Chereads / Cinta atau Benci Kamu / Chapter 3 - 3. Kesepakatan

Chapter 3 - 3. Kesepakatan

"Bagaimana Dan? hasil karya ciptaan kakak iparmu ini? kau sudah melihatnya bukan??", tertawa kecil.

"Sangat sempurna, tapi memang karya itu tidak akan jauh berbeda dengan penciptanya. Melihat sikapnya tadi aku sudah merasa tertekan, Kakak Ipar terlalu hebat mendidiknya", geleng-geleng.

"Mampirlah ke rumah, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini. Aku ke kantor dulu ya Dan, terimakasih sudah mau pulang", la la la hunyung kanan hunyung kiri.

"Dasar kakak ipar dia sedang mabuk, pimpinan Rim", lambaikan tangan.

"Ya tuanku. Antar Bu Presdir sampai ke kantor setelah itu belikan obat pereda mabuk, aku tidak ingin dia terlihat jelek di mata bawahannya", meminum air putih.

"Baik tuan, apa tuan akan menunggu di sini", menggaruk kepala.

"Betapa cintanya aku kepadamu bila terus menunggu di sini, ha...?!", kata Dan marah.

"Maaf tuan, maksud saya bukan begitu, hehe", membungkuk.

"Aku akan mampir ke Villa Young, kau nanti kembali saja ke penginapan terlebih dahulu. Aku bisa pulang sendiri", beranjak pergi.

"Baik tuan, saya laksanakan", membungkuk lagi.

(Di Villa Young)

Kesal! Kesal! Kesal!

Mama tega banget, sih! Paman juga diam saja. Bagaimana bisa seorang seperti Paman menerima begitu saja. Tidak mungkin bila tidak ada sesuatu, pasti ini berhubungan dengan bisnis Mama dengan Paman Dan.

"Nona Funny, Nyonya memberitahu kami untuk membantu Anda mencoba beberapa gaun pengantin", kata Yuki menghampiriku.

"Apa?! Siapa?! Siapa yang mau menikah, hah!", menarik selimut.

"Maaf Nona kami hanya di perintahkan seperti itu, saya sangat bahagia jika bisa melihat Nona menikah dengan Tuan Dan dia orang yang baik dan sopan juga ramah sekali Nona", cuap-cuap Yuki memuji Dan Ryu Jii.

"Kalau begitu kau saja yang menikah dengan orang tua itu, aku tidak sudi!", melempar bantal ke muka Yuki.

Waduhhhhh...!!

Tok Tok...

"Eh tuan Dan", Tuhan memberkatiku di malam hari aku bisa melihat yang bening-bening.

"Yuki di mana Nona Funny? apa ada di kamarnya?", menunjuk kamar Funny.

"Iya tuan, Nona ada di kamarnya", seringai.

"Aku akan bicara dengannya, tolong buatkan aku kopi", menepuk bahu Yuki.

"Ba- ba- baiik tuanku", membungkuk lalu pergi ke dapur.

Ckleak...

"Yuki aku sudah bilang padamu aku tidak sudi menikah dengan tua bangka itu jadi bawa semua gaun pengantin itu pergi!!" masih tidur tengkurap berselimut.

"Tua Bangka kau bilang?", SRAAKKK!!! menarik selimut.

"Paman! ", dia menyusulku.

"Jangan pernah panggil aku dengan sebutan paman, karena kau bukanlah keponakanku!", bepaling.

"Oh, baiklah Tuan Dan Ryu Jii si tua bangka yang berkacamata, hahaha", duduk bersila.

"Apa kau bilang Nona Funny?", bocah ingusan ini mengataiku, sialan!

"Kau tidak ingin ku panggil paman juga marah ketika ku panggil tua bangka, kau pikir seberapa pantas dirimu di hadapanku, Tuan Dan Ryu Jii?!", aku akan membuatmu pergi dari Villa ini, tidak! tidak hanya dari Villa tapi juga dari negara ini.

"Terserah kamu saja, yang penting besok kau harus tampil secantik mungkin, karena akan ada banyak wanita cantik dan menggoda di pesta pernikahan kita. Aku tidak ingin terlihat menggandeng seorang bocah ingusan di pernikahan nanti", pfhh... apa aku kelewatan, sudahlah.

"Kau, pergi dari kamarku! tua bangka!!", melempar bantal.

"Sebelum aku pergi, ada yang ingin aku katakan", merogoh saku.

"Katakan cepat, setelah itu kau enyah dari sini", besedekap.

"Kau tahu, aku tidak menolak pernikahan ini karena aku menginginkan sesuatu dan itu sudah jelas bukan dirimu. Bila kau tidak sudi menikah denganku terlebih denganku", tersenyum.

"Sudah intinya saja", marah-marah.

"Aku ingin kita bercerai setelah 1 tahun menikah, kau bisa mendapatkan J Young Grup dan aku bisa mendapatkan apa yang ku mau. Apa kau mengerti?", membungkuk menatap mata Funny.

"Aku tidak pernah sedikitpun menginginkan J Young Grup, bagaimana jika setelah 1 tahun berlalu kau tidak usah pernah hadir di hadapanku lagi untuk selamanya", tersenyum sinis sambil menarik dasi Dan Ryu Jii.

"Itu sangat mudah. Kalo begitu kau sepakat?!", mengulurkan tangan.

"Sepakat, kalau begitu lekaslah pergi", menjabat tangan.

"Ya, sampai jumpa di acara pernikahan, ...kita", tersenyum.