Chereads / Nyonya Muda Kesayangan Allan / Chapter 18 - Kemesraan Pagi (2)

Chapter 18 - Kemesraan Pagi (2)

"Ayah memutuskan untuk memberimu kesempatan. Elang Corporation menanamkan saham sangat besar di perusahaan kita. Sudah saatnya kamu kembali ke rumah Allan. Ayah sangat mengkhawatirkanmu, Nak." nada bicara Andra sangat lembut, hingga menggetarkan perasaan Allan. Setelah sekian lama selalu bertengkar, baru kali ini Allan mendengar ayahnya bicara tanpa emosi. Bahkan, mata Lelaki itu sampai berkaca-kaca.

"Pulang?" tanpa sadar Allan mengucapkan kata itu. Ya, dia merasa sudah memiliki rumah, rumah bersama Sabilla.

"Ya, pulang. Kamu tidak rindu rumah? Kamu tidak rindu masakan bundamu?" tanya Andra di ujung sana. Tentu saja Allan rindu rumah, rindu segalanya, termasuk masakan Sila.

"Tentu saja aku kangen, Ayah. Baiklah, besok Allan akan pulang. Sampaikan salam kangenku buat Bunda dan Anna." Allan tidak ingin menyiakan momen ini. Dia harus memanfaatkan situasi untuk membangun kebersamaan bersama Andra.

"Ayah tunggu, Allan. Jaga diri kamu baik-baik." Andra memutus panggilannya. Allan menaruh ponselnya ke atas nakas, Allan segera mendatangi dan memeluk Sabilla erat.

"Apa Elang Corporation perusahaan milikmu?" tanyanya kemudian.

"Ya, Aku sudah mengutus seseorang untuk menanam saham dan melakukan kerjasama dengan Wijaya Group, saat kamu pulang ke kontrakan hari itu." Allan mengecup puncak kepala Sabilla berulang kali. Ternyata Sabilla tidak mengingkari janjinya. Dia benar-benar membantu Wijaya Group bangkit kembali.

"Terima kasih, Billa. Kamu menepati janjimu. Aku banyak berhutang padamu. Tidak tahu bagaimana aku bisa membalas semua kebaikanmu ini." Allan meletakkan dagunya di puncak kepala Sabilla, dia terharu, menemukan wanita sebaik Sabilla.

"Cukup menjadi suamiku yang baik. Itu sudah menjadi balasan yang setimpal untukku, Allan. Sekarang, ayo kita sarapan, nanti keburu dingin, nggak akan enak lagi." ajak Sabilla lembut, masih di dalam dekapan Allan.

"Masih tetap enak, asal makannya bareng kamu." celoteh Allan.

"Gombal banget sih, suamiku ini...," Sabilla menarik hidung mancung Allan lalu melepaskan diri dari lelaki itu. Sabilla berlari kecil ssetelah memeletkan lidahnya pada Allan. Allan merasa tertantang dan mengejar Sabilla keluar kamar.

Sabilla yang sudah menyiapkan makanan dan peralatan makan, mengambil piring yang akan di gunakan Allan makan dan mengisinya dengan secentong nasi, beberapa lauk dan sayur.

Allan memperhatikan apa yang di lakukan oleh Sabilla, sama persis dengan cara ibunya memperlakukan ayahnya. Seharusnya ayah dan ibunya akan senang karena mereka mendapatkan menantu sebaik Sabilla.

"Kenapa, sih? Ada yang aneh?" tanya Sabilla saat menyadari kehadiran Allan. Lelaki itu berjalan mendekat, menarik kursi dan duduk.

"Melihat caramu menyiapkan makan untukku, mengingatkanku pada bunda. Bunda selalu menyiapkan makanan dan menemani ayah makan." cerita Allan. Sabilla melemparkan senyuman manisnya. Wanita itu bahagia karena Allan menyukai perlakuannya.

"Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan ayah dan ibu mertua." sahut Sabilla, "Tapi tentu saja bukan sekarang. Aku tahu, perlu banyak waktu untuk meyakinkan mereka. Aku yakin mereka mengenal siapa aku, dan tentang perbedaan usia kita. Itu akan menjadi masalah. Kita masih harus berjuang lebih keras lagi, untuk mendapatkan restu mereka." sambung Sabilla, sama dengan apa yang di pikirkan Allan. Apalagi Sila pernah bilang padanya kalau dia belum boleh menikah sebelum sukses atau setidaknya mampu membantu Andra menjalankan perusahaan keluarga mereka.

"Itu juga yang ingin aku bahas denganmu, Billa. Aku di minta ayah untuk pulang dan membantunya mengurus perusahaan. Kalau sementara kita pisah rumah, memangnya kamu tidak apa-apa?" tanya Allan sambil mulai menyendok makanan yang ada di piringnya.

"Aku sih, nggak masalah. Mungkin kamu yang kenapa-napa." ledek Sabilla sambil tersenyum jahil.

"Itu juga yang aku pikirkan, gimana rasanya jauh dari kamu, begini banget ujian pengantin baru, baru nikah berapa hari sudah harus pisah rumah." Sabilla tersenyum mendengar keluhan Allan.

"Sabar dong. Kita kan sementara bisa backstreet. Itu justru seru nanti. Diam-diam ketemu seperti anak abege jaman dulu." cara bijak Sabilla menghadapi masalah yang harus mereka hadapi membuat Allan semakin menyayanginya.

"Tapi, kamu nggak akan nigain aku kan? Cukup di duain aja Billa, aku nggak mau kamu punya yang lain lagi." Allan antisipasi. Dia tidak akan rela jika Sabilla memiliki lelaki lain selain dirinya dan Suryo.

"Tidak akan. Kamu yang utama, tidak akan ada lagi yang lain. Kalau besok kamu harus pulang, itu tidak masalah. Kalau begitu, hari ini aku pengen menghabiskan waktu bersama kamu." Allan menghentikan makannya, lalu menatap Sabilla.

"Tapi bukannya kamu harus ke kantor?" tanyanya.

"Karena besok dan seterusnya kita jarang bertemu, aku ingin libur hari ini khusus untuk kamu. Gimana kalau setelah ini kita berenang bersama?" Allan tersenyum mendengar ajalan Sabilla.

"Kenapa? Emangnya berenang itu lucu?" Sabilla ketus.

"Jangan ngambek, aku senang kamu ngajakin berenang. Aku juga sudah lama tidak berenang, tapi, aku cuma bayangin hal lain." celetuk Allan.

"Dasar mesum!" dengus Sabilla, Allan justru terkekeh. Dia memang mesum semenjak menjadi suami Sabilla.

Sebelum bersiap berenang, Sabilla sudah membereskan semua peralatan yang di gunakan keduanya sarapan. Wanita itu memilih pakaian renang terbaiknya, Allan memperhatikan setiap gerak-gerik Sabilla.

Alan tersenyum saat Sabilla menjatuhkan pilihan pada pakaian renang berbentuk potongan. Menyerupai bra dan celana dalam dengan bentuk yang sangat menggoda. Melihatnya saja, Allan sudah membayangkan Sabilla mengenakannya. Mendadak tubuhnya memanas karena itu.

"Aku ganti dulu." seperti sengaja, Sabilla menggigit bibir bawahnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Karena itu, Allan menjadi semakin gelisah. Aset pribadinya mulai menggeliat. Allan benar-benar gemas dengan tingkah Sabilla.

"Kalau kamu se-menggemaskan ini, jangan salahkan aku kalau aku tidak bisa tidur dan tiba-tiba aku masuk melalui jendela lalu menerkammu Billa." gumam Allan pelan, lalu memutuskan untuk pergi ke kolam renang lebih dulu.

Lelaki itu membuka kemeja dan juga celana panjang yang di kenakannya. Dengan hanya memakai celana pendek yang biasa di pakainya, Allan menceburkan dirinya ke dalam kolam.

"Sayang...," panggil Sabilla lembut, Allan yang sedang menghadap ke arah lain seketika berbalik ke arah suara Sabilla berasal. Lelaki itu menelan salivanya sendiri beberapa kali. Asetnya kali ini benar-benar menegang. Bagaimana tidak, tubuh Sabilla hanya tertutup di bagian poin-poinnya saja, Allan benar-benar tergoda dengan pemandangan yang di lihatnya.

Allan berenang mendekati Sabilla yang duduk di pinggir kolam dengan kaki terendam di air. Lelaki itu menempatkan diri di antara kaki istrinya. Allan melingkarkan tangannya ke pinggang Sabilla dan mencium perut wanita itu perlahan.

"Kamu sengaja pakai ini? Sepertinya yang kamu pilih tadi bukan ini. Kamu bikin aku tersiksa, Billa." bisik Allan, Sabilla yang mendengarnya tersenyum geli, memang tujuannya adalah menggoda Allan.

"Salah kamu sendiri, aku mau berenang, kok. Bukan mau godain kamu." seketika Allan menarik Sabilla masuk ke dalam air dalam dekapannya.

"Allan!"