Masih dengan jantung yang berdebar-debar, aku tak percaya dengan apa yang aku lihat barusan. Aku telah melihat sesuatu yang mungkin semua cowo di kampus ku ingin melihatnya. Tapi apa yang sedang aku lakukan sekarang ? ketakutan dan gemetar di dalam kamar mandi dan masih bersender kepada pintu.
Aku mencoba untuk menenangkan diri ku dengan menarik nafas panjang berkali-kali. Kenapa lutut ku tak berhenti bergetar dan nafas ku yang masih tersengal-sengal. Otak ku sekalipun tak bisa untuk memberi perintah kepada lutut ku untuk segera berhenti gemetar.
Aku mulai bangkit perlahan. Aku pusatkan titik tumpuan dikaki ku. Dengan perlahan aku berdiri tegap dan melepas punggungku yang sedari tadi tertempel di pintu. Karena nanggung telah didalam kamar mandi, aku pun memutuskan untuk membuang air kencing. Setelah selesai, aku langsung bergegas keluar dari dalam kamar mandi lalu membuka pintu.
Ternyata Bella belum berhenti membuat jantung ku tak beraturan. Saat aku kembali menuju sofa di ruang tamu, Bella telah duduk disana dengan menggunakan kaos lengan panjang longgar dan celana super pendek sedang menatap layar hp-nya. Melihat itu, aku hanya terdiam. Di dalam hati ku sebenarnya sedikit kecewa karena aku harus kembali menahan kaki ku yang gemetar karena Bella. Aku takut, Bella melihat dan tau seberapa gemetarnya kaki ku.
Melihat Aku yang berdiri didepannya, Bella pun menatap dan bertanya padaku.
"Kamu ngapain berdiri disitu ? duduk lah…"
"Emm iya ini juga mau duduk ko." Aku pun duduk di sofa sebelah Bella.
"Kamu ga dingin ?"
"Engga, kenapa emang ?"
"Itu pake celana segitu." Sambil menunjuk ke arah celana yang dipakai Bella.
"Oh aku kalau di rumah ya gini setelannya udah paling enak."
"Emm…. Iya juga sih."
Beberapa menit Aku dan Bella tidak saling bicara, hanya menatap layar hp masing-masing. Rasanya canggung buat ku situasi seperti ini. Dalam setiap kesempatan Aku pun menatap Bella, walaupun itu tidak lama. Untungnya Agung segera sampai ke rumah Bella, sehingga bisa menghentikan situasi yang canggung ini.
Terdengar suara motor Agung sudah berada di depan halaman. Aku pun meminta izin untuk keluar menjemput Agung yang malu untuk masuk ke dalam rumah. Aku pun keluar untuk menemui Agung.
"Untung lu cepetan dateng." Ungkap ku
"Emang kenapa ?" Tanya Agung.
"Gua akward banget di dalam berdua bareng si Bella, mana si Bella pake cuman celana pendek lagi."
"Wah ???!! dia ga pake baju ?"
"Ya pake lah dodol."
"Tadi katanya cuman pake celana pendek doang."
"Iya gua salah ngomong."
"Lu sikat ga ?"
"Sikat apaan ? Lu kira gigi. Gigi lu tuh sikat. Ayo masuk ah."
"Idih…."
Tak berselang lama dari Agung, lalu teman-teman yang lain pun datang. Suasana rumah yang tadinya sepi pun mendadak ramai. Ada yang berisik nanyain terus makanan, ada yang berisik bahas bola, ada yang berisik karna main game, Aku lihat semuanya malah asik sendiri bukan ngerjain apa yang harusnya dikerjain.
Dari wajah Bella tersimpul kebahagiaan disana. Mungkin karena ia terbiasa sendiri di rumah dan jarang banget rumahnya berisik. Aku sendiri bersyukur tidak merasa kesepian di rumah karena ada Mama dan Mbok Surti. Walaupun akhir-akhir ini Mama selalu sibuk dengan bisnis online shop nya.
Karena tadi aku terlalu fokus kepada Bella, aku pun jadi tak sempat menanyakan kemana orang tua nya pergi. Apa pekerjaannya dan kenapa di rumahnya tak ada pembantu. Pedahal kalau dilihat dari rumah nya yang cukup luas dan furniture rumahnya yang banyak barang mahal, sepetinya tak mungkin bila orang tua Bella tidak sanggup membayar gaji pembantu.
Aku penasaran bagaimana masa kecil Bella? Apa ia cukup mendapatkan perhatian dari orang tua nya atau tidak ? Apa ia mempunyai banyak teman sewaktu ia kecil ? semua pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di dalam pikirannku. Mungkin aku harus lebih bisa mengenal bagaimana Bella dan masa lalunya, karena terkadang masa lalu selalu memberikan sendu di ruang jiwa. Tapi dibalik semua pertanyaan itu ada hal yang harus aku lakukan mulai sekarang, yaitu aku harus mencari tau jawaban dari semua pertanyaan itu. Bagaimana pun caranya, akan aku tempuh.
"Udah yu mainnya, kita fokus kerjain tugas !!" Suara Prayoga yang keras membuat semua nya mengakhiri keseruan.
"Iya nih kita kesini kan mau ngerjain tugas malah pada asik sendiri kan." Laras menambahkan.
Semuanya pun langsung mengambil posisi untuk bersiap berdiskusi. Bella langsung membuka laptop nya yang sedari tadi berada di atas meja, begitupun dengan Prayoga. Semuanya langsung mengeluarkan catatannya masing-masing yang berada di dalam tas.
Prayoga langsung memulai diskusi. Semuanya mendengarkan dengan seksama.
"Jadi tugasnya kan kita bikin analisis komunikasi yang ada di masyarakat, ada yang punya ide kita bahas apa ?" Tanya Prayoga
"Gimana kalau kita analisis komunikasi tentang organisasi yang ada di masyarakat ?" Jawab Tina.
"Contoh organisasi masyarakat apa?" Tanya Laras
"Karang Taruna aja gimana ? itu kan organisasi di masyarakat ?" Jawab Fajar
"Iya bener-bener tuh Karang Taruna." Bella menambahkan.
"Terus kita mau analisis apanya ?" Tanya ku
"Emmm gimana kalau kita analisis bagaimana cara komunikasi para pemuda di Karang Taruna dalam menampung aspirasi masyarakat dan cara mewujudkan aspirasi nya ke masyarakat ?" Agung memberi solusi.
"Nah bagus tuh Gung." Ucap Prayoga
"Tumben lu pinter." Kata ku mengejek Agung.
"Gua emang pinter kali emangnya elu."
"Baru dipuji dikit aja udah ninggi lu."
Setelah semua sepakat dengan usulan Agung, Prayoga yang menjadi ketua di dalam kelompok pun membagi-bagi tugas kepada kami semua. Ada yang mencari topik permasalahan, ada yang mencari berbagai kebutuhan untuk analisis, ada yang membaca-baca teori tentang kasus yang kita angkat, dan tugas ku adalah mencari tempat untuk melakukan analisis bersama Fajar.
Aku pun mencari-cari lingkungan yang mempunyai organisasi karang taruna yang bagus. Yang organisasinya sudah terstruktur bagus dan mempunyai program kerja yang jelas. Untungnya Fajar aktif di anggota karang taruna tempatnya. Sehingga tidak terlalu sulit bagaimana mengetahui kriteria organisasi karang taruna yang bagus tuh seperti apa.
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya Aku dan Fajar memutuskan untuk memilih karang taruna di desa dimana Fajar tinggal. Karena menurutnya, karang taruna di desanya mempunyai struktur dan program kerja yang bagus. Seperti halnya kegiatan kerja bakti yang dilakukan setiap minggu pagi, kegiatan mengajar bagi para anak yang putus sekolah, kegiatan memberi pelatihan kerajinan tangan bagi sejumlah pengangguran dan masih banyak lainnya.
"Kira-kira kapan kita bisa kesana Jar dan tanya-tanya soal kesediaan mereka untuk kita wawancarai dan kita rekam aktifitas kegiatan mereka ?"
"Emm entar deh, gua tanyain dulu ke ketua nya ya kapan jadwa mereka ngelakuin agenda kerjanya jadi pas kita kesana mereka lagi ngelakuin program kerjanya jadi kita langsung take aja mereka lagi ngapain kan."
"Oke deh tapi secepetnya ya biar kita bisa langsung turun ke lapangan."
"Oke siap."
Aku melihat Agung dan Tina yang sedang membaca teori-teori di buku yang sangat tebal. Terbayang bila aku mendapatkan tugas untuk mencari teori-teori komunikasi organisasi di buku yang sangat tebal itu, yang kira-kira itu lebih dari dua ratus halaman. Bisa lelah mata ku cuman melihat-lihat huruf-huruf yang tersambung menjadi susunan kalimat yang sangat sulit untuk dicerna dengan sebelah mata.
"Gimana Dzaf kita udah tau karang taruna mana yang mau kita jadiin tempat analisis ?" Tanya Prayoga.
"Udah, tadi gua ngobrol sama Fajar kayaknya kita bakal analisis karang taruna yang di desanya Fajar aja. Soalnya karang taruna disana punya struktrur organisasi sama proker yang bagus." Jawab ku
"Itu di daerah mana Jar ?" Tanya Prayoga
"Di deket rumah gua ko, di daerah Cikutra." Jawab Fajar
"Emm jauh juga ya. Tapi, gapapalah kalau emang disana karang tarunanya bagus kita disana aja. Tapi kira-kira kapan kita bisa datengin ?" Tanya Prayoga kembali
"Nah buat jadwalnya, mungkin gua harus tanya dulu ke ketua nya." Jawab Fajar
"Oke kalau gitu ditunggu ya kabarnya secepatnya." Ucap Prayoga
Tak terasa udah dua jam kita berdiskusi dan mengumpulkan bahan untuk analisis tugas. Kelihatan dari setiap muka yang berada diruangan ini sangatlah cape dengan kerja keras untu mengumpulkan semua bahan. Belum lagi setelah pikiran terkuras saat proses pembelajaran di kampus, sang otak harus bekerja lagi untuk memikirkan bahan-bahan untuk tugas yang diberikan dosen tadi pagi.
Semuanya merasa lelah dan bosan tentunya. Setelah semua bahan dirasa cukup, semuanya pun bersantai dengan caranya masing-masing. Bella dan Laras pergi ke dapur untuk membawakan minuman kembali, sedangkan Fajar dan Tina keluar untuk membeli gorengan dan rokok.
Jadi diruangan ini hanya tersisa Aku, Agung dan Prayoga. Prayoga adalah teman sekelasku yang berposturkan tinggi dan lumayan tampan. Umurnya sedikit diatas Aku dan Agung karena ia masuk kuliah ditahun setelah ia lulus sekolah. Sebenarnya dikelas, Aku dan Prayoga tidak terlalu dekat karena teman ku yang paling dekat di kampus adalah Agung.
Bisa dibilang Aku dan Agung udah kaya biji kiri dan biji kanan. Malah lebih parahnya lagi ada yang nyanggka bahwa kita adalah homo, karena kemana-mana selalu berbarengan. Prayoga sendiri mempunyai gaya yang high class. Terbukti dengan mobil yang selalu ia pakai setiap pergi ke kampus. Katanya sih orang tuanya emang pengusaha kaya dan ibu nya yang seorang dokter disalah satu rumah sakit terkenal di Bandung.
"Eh Ga katanya bokap lu pengusaha ya? Pengusaha apaan ?" Tanya ku
"Emm bokap punya konveksi gitu sih clotingan baju."
"Kalau bikin baju kelas pedahal ke lu aja ya tau gitu, jangan ke si Haqi ya. Udah kita bayar mahal eh malah kualitas bajunya jelek mana bahannya panas banget lagi kalau dipake." Ucap Agung.
"Tapi belum tentu kalau di gua juga hasilnya bagus kalau emang kita ga pinter milih bahannya Gung."
"Emang yang baju kelas kemaren yang milih bahan buat bajunya siapa?" Tanya Agung
"Gatau tah" Jawab ku
Saat Aku, Fajar dan Agung sedang asyik ngobrol, tiba-tiba datang Bella dan Laras yang datang dari dapur membawakan minuman dan sebotol syrop jeruk. Tanpa pikir panjang, Agung langsung mengambil gelas dan menuangkan syrop ke dalam gelasnya. Seperti kataku, kelakuan si Agung untuk urusan makanan atau minuman suka nyerobot gatau malu.
Aku pun ikut mengambil syrop dan langsung meminumnya karena kerongkongan sudah terasa kering sejak dari tadi. Belum lagi cuaca yang memang sedikit agak panas dan ruang tamu di rumah Bella tidak dilengkapi AC. Begitupun dengan Fajar dan Laras, mereka pun ikut meminum minuman yang telah Bella sediakan.
Tak lama berselang, Fajar dan Tina pun datang membawa satu kantong kresek penuh dengan gorengan. Melihat makanan, Agung pun langsung girang dan menyambar gorengan terlebih dahulu. Bella pun pergi ke dapur untuk membawa piring sebagai wadah dari gorengan. Ternyata Tina dan Fajar membeli gorengan yang amat banyak. Sampai-sampai Aku sendiri tak yakin gorengan ini bisa habis atau tidak.
Fajar mengeluarkan satu bungkus rokok dari saku jaketnya lalu dilemparkan ke atas meja. Aku pun langsung mengambil dan membuka bungkus rokok tersebut. Aku memang seorang perokok. Sudah dari kelas 2 SMA kira-kira aku mulai merokok dan sulit untuk berhenti menjadi seorang perokok. Mungkin ini yang dinamakan sudah menjadi seorang kecanduan nikotin. Sebenarnya aku tau kalau rokok memang tidak baik untuk kesehatan, bahkan bisa membunuh nyawa bagi siapapun yang menghirupnya. Tapi bagaimana lagi, sangat sulit untuk berhenti merokok apalagi lingkungan di kampus semuanya adalah seorang perokok.
"Bel kamu punya asbak ga ?"
"Emm bentar yah biar aku cari asbak punya Papah dimana." Bella pun pergi kebelakang mencari asbak milik Papahnya.
Ku nyalakan rokok ku, lalu Fajar dan Agung juga menyalakan rokoknya. Jadilah ruangan tamu rumah Bella bau dengan asap rokok. Tak lama, Bella datang dengan membawakan asbak.
"Makasih yah Bel." Ucapku
Disaat yang lain pada asyik merokok dan memakan gorengan, Bella hanya terdiam dan memandangi kami semua. Akupun terheran kenapa dari tadi Bella tidak minum dan memakan gorengan yang telah ada di atas meja. Melihat hal itu, aku pun menanyakan kenapa alasan dia tidak makan.
"Kamu kenapa ga makan Bel ? ga suka gorengan yah?" Tanya ku
"Suka ko, cuman aku lagi diet aja." Dengan wajah tersenyum
Mendengar jawaban Bella pun aku tertawa kecil. Pedahal kalau aku lihat, badan Bella tuh ga gendut dan ga kurus. Ideal lah untuk seorang wanita tapi kenapa ia memutuskan untuk diet. Terkadang cewe emang selalu ingin bentuk tubuhnya proposonal agar terlihat sexy. Bahkan ada cewe yang diet super ketat menjaga banget asupan makanannya agar berat badannya cepet turun. Sampai-sampai ia membahayakan dirinya sendiri karena diet super ketat yang ia lakukan.
Cewe tuh selalu ingin makan banyak tapi gamau gendut. Itu adalah fakta dan keinginan dari semua cewe. Tapi ga jarang juga ada cewe yang memang kurus walaupun sering makan banyak. Dan itu ternyata bawaan genetik saat kita berada di dalam kandungan. Menurutku, cewe yang kaya gitu adalah mendapat sebuah anugrah yang ingin dimiliki banyak cewe. Berbeda denganku, walaupun makan sedikit tetaplah berat badan cepat naiknnya. Tapi cepet juga turunnya kalau dibarengin dengan olah raga rutin setiap harinnya.
"Yaelah diet apa coba kamu kan ga gendut? Lagian makan gorengan satu juga ga bakalan gendut Bel."
"Ih aku gendut tau ! nih liat pipi aku bulet gini ih udah kaya tahu!"
"Segitu bulet dari mananya…"
"Gatau ah da kata aku mah ini gendut !"
Problem cewe kedua adalah cewe tuh selalu merasa dirinya paling bener. Cowo selalu salah dimata cewe. Jadi jangan harap lu kalau adu argument dengan cewe bisa menang karena cewe tuh selalu benar dan cowo selalu salah. Terkadang kita sebagai para cowo tuh ga habis pikir, kenapa mereka (cewe) ga pernah intropeksi diri mereka kalau mereka tuh salah ? dan selalu menganggap bahwa mereka (cewe) tuh bener sendiri.
Kadang Aku berpikir, "Ada ga ya cewe yang mau ngakuin kesalahannya dan minta maaf duluan?" kayaknya kalaupun ada itu hanya satu banding sejuta dimuka bumi ini. Mungkin itu udah sifat alamiah mereka kali ya dengan beranggapan bahwa mereka selalu benar. Dan cowo yang menjadi korban karena sifat alamiah menjadi seperti budak dan meminta maaf setiap saat kita (cowo) mempunyai kesalahan.
"Tapi pipi kamu bikin kamu tambah lucu tau Bel." Ucap ku
"Emm masa sih ??"
"Iyaa tau jadi gemes pengen nyubit pipi kamu hehe"
"Tuh kan berarti pipi aku emang bulet banget yaa ?? Aaaaa tauu ahh kesel!!!"
Problem cewe ketiga adalah walaupun kita (cowo) udah memuji mereka (cewe) tapi terkadang pujian itu dianggap sebuah kebohongan. Mereka (cewe) selalu saja salah dalam mengartikan apa yang kita (cowo) sampaikan, pedahal kita memuji untuk membuat mereka (cewe) senang.
Walaupun awalnya sih malu-malu dan senang setengah mati kita puji, tapi setelah itu mereka selalu berpikiran bahwa pujian itu adalah sebuah kalimat hinaan yang terbungkus dalam kata-kata yang cantik. Pedahal nyatanya, kita (cowo) hanya ingin membuat mereka (cewe) senang dan melupakan apa yang sedang mereka khawatirkan.
Setelah sekiranya kenyang dan puas memamkan gorengan yang begitu banyak dan minuman yang telah habis juga, semuanya kembali ke aktifitas pribadinya. Ya semua nya menatap layar gudgetnya masing-masing. Kecuali Prayoga yang sedang menatap layar laptop Bella. Karena semuanya asik sendiri, akupun mengeluarkan hp ku yang ku letakan dari tadi di dalam kantong saku celanaku.
Saat aku menyalakan hp ku, ternyata ada lebih dari seratus pesan lebih yang masuk ke dalam aplikasi line maupun whatsApp. Saat aku lihat, tenyata itu semua dari chat group. Notifikasi dari group itu memang aku senyapkan karena selalu berisik, makannya dari tadi aku tidak mendengar hp ku berbunyi.
Aku membuka chat group satu persatu, tidak ada yang menarik. Hanya obrolan dan candaan foto meme yang selalu dikirimkan oleh teman-teman ku di line maupun di whatsApp. Karena bahan candaan teman-teman ku di group whatsApp berisikan gambar-gambar meme yang agak vulgar alias yang selalu berhubungan dengan konten dewasa, aku pun agak menekuk hp ku agar tidak terlihat oleh teman-temanku.
Tapi, tanpa ku sadari ternyata Laras dari tadi telah melihat apa yang ada diisi chat group ku.
"Ihh Dzafran itu gambar apaan ?!!!" Teriak keras Laras.
Orang-orang yang mendengar teriakan keras Laras pun langsung menoleh ke arah ku dari kesibukan aktifitas dilayar handphonenya masing-masing.
Aku yang juga kaget dan langsung canggung karena semua orang menatapku, aku hanya bisa tersenyum dan tertawa ringan.
"Heheheehe... cuman gambar di whatsApp ko"
Sambil menunjukan isi dari chat di group yang apa barusan Laras baru saja lihat.