"Allan!" jerit Sabilla, karena Allan membangunkannya dengan bergerilya di balik selimut. Lelaki itu memasukkan puncak dada Sabilla ke dalam mulutnya, seperti bayi.
"Selamat pagi, Sayang. Maaf kalau aku membuatmu terkejut. Aku masih belum bisa move on dari kejutanmu semalam." bisik Allan dengan suara sedikit berat. Matanya masih terpejam, mereka berdua kurang tidur semalam, sehingga keduanya di belenggu rasa kantuk yang teramat sangat.
"Aku senang kamu menikmati kejutaan yang aku berikan. Aku juga sangat menyukai..., milikmu." bisik Sabilla nakal. Allan menenggelamkan wajahnya di dada wanita itu. Lelaki itu juga tidak menyangka bisa melakukannya dengan baik. Ada kebanggaan tersendiri saat Sabilla mengatakan itu.
"Sekarang dia sudah menjadi milikmu. Kapanpun kamu butuh, dia siap melayanimu dengan baik." Allan balas menggoda Sabilla. Wanita itu menarik kedua belah pipinya gemas.
"Beneran ya, kapanpun. Akan kutagih nanti."Allan tersenyum mendengar Sabilla yang menantangnya. Sejak semalam, perasaan Allan berubah drastis pada Sabilla. Dia jatuh cinta karena kejutan yang wanita itu berikan untuknya. Sepraktis itu, Allan sudah luluh pada wanita di dalam dekapannya itu.
"Kapanpun, aku selalu siap untukmu." ucap Allan lalu mengecup bibir wanita itu singkat.
"Suami simpanan yang baik." pujinya, balas menghadiahkan kecupan pada Allan.
"Sungguh, sedikitpun aku tidak merasa keberatan menjadi simpananmu, Billa. Ehm, aku harus mandi sekarang, aku mau pulang ke kontrakan dulu." Allan bangkit dari tidurnya, tapi Sabilla menarik tangannya hingga dia kembali ke posisinya semula.
"Biar aku siapkan air hangat di bathup, sepertinya setelah semalam, kita perlu berendam untuk merileks-kan badan. Jangan buru-buru pergi, Allan Sayang. Kamu tahu, kamu harus patuh padaku." Sabilla tersenyum. Allan membalas senyum wanita itu Membiarkan Sabilla turun dari ranjang, menyiapkan air untuk mereka berdua. Allan memandangi Sabilla yang tubuhnya hanya di lilit handuk fasilitas hotel yang bahkan tidak mampu menutupinya dengan benar.
Air telah siap, Sabilla menjatuhkan handuknya ke lantai begitu saja, lalu masuk ke dalam bathup. Wanita itu mengucurkan air ke pundaknya dengan gerakan gemulai. Gerakannya itu menggoda Allan, kedua bola mata lelaki itu mengikuti kemana gerak jari istrinya.
"Jangan hanya melihat, ayo sini Sayang." Sabilla meminta Allan untuk bergabung. Lelaki itu mengikuti intruksi dari istrinya. Turun dari ranjang dan masuk ke dalam bathup. Dia memilih menempatkan diri di ujung, berseberangan dengan Sabilla, Tapi wanita itu tidak membiarkannya, dia merayap mendekati Allan, sesaat kemudian wanita itu sudah berada di hadapan Allan dengan tangan yang mulai membelai dada Allan.
"Allan, menemukanmu adalah keajaiban bagiku. Sudah lama aku menginginkan pernikahan hangat seperti ini. Dengan laki-laki tampan dan bertubuh sempurna. Kamu juga begitu lembut dan menyayangiku. Allan, meskipun kamu bukan satu-satunya di dalam hidupku, tapi bolehkah aku memohon padamu, hanya aku yang ada di hidupmu? Mungkin terdengar egois, tapi aku tidak bisa berbagi kamu dengan siapapun." Sabilla menatap kedua bola mata Allan. Mereka berdua saling tatap dengan jarak hanya beberapa senti saja. Allan membelai lembut rambut Sabilla. Baginya, Sabilla sudah lebih dari cukup.
"Aku tidak mungkin menghianati wanita yang telah memberi segalanya untukku. Aku akan menghabiskan sisa hidupku bersamamu, Billa. Mungkin aku tidak sedewasa dan sekaya Om Suryo, tapi aku yakin, aku punya cinta yang jauh lebih besar darinya." Ya, Allan menyerah. Dia tidak bisa menolak desakan cinta yang di berikan oleh Sabilla. Kasih sayang yang di berikan oleh wanita itu membuatnya nyaman.
"Kamu memang memiliki cinta yang lebih besar darinya dan juga sesuatu besar yang lain yang aku sukai. Bagaimana kalau kita mencoba sensasi bercinta di dalam bathup? Sepertinya itu sangat menarik." Sabilla membelai aset pribadi Allan yang telah siap bertempur. Kegilaan mereka semalam belum cukup memuaskan haus belaian yang Sabilla tahan selama ini.
"Tapi Sayang..., hmmh." Allan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Sabilla telah menutup mulutnya dengan bibirnya. Bersamaan dengan itu, wanita itu telah membuat bagian tubuh Allan memasukinya. Kali ini Sabilla mengambil komando, dia memimpin permainan panas mereka, bergerak lincah di hadapan Allan.
Tepat seperti dugaan Allan, wanita yang telah menjadi istrinya itu memang memiliki masalah ranjang, sehingga dia mencari suami baru. Meskipun dia seperti sedang merebut istri orang lain, tapi Allan merasa beruntung, karena Sabilla spesial.
Allan dapat melihat bagaimana Sabilla menikmati permainan dengannya. Bagaimana ekspresi wajahnya saat miliknya menghujam di dalam sana, Sabilla meneriakkan namanya berkali-kali. Allan merasa menjadi orang yang sangat di dambakan oleh wanita itu. Allan tentu saja juga menikmati serangan nikmat dari Sabilla. Dia merasakan ruangan hangat itu memijat asetnya hingga membuatnya hilang akal. Allan sempat tertawa dalam hati, teringat kalimat yang di ucapkan Bima. Dia memang seperti lelaki bayaran, tapi jika bayarannya cukup dan senikmat ini, Allan tentu tidak akan menolak.
"Allan!" pekik Sabill seraya memeluk tubuh Allan erat. Allan yakin, wanitanya tengah mendapat pelepasannya. Allan merasakan sensasi nikmat pada Asetnya karena ruangan hangat Sabilla berdenyut dan menghisapnya.
Setelah sensasi melayang yang di rasakan Sabilla mulai samar, wanita itu mulai kembali menggerakkan tubuhnya. Allan tahu, Sabilla tidak akan membiarkan dia menahan. Sabilla tentu akan memberikannya keadilan.
"Allan, kamu selalu menang. Kamu sungguh membuatku semakin menggilaimu. Sekarang, izinkan aku yang membuatmu melayang." Allan memdongakkan kepalanya. Sensasi gerakan cepat yang di berikan oleh Sabilla membuatnya kewalahan. Sensasi kenikmatan itu membuatnya tidak bisa menahan lagi. Desakan besar keluar dari dalam dirinya, tubuhnya bergetar hebat. Allan menggeram saat asetnya melepaskan beban di dalamnya. Nafas lelaki itu tersengal, sisa kenikmatan itu masih ada, Sabilla tersenyum puas dengan karyanya. Dia berhasil membuat Allan melayang.
"Kamu luar biasa Sabilla. Kamu selalu bisa membuatku merasakan kenikmatan hingga tidak berdaya." puji Allan. Pujian itu memang cocok untuk Sabilla. Wanita itu selalu berusaha memanjakannya dan membuat Allan merasa sangat berhaga.
"Kamu juga. Kamu bisa memberikan apa yang sebenarnya aku inginkan. Sekarang, kita harus pindah ke kamar mandi dan membersihkan diri dengan benar." Sabilla keluar dari bathup dengan tangan menggandeng Allan.
"Kalau aku berubah pikiran bagaimana?" goda Allan.
"Allan, jangan menggodaku terus. Kita harus mengisi perut. Aku lapar, tidak ada lagi energi untuk bercinta. Setelah menemaniku makan, kamu boleh kembali ke kontrakan, jangan lama-lama, kamu harus segera kembali karena aku akan sangat merindukanmu." Sabilla melepaskan tangan Allan, wanita itu melangkah ke kamar mandi, meninggalkan Allan yang masih tertegun. Dia mendadak teringat orangtuanya, sampai detik ini, Sila dan Andra belum tahu kalau dirinya telah menikah. Bagaimana reaksi mereka saat tahu dirinya menikah diam-diam, itu yang membuat Allan gelisah.
Allan mendengar bunyi air shower. Dia segera menyusul Sabilla untuk membersihkan diri. Dia akan memikirkan cara untuk memberitahukan semuanya pada orangtuanya nanti.