Chereads / Nyonya Muda Kesayangan Allan / Chapter 19 - kemesraan pagi (3)

Chapter 19 - kemesraan pagi (3)

"Kamu masih mau bilang kalau kamu tidak berniat menggodaku dan ingin berenang? Lalu maksud dari pakaian terbukamu ini apa, Billa?" Allan menatap Billa yang masih dalam dekapannya. Lelaki itu menggendongnya dengan posisi berhadapan, membuat Sabilla berada lebih tinggi dari Allan.

"A-aku, aku memang begini kalau berenang. Masa iya, berenang pakai daster?" kilah Sabilla, Allan terkekeh.

"Cara berbohongmu payah! Mana ada berenang pakai daster, Cantik? Mau aku gigit?" Allan memasukkan salah satu puncak dada Sabilla ke dalam mulutnya.

"Ampun, jangan lakukan itu Allan. Iya, aku mengaku, aku memang berniat menggodamu. Jangan gigit, lepaskan...," Sabilla memohon, Allan melepaskannya dan mengerling nakal ke arah istrinya itu.

"Gitu dong, kalau ngaku kan enak. Mau aku bikin lebih enak lagi?" Allan menggoda Sabilla, wajah wanita itu memerah. Dia semakin bersemangat untuk membuat Sabilla salah tingkah.

Allan menurunkan tubuh Sabilla perlahan ke dalam air, ada rasa menggelitik saat tubuh wanita itu sedikit menyerempet asetnya yang telah menegang. Allan yang terus menatap wajah Sabilla dapat melihat dengan jelas mata wanita itu melebar.

"Kamu...,"

"Gara-gara kamu, dia jadi minta bertemu pasangannya. Kamu harus bertanggung jawab Billa."

"Tapi aku kan, nggak sengaja...," Sabilla memelankan suaranya di akhir kalimat karena Allan sudah menatapnya dengan tatapan lapar.

"Jadi kamu tidak sengaja? Hmm?" Allan mengelus tubuh bagian belakang Sabilla yang paling sensitif.

"Jangan Allan, please...," Sabilla menolak, tapi tubuhnya bereaksi lain. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, menahan sensasi yang di perolehnya dari sentuhan Allan di dalam air. Allan yang menyadari itu semakin gencar memberikan sentuhannya.

"Yakin kamu menolak?" Allan mulai mengendus leher Sabilla, wanita itu justru memberi ruang. Allan mulai menyesapnya di beberapa bagian, hingga meninggalkan noda kepemilikan di beberapa titik.

"Aku...," Sabilla terlanjur terbakar hasrat. Keinginannya untuk melakukan sesuatu dengan Allan lebih besar daripada penolakannya.

"Kamu apa?" Mereka berdua saling bertatapan. Hanya berapa jam lagi mereka tinggal serumah, keduanya tidak ingin menyiakan kesempatan ini untuk memadu kasih.

"Aku ingin menyentuhmu." kata Sabilla dengan berani. Dia selama ini yang selalu memimpin Allan, tapi pagi ini dia sangat gugup menghadapi lelaki yang telah tidur dengannya beberapa kali itu.

"Menyentuhku? Dengan cara apa?" tantang Allan, Sabilla menelan ludah. Dia belum pernah segugup ini. wanita itu ingin mencoba hal baru, hal yang belum.pernah di lakukannya bersama siapapun.

"Sekarang kamu ikuti aku. Jalan mundur." perintah Sabilla. Allan mengikuti perintah istrinya, dia jalan mundur dengan Sabilla mengikuti dari depan. Hingga akhirnya, kaki Allan mentok pada tangga untuk keluar dari air.

"Duduk." perintah Sabilla lagi. Allan duduk sambil berpegangan hand railing. Dia menatap Sabilla dengan tatapan penasaran. Allan penasaran apa yang akan di lakukan wanita itu.

Sabilla menyelam ke dalam air perlahan. Bergerak mendekat ke arah Allan. Wanita itu berada di antara dua kaki suaminya. Allan terkejut saat Sabilla menarik celana renangnya ke bawah.

"Billa, ap..., ah. Apa yang kamu lakukan?" sepertinya Sabilla tidak bisa mendengar suara Allan. Lelaki itu hanya bisa memegang kuat hand railing seraya menikmati setiap pergerakan mulut Sabilla. Wanita itu seperti sedang menikmati es krim. Begitulah caranya memperlakukan aset pribadi Allan.

"Kamu menyukainya, Sayang?" tanya Sabilla saat ia menyudahi kegiatannya. Padahal saat itu sedikit lagi Allan akan mengeluarkan muatannya. Allan menjadi sedikit kesal karenanya.

"Sayang, nggak di lanjutin?" Sabilla hanya tersenyum lalu berenang menjauh. Allan menarik kembali celananya lalu menyusul Sabilla. Wanita itu segera berkelit saat Allan akan menangkapnya.

Sabilla berenang menuju tangga kolam, lalu naik dan berlari masuk ke dalam rumah. Allan yang sudah kepalang tanggung, merasa harus mendapatkan Sabilla. Wanita itu lengah, Allan berhasill menangkapnya saat mereka sampai di ruang keluarga.

Perlahan Allan merebahkan Sabilla di karpet bulu yang terhampar di ruangan itu. Lelaki itu dengan segera memangsa bibir istrinya dan menikmatinya habis-habisan. Dia tidak memberikan kesempatan sedikitpun pada Sabilla untuk kabur.

"Kamu yakin, akan melakukannya di sini?" tanya Sabilla di sisa kesadarannya.

"Asalkan denganmu, di mana tempat kita melakukannya, itu tidak penting, Billa." Allan melancarkan serangannya, semakin lama semakin intens, tidak ada bagian lekuk tubuh Sabilla yang terlewat. Dua manusia yang sedang di mabuk cinta itu saling berguling bergantian, berebut menjadi pemimpin adegan panas yang sedang di lakukan keduanya.

Kain-kain mungil yang menutup tubuh Sabilla telah lenyap dari tempatnya semula. Allan tidak ingin benda kecil itu mengganggunya melancarkan aksi.

"Allan...," jeritan kecil Sabilla terdengar merdu di telinga Allan saat lelaki itu menelusuri dua belah paha wanita itu. Bukan hanya jeritan, Sabilla juga menarik rambut Allan perlahan.

"Kamu sangat menyukainya, Sayang?" goda Allan. Kali ini, lidahnya menyelusup di sela-sela aset pribadi Sabilla. Wanita itu menggeliat kesana-kemari. Tubuhnya bergetar, kedua tangannya membelai tubuhnya sendiri. Lonjakan sensasi kenikmatan yang Allan berikan membuat Sabilla terbang melayang.

"Allan.. jangan terus bermain. Berikan milikmu sekarang. Aku mau dia." rengek Sabilla. Allan tersenyum melihat wanitanya telah memohon dengan tatapan sayu seperti sekarang.

Allan tidak peduli dengan rengekan Sabilla, dia terus menjelajahi pintu kenikmatan wanita itu, hingga pemiliknya menangis. Gelora kenikmatan membuatnya menginginkan lebih. Allan tidak tega membiarkannya tersiksa. Melucuti kain yang menutupi dirinya dan mulai menjalankan tugasnya.

Allan sangat menyukai sensasi ini setiap kali melakukannya dengan Sabilla. Masih seperti pertama kali, begitu ketat dan mengurut aset pribadinya tanpa ampun. Sensasi itu membuat Allan merasa pusing dan tidak ingin berhenti. Dia terus menggerakkan dirinya dan memberikan hentakan yang membuat tubuh Sabilla terguncang.

"Allanh, aku sangath suka milikhmu...," ucap sabilla terbata-bata. Buliran keringat mulai membasahi tubuh mereka, menggantikan butiran air kolam yang telah kering.

"Aku tau, kamu sangat menyukainya, Sayang. Buarkan aku membuatmu lebih nikmat sekarang." Allan membuat tubuh Sabilla melengkung ke atas, dia berusaha memasuki tubuh wanita itu dengan maksimal. Membuat Sabilla semakin terbakar, setiap Allan memasukinya, Sabilla mendesah hebat. Beruntung mereka hanya tinggal berdua, tidak ada yang mendengar suara yang di hasilkan dari pergulatan sengit itu.

"Katakan padaku, apakah caraku memuaskanmu lebih baik dari Suryo?" Allan terus menggerakkan dirinya, Sabilla yang sudah sampai puncaknya tidak mampu menjawab pertanyaan Allan. Wanita itu hanya melenguh panjang dan mencengkeram erat punggung suaminya.

"Bagiku, tidak ada yang lebih baik dari kamu dalam melakukan ini. Kamu luar biasa Allan. Hmmh." Allan mempercepat gerakannya. Lelaki itu akan menggapai puncaknya segera.

"Sa-bil-la...," Allan membuka mulut, mendongakkan kepalanya, sensasi kenikmatan itu sampai pada ubun-ubun. Allan tergolek lemah meskipun Aset pribadinya masih menginginkan lebih.

"Ini yang aku suka dari kamu, Sayang. Kamu selalu memberikan apa yang aku mau, bahkan lebih dari itu." Sabilla menangkup wajah Allan dan menghadiahkan sebuah kecupan singkat.

"Mau lanjut lagi?" tanya Allan, tidak di sangka Sabilla mengangguk cepat, "Istriku memang nakal." bisiknya.