai Sang Narator. Dan terlihat kesal dengan orang yang dibalik sosok Werewolf. Sementara Aku sangat bersyukur bahwa bukan Aku yang menjadi korban pertama Werewolf dan Aku masih bisa melanjutkan permainan.

"Anjir !! Siapa sih yang jadi Werewolf nya ?! Aku kan baru main masa udah mati lagi ih ! Dasar ga punya perasaan banget itu yang jadi Werewolf !! Masa Warga biasa aja dibunuh ih" Tina berkata dengan nada tinggi sambil tertawa.

"Kamu diem ya Tin cukup menyimak aja entar. Entar juga kamu tau siapa yang jadi Werewolfnya… Tapi jangan diomongin siapa yang jadi Werewolfnya entar !" Ucap Narator

Melihat respon Tina yang berlebihan, Akupun tertawa diikuti yang lainnya. Ternyata game ini sangatlah salah dalam pikirku. Yang tadinya aku berpikir game ini cukup menarik itu salah. Karena ternyata game ini tuh menarik banget dan amatlah seru.

"Sekarang kita waktunya diskusi nih siapa yang kira-kira udah ngebunuh Tina malam tadi ? Di mulai dari Bella ya, kira-kira menurut kamu siapa yang jadi Werewolfnya ?" Ucap Narator.

"Ehmm…. Siapaa yaaaa ?? Gatau duh bingung…" Bella sambil melihat-lihat wajah teman-temannya yang ada disampingnya.

"Siapa sok feeling kata kamu siapa Werewolfnya ? Dia tega loh bunuh temen kamu Tina buat jadi sasaran pertamanya. Liat muka-muka diantara mereka siapa yang mirip serigala haha." Ucap Narator.

"Emm kayaknya Agung deh… Sorry yah Gung haha" Ucap Bella.

"Kenapa Agung kamu tuduh sebagai Werewolf ? Dengan alasan apa ?" Tanya Narator.

"Emm apa yaaaa…. Kalau aku sih liat dari mukanya aja sih. Tuh liat mukanya kan udah kaya predator-predator penculik anak gitu kan hahaha." Ucap Bella.

Agung yang mendengar perkataan Bella dan dituduh sebagai Werewolf oleh Bella hanya bisa tersenyum lebar.

"Gimana Gung ada pembelaan ga ? lu dituduh sebagai Werewolf terima ga ?" Tanya Narator.

"Ya Enggalah !!" Agung dengan nada tinggi dan membuat semuanyapun tertawa.

"Kenapa gung alasannya ? haha" Tanya Narator.

"Ya harusnya kamu jangan menilai seseorang dari fisiknya, seperti halnya pribahasa Don't judge book by the cover jadi kamu juga jangan nilai seseorang dari luar tapi harus dari hatinya." Ucap Agung sambil tertawa ringan.

"Okey sekarang Laras, kira-kira siapa menurut kamu yang diduga sebagai Werewolf ?" Tanya Narator.

"Sama kayaknya aku curiga sama Agung." Ucap Laras.

Mendengar pernyataan Laras yang juga menuduh ia sebagai Werewolf, membuat Agung terheran dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Alasannya kenapa nuduh Agung ?"

"Iya soalnya dari perkataan pembelaannya barusan, ia kayak ketakutan gitu kalau kedok nya terbongkar haha." Ucap Laras

"Kedok apaan orang ini udah muka asli bukan kedok." Celetuk Agung.

"Okey okey sekarang Prayoga, kira-kira siapa yang lu curigai jadi Werewolf ga ?" Tanya Narator.

"Udah jelas Agung jadi Werewolf. Alasannya udah dari muka emang udah mirip muka kriminal fix hahaha." Sambil menunjuk ke arah Agung.

"Gimana Gung ada pembelaan dari pernyataan Prayoga barusan ?" Tanya Narator.

"Kenapa ya kalian teh nuduh orang karena dari muka ? Muka Aku teh udah kaya gini dari dulu, segitunya nuduh aku tampang krimanal…. Emang iya sih hahaha" Ucap Agung

Semuanyapun tertawa mendengar ucapan Agung dan memecahkan suasana keheningan malam ini.

"Sekarang giliran lu Gung, siapa kira-kira yang jadi Werewolf nya nih ? dari tadi kan Bella, Laras dan Prayoga udah nuduh lu yang jadi Werewolf kira-kira siapa nih yang jadi Werewolf."

"Emm kalau menurut saya, setelah menganalisis dan mengira-ngira sepertinya Dzafran yang jadi Werewolf." Ucap Agung.

"Alasannya kenapa Gung ?" Tanya Narator.

"Soalnya dia dari tadi diem-diem aja. Mengindikasikan bahwa dia adalah pelaku pembunuhan." Ucap Agung.

Mendengar pernyataan Agung yang menuduh ku, aku pun langsung menentang pernyataan tersebut.

"Gua diem kan dari tadi karena belum disuruh ngomong sama si Fajar jadi ya gua diem aja lah."

"Terakhir ini elu Dzaf, lu mau nuduh siapa nih yang jadi Werewolf ?" Tanya Narator.

"Ya jelas si Agung lah hahaha." Jawabku.

"Dengan alasan ?" Tanya Narator.

"Dengan alasan karna dia udah nuduh gua jadi gua tuduh balik hahaha." Jawabku sambil tertawa.

"Okey sekarang voting ya siapa kira-kira yang akan dihakimi oleh warga karena diduga sebagai Werewolf. Semuanya silahkan tutup matanya lagi…." Ucap Narator.

Semuanyapun kembali menutup matanya, termasuk Aku.

"Karena hanya dua tertuduh, jadi kita voting atas nama Agung dan Dzafran doang ya…. Yang milih Agung terduga Werewolf silahkan angkat tanganya!" Ucap Narator.

Akupun mengangkat tanganku dengan pede nya sambil menahan tawa..

"Mampus lu Gung dihakimi warga hahaha" Kata ku sambil tertawa keras.

"Okey sekarang yang milih Dzafran terduga Werewolf silahkan angkat tangannya!" Ucap Narator.

Aku kembali deg-degan karena nyawaku terancam kembali menjadi terduga Werewolf walaupun pedahal bukan aku yang menjadi Werewolf. Semoga saja semuanya memilih si Agung.

"Setelah warga bersepakat dari hasil rapat akbar di kantor desa, akhirnya yang tertuduh sebagai Werewolf pun diseret dan diarak massa dan dipukul sampai mati lalu meletakannya di wc dekat sawah Pak Sulaiman hahaha." Ucap Narator.

Gelak tawa pun tak terhindarkan mendengar ucapan Fajar sebagai Narator. Membawa kembali suasana memecahkan keheningan yang sudah mulai senyap, sunyi dan tak bepenghuni.

"Dan orang itu adalah... Agung haha. Sorry Gung lu ga bisa lagi melanjutkan permainan karena telah mati diamuk warga hahaha." Ucap Narator.

"Gapapa aku mah ridho mati di dalam fitnahan, semoga dosa-dosa ku berpindah kepada kalian yah yang menghakimi saya sebagai warga biasa." Ucap Agung dengan raut wajah sedih seaakan ia tak terima dengan keputusan teman-temannya yang menuduh dirinya sebagai seorang Werewolf.

"Untuk kalian ketahui….. Kalian telah membunuh warga biasa yang tak punya dosa apa-apa karena Sang Werewolf masih berkeliaran diantara kalian hahaha." Ucap Narator.

Permainanpun dilanjutkan kembali. Semuanyapun harus kembali menutup kedua matanya. Aku yang masih tak kuat menahan tawa, harus menahan tawa dulu untuk sementara waktu.

"Semuanya silahkan untuk kembali menutup matanya masing-masing…! Malam telah kembali datang menggantikan matahari yang sedari tadi lelah berdiri menyinari bumi ini. Dan saatnya Sang Werewolf memulai aksinya kembali untuk mencari mangsa lainnya untuk dijadikan makanan malamnya. Untuk Sang Guardians harap membuka matanya dan tunjuk siapa kali ini orang yang ingin kamu lindungi." Ucap Narator.

Ku buka kedua mataku. Lalu aku melihat sekitarku, melihat siapa orang yang kira-kira akan aku selamatkan malam ini. Lalu aku melihat Bella, tanpa pikir panjang aku langsung menunjuk Bella untuk aku lindungi malam ini. Setelah itu aku pun kembali menutup kedua mataku. Mendengarkan kembali apa yang akan selanjutnya terjadi.

"Okey sekarang Mata-mata silahkan buka matanyaa…! Dan silahkan bertanya siapa yang kira-kira menjadi Werewolf ?"

Semuanya pun hening, tak ada suara kembali sedikitpun yang terdengar. Hanya hembusan angin yang menerpa permukaan kulit yang terasa. Aku bertanya kembali apa kah sekarang Sang Mata-Mata berhasil menebak siapa Werewolf diantara kita ?

"Sekarang sang pengacau alias Werewolf silahkan buka matanyaa… dan tunjuk satu orang yang ingin kamu bunuh malam ini."

"Ohhh anjir lah kampret yang jadi Werewolf nya hahaha" Celetuk Agung tertawa.

"Ih nyebelin asli nih Werewolf nya hahaha." Celetuk Tina sambil tertawa juga.

Mendengar celetukan Agung dan Tina yang udah bisa melihat siapa Werewolfnya pun membuatku semakin penasaran. Aku seperti tak sabar untuk membuka mataku dan rasanya ingin mengintip saja siapa dalang dibalik semua ini.

"Okey hari sudah kembali berganti pagi lagi, ayam-ayam seperti biasanya sudah mulai berkokok dan saat nya kalian untuk bangun dan membuka mata kalian….."

Hoaaammmm... akupun menirukan seperti layanya orang yang memang baru bangun tidur. Lalu menggosok-gosokan kedua tanganku ke mata.

"Tadi malam, Sang Werewolf menuju salah satu rumah di desa ini karena melihat mangsa yang enak menurutnya. Namun saat ia sudah memasuki halaman rumahnya dan mencoba masuk ke dalam rumahnya, ia dihentikan oleh Sang Guardians. Ternyata pada malam itu, Sang Guardian sedang berjaga di rumah tersebut. Dan orang yang diselamatkan oleh Guardians itu adalah….. Bella !"

"Wih makasih makasih yah siapapun itu yang jadi Guardians." Ucap Bella Sumringah

Melihat Bella yang sangat senang karena terselamatkan oleh ku, hati ku sangat senang sekali melihatnya. Walaupun ia tidak tahu kalau aku lah Sang Guardians. Aku yang menyelamatkanya dari Werewolf. Aku langsung menghayal andai saja itu adalah kejadian nyata, mungkin aku sudah menjadi seperti superhero bagi Bella. Ia akan mempunyai seperti hutang nyawa kepadaku lalu aku akan paksa dia untuk menebus hutangnya dengan menjadi pacarku.

Tapi seteleh tersadar perbuatan itu adalah tidak baik. Akupun mengurungkan niat ku dan hanya berandai-andai kalau semua itu nyata.

"Sekarang kira-kira siapa Bel nih Werewolf yang tadi malem pengen nyerang kamu ?" Tanya Narator.

"Emm siapaa yaa ?? Kayaknya sih Prayoga." Dengan kepala yang mendongkak ke atas dan tangan yang berada di dagu Bella menjawab.

"Kenapa Alasannya ?" Tanya Narator kembali.

"Alasannya karena tadi aku agak denger suara gerakan tangan disamping aku."

"Disamping kamu kan Laras kenapa jadi Prayoga?" Tanya Narator.

"Tapi aku denger suaranya teh agak jauh jadi kayaknya Prayoga deh…"Jawab Bella sambil sedikit menahan tawa.

"Okey gimana ada pembelaan ga lu dituduh sebagai Werewolf ?" Tanya Narator kepada Prayoga.

"Ga logis yah alasannya karena denger suara gerakan tangan disebelahnya. Kalaupun iya, itu harusnya Laras yang berada tepat disamping kamu bukannya aku."Jawab Prayoga dengan nada yang agak tinggi.

"Sekarang kamu Ras, kira-kira siapa yang jadi Werewolf?" Tanya Narator kepada Laras.

"Kayaknya Prayoga juga, alasannya sama sih aku juga denger ada kaya suara gerakan tangan gitu disebelah aku." Laras sedikit menoleh kepada Prayoga yang hanya mengangkat bahunya seakan tak terima dengan pernyataan Laras

"Disebelah kamu juga kan ada Bella ?" Tanya Narator sambil menunjuk ke arah Bella.

"Iya suaranya disebelah kiri aku, yang disebelah kiri kan Prayoga hehehe." Laras menjawab dengan polos seperti tanpa dosa.

"Gimana ada pembelaan ga dari sodara Prayoga?" Tanya Narator.

"Gausah semuanya sama -sama ga logis jawabannya." Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan memasang wajah so keren.

"Sekarang menurut lu siapa pelakunya ?" Tanya Narator kepada Prayoga dengan nada yang berat.

"Kalau menurut analisis gua sih, kayaknya Laras yah. Karena udah dua kali didalam rapat ini ia kalau ngasih alasan nuduh orang tuh selalu ga logis gitu." Prayoga melirik Laras dengan mata yang tajam.

"Gimana Ras ada pembelaan ga?" Tanya Narator.

"Ga ada, kita liat aja we siapa pelakunya sesungguhnya." Laras menjawab dengan santai.

Setelah perdebatan yang cukup lama, saling menuduh satu sama lain akhirnya aku juga menyadari satu hal dari permainan ini yaitu game ini seperti mengajarkan kita untuk menuduh atau memfitnah orang lain. Walaupun begitu, permainan ini sangatlah menyenangkan untuk dimainkan.

"Kalau menurut gua sih Werewolfnya Prayoga juga sama, karena Feeling aja. Lagiaan perasaan mah ga bisa bohong." Aku menjawab pertanyaan Narator dengan nada santai.

"Gimana Ga ada pembelaan?" Narator kembali bertanya kepada Prayoga yang sekarang diduga sebagai seorang Werewolf oleh teman-temannya.

"Gausah kita langsung voting aja lah!" Berbicara dengan sombongnya.

"Okey kalau gitu kita langsung voting aja ya…. Tutup mata kalian!! Karena hanya tiga calon terduga, antara Laras, Prayoga dan Dzafran kita bisa berdiskusi dengan cepat ya." Ucap Narator

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah sekitar satu jam aku dan teman-teman bermain permainan ini. Permainan yang awalnya sangatlah tidak aku mengerti ini sekarang telah menyita waktuku daritadi. Ternyata untuk menyelesaikan permainan ini sepertinya cukup lama. Semakin banyak orang yang main sepertinya semakin lama. Ruangan ini lengang sejenak saat permainan terhenti oleh dering ponsel Tina yang berbunyi. Aku yang masih menutup kedua mataku juga mendengar dengan jelas bunyi dari ponsel Tina. Membuat suasana yang dibangun oleh narator menjadi sia-sia.

Terdengar suara langkah kaki menjauh dari ruangan ini. Sepertinya itu langkah kaki Tina yang bergerak ke luar untuk mengangkat ponselnya yang berbunyi. Fajar yang bertindak sebagai narator pun terus menjalankan tugasnya dengan bercerita melanjutkan alur permainan yang sudah sejak tadi kita mulai. Disaat voting untuk menentukan siapa yang terduga Werewolf, Tina kembali masuk ke ruang tamu.

"Emm guys sorry nih kayaknya aku pulang duluan ya soalnya udah disuruh pulang sama orang rumah." Tina berkata lantang sambil menepukan kedua tangannya.

Karena mendengar omongan Tina, aku refleks membuka mata. Ternyata semuanya pun sama, orang yang belum mati di dalam permainan juga membuka matanya. Aku menoleh ke arah jam dinding yang berada di sudut dinding ruangan ini. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat. Sudah lumayan malem sih buat anak cewe yang masih belum berada di rumah. Apalagi yang aku tau, rumah Tina cukup jauh dari sini.

Ternyata, Laras juga berpikiran demikian. Ia juga memutuskan untuk pulang sekarang. Ia khawatir karena takut jalanan sudah mulai terlalu sepi untuk ia lewati sendirian. Agung yang berada disebelahku langsung menyenggol tanganku dan mengajak aku pulang sekarang. Karena semua meingdikasikan akan segera pulang ke rumah, permainanpun harus berakhir dengan sendirinya. Tanpa ada hasil siapa yang menang.

Raut wajah Bella terlihat kecewa karena semuanya akan segera meninggalkannya sendirian di rumah. Suasana yang tadinya ramai, harus segera lenyap dan kembali sepi. Tapi Bella tidak bisa memaksakan keadaan, ia harus rela melepas teman-temannya semua pulang.

"Kamu pulang sama siapa Tin ?" Tanya Prayoga sambil menatapnya.

"Kayaknya aku pake taxi online." Tina menjawab dengan menatap layar hpnya.

Sebenarnya aku sedikit kecewa karena aku sedang enjoy menikmati permainan ini. Tapi, sang waktu yang memutuskan bahwa permainan harus berakhir. Aku penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya barusan. Apa aku akan mati atau Prayoga yang akan mati ? andai saja permainan ini masih berlanjut, mungkin aku akan mengetahuinya.

Bella membereskan semua sisa sampah yang berserakan di ruangan. Aku membantunya mengumpulkan plastik-plastik yang berceceran dilantai. Sementara yang lain mengemasi barang bawaannya masing-masing. Memastikan agar tidak ada barang yang ketinggalan sesampainya di rumah nanti. Laras menemaniku ke dapur untuk membawakan piring kotor yang tadi dipakai untuk wadah gorengan. Aku membawa sampah plastik yang habis aku kumpulkan tadi ke dalam tempat sampah. Saat aku kembali, Agung sedang sibuk mencari-cari dimana kunci motornya. Ia lupa meletakannya dimana. Agung terlihat panik dengan meraba-raba saku celanannya berkali-kali. Mengodok saku jaketnya, sampai mencari ke bawah meja. Takutnya kuncinya tertimbun majalah-majalah yang tadi ia baca sebelum bermain game Werewolf.

Angin dari luar bertiup dengan lembut. Terasa sanga dingin menyentuk permukaan kulit. Pintu yang terbuka membuat angin malam masuk begitu saja ke dalam ruangan ini. Aku mengecek barang bawaanku. Sementara Agung masih mencari-cari dimana kunci motornya yang belum ditemukan.

"Ada yang liat kunci motor gua ga ?" Agung mencari-cari sampai ke kolong meja.

Semuanya menjawab kompak sambil bergeleng. Prayoga yang sudah mengemas barang bawaannya, membereskan majalah yang berserakan dan bertumpuk dilantai. Mengembalikan semua majalah-majalah tersebut ke tempat asalnya. Sementara Bella hanya duduk tertegun sambil melihat Agung yang masih sibuk dengan mencari kunci motornya. Setelah semuanya beres dan ruangan ini rapih, semuanya mulai membantu Agung mencarikannya kunci motornya yang hilang entah kemana.

"Tadi lu taro dimana kunci motornya ?" Aku bertanya sambil melihat-lihat sudut ruangan. Kali aja kunci motornya terjatuh disuatu sudut ruangan ini.

"Kalau gua inget juga gakan gua cari-cari." Agung berkata cuek sambil masih mencari-cari dimana kunci motornya.

Aku melirik Bella pergi ke luar. Entah apa yang akan dilakukan Bella pergi ke luar.

Disaat semuanya sudah seperti putus asa mencari kunci motor Agung yang hilang, Bella berteriak dari luar.

"Agung, nih kunci motor kamu masih ngegantung di motor!"

Agung yang mendengar perkataan Bella, langsung bergegas keluar untuk memastikan perkataan Bella. Aku mengikuti dari belakang melangkahkan kaki ke halaman. Begitupun dengan yang lain mengikuti. Ternyata memang benar, kunci motor Agung masih menggantung dimotornya. Agung yang sudah melihat langsung, hanya tertawa dengan muka yang tampak tak berdosa. Walaupun yang lain terlihat kesal karena sudah mencari kunci motor Agung kemana-mana.

Setelah semuanya menegaskan tak ada masalah dan tak ada barang yang ketinggalan, kita semua pamit pulang dari rumah Bella. Bella hanya mengangguk pelan melepas kami semua pergi ke rumah masing-masing.

Aku menyalakan sepeda motorku dan langsung melesat melewati jalanan dan menghilang dibelokan rumah Bella. Aku sempat menoleh sebentar kebelakang, terlihat raut wajah Bella yang sepertinya enggan melepas kami dan berharap kami semua masih berada disana. Jalanan terlihat lengang walaupun masih ada beberapa orang masih melakukan aktivitasnya dipinggiran jalan. Lampu jalan menemaniku disepanjang perjalanan. Lampu merah adalah tempat yang nyaman untuk menikmati suasana malam ini. Udara yang dingin tapi terasa hangat didalam jaket kulit yang aku pakai.

Masih terbayang suasana pemainan yang beberapa jam lalu baru kami mainkan. Aku jadi berpikir bagaimana bila semua itu kenyataan? Tapi seandainya itu menjadi kenyataan mungkin itu akan menjadi sebuah hal yang menyakitkan dan menyeramkan. Aku langsung menepis khayalanku barusan dan menancap gas karena lampu hijau sudah menyala.

Setelah sekitar setengah jam aku berkendara, akhirnya aku sampai di rumah. Suasana di rumah amatlah sepi. Mungkin Mama juga sudah tertidur lelap dikamarnya. Aku membuka pintu rumah dan langsung menuju kamarku. Setibanya dikamar aku tak kuasa menahan kantuk yang memang sepanjang perjalanan sudah menyerangku. Dengan masih menggunakan celana jeans dan pakaian lengkap, aku langsung menghempaskan tubuh ke ranjang. Tak lama, aku langsung terlelap dalam tidur dan berpetualang di dalam dunia mimpi.