Chereads / Nyonya Muda Kesayangan Allan / Chapter 16 - Terkejut

Chapter 16 - Terkejut

Allan yang masih di perjalanan seketika tidak bersemangat saat membaca pesan dari Sabilla. tapi Allan berusaha menyadarkan dirinya, dimana posisinya. Dia tidak boleh menyulitkan istrinya.

Sejak awal, Allan sudah tahu kalau dia akan menjadi yang kedua meskipun statusnya sah. Tapi, Allan tidak pernah mengira, kalau hatinya akan nyeri seperti sekarang karena Sabilla harus menemui Suryo. Pikiran Allan melayang, membayangkan apa yang akan di lakukan istrinya bersama lelaki gemuk yang pernah dilihatnya di televisi itu. Allan meraup wajahnya sendiri karena frustrasi.

Lelaki itu sampai di hotel, dia segera meminta bantuan pada karyawan hotel untuk membukakan pintu kamarnya dengan kartu cadangan. Allan menyeret kopernya masuk. Merebahkan dirinya ke ranjang dengan kaki di biarkan menjuntai. Hatinya masih belum rela.

"Ayolah Allan, kamu harus terbiasa dengan ini. Sejak Awal kamu sudah tahu akan berbagi. Sabilla sudah memberikan apa yang kamu mau. Tolong jangan kekanakan." Allan menggumam, mengingatkan dirinya sendiri.

Allan mencari cara agar dirinya bisa lebih tenang. Membenarkan letak tubuhnya, memeluk guling dan mendengarkan musik. Dia harus tidur sekarang, hanya dengan tidur, dia akan melupakan pemikirannya tentang Sabilla dan Suryo. Usahanya berhasil, perlahan Allan pun tertidur.

Di kamar 1010,Sabilla tengah memakai kembali pakaiannya sambil memandang Suryo yang tidur mendengkur setelah puas bercinta sepihak seperti biasanya. Lelaki itu tidak pernah sadar kalau selama ini dia tidak pernah memasuki tubuh Sabilla.

Biasanya wanita itu harus membayangkan orang lain yang tengah menggelutinya, agar dia juga bisa bersikap manja di hadapan Suryo, tapi kali ini, selama bersama Suryo, hanya wajah Allan yang membayang di matanya. Setelah merapikan diri di kamar mandi, Sabilla keluar dari kamar Suryo dan kembali ke kamarnya dan Allan.

Sabilla tersenyum saat melihat koper Allan sudah berada di dalam kamar. Ia segera mendekat ke ranjang dan mendapati pangeran tampannya tengah tidur pulas. Sabilla duduk perlahan di punggir ranjang lalu perlahan dia menghadiahkan kecupan di pipi lelaki itu. Setelahnya, Sabilla melucuti pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Dia mengguyur seluruh tubuhnya dengan Air hangat dari shower.

Dia tidak ingin ada bau tubuh Suryo yang tertinggal. Sabilla menggunakan banyak sabun dan sampo mahalnya untuk memastikan yang di hirup Allan adalah aroma wangi. Sabilla tahu, keadaan ini bukan hanya sulit untuknya, tapi juga Allan. Sayangnya, Sabilla tidak bisa berpisah dengan Suryo. Lelaki tambun itu telah berjasa banyak untuk dirinya dan keluarganya.

Wanita itu segera membalut tubuh sintalnya dengan handuk dan melangkah keluar dari kamar mandi, tapi dirinya di kejutkan oleh Allan yang berdiri tepat di depan pintu dan menatapnya dengan tatapan teduh.

"Al-allan. Kamu mengagetkanku. Sejak kapan di sini? Kapan kamu bangun?" Allan tidak segera menjawab, lelaki itu menarik lengan Sabilla dan membawa wanita itu ke dalam dekapannya.

"Sabilla, aku sangat merindukanmu." bisik Allan tanpa menghiraukan setiap pertanyaan yang di ajukan oleh istrinya.

"Aku juga, Sayang. Aku sangat merindukanmu." Sabilla mengeratkan dekapannya di tubuh Allan.

"Sabilla, jawab aku..., siapa yang paling kamu cintai, aku atau Suryo?" pertanyaan yang di ajukan Allan membuat Sabilla mendongak, memandangi wajah Allan yang kini juga menatapnya.

"Kamu cemburu?" Sabilla balik bertanya.

"Ayolah Sabilla, aku butuh jawabanmu." Allan memaksa, Sabilla kembali mengeratkan dekapannya.

"Satu-satunya lelaki yang aku cintai adalah kamu, Allan. Meskipun aku tidak bisa meninggalkan Suryo, itu bukan berarti aku mencintai dia. Ada alasan yang kamu akan ketahui nanti, kenapa aku harus tetap bertahan menjadi istrinya. Allan, jangan takut. Di hatiku hanya ada namamu." Sabilla mencoba meyakinkan Allan.

"Kamu serius?" rupanya Allan masih meragukan Sabilla. Wanita itu maklum, tidak akan mudah menjelaskan perasaan pada orang yang sedang cemburu. Tapi entah kenapa,hal ini justru membuat Sabilla senang.

"Biarkan aku ganti baju dulu. Setelah ini, aku akan menjelaskannya padamu." Mendengar itu, Allan tidak melepaskan Sabilla, justru menggendongnya menuju tempat tidur.

"Tidak ada yang mengizinkanmu berpakaian di sini, Nyonya Sabilla. Temani aku tidur." Allan menidurkan Sabilla di ranjang lalu melepas kaos dan celana panjang yang di kenakannya. Lelaki itu hanya memakai celana pendek berbahan kaos lalu menyusul naik ke tempat tidur.

"Kamu memang sangat manja, Allan." Sabilla merangkul kepala Allan, mendekapnya ke dada, lalu wanita itu mencium puncak kepalanya.

"Kamu yang mengajariku manja seperti ini, Billa. Aku minta maaf, karena bersikap kekanakan. Saat membaca pesanmu, aku langsung gelisah dan cemburu. Padahal kita sudah sepakat sejak awal." Allan bisa merasakan tangan Sabilla mengelus rambut kepalanya berulang dengan lembut.

"Itu bukan kekanakan, Allan Sayang. Itu artinya aku mulai mengisi hatimu dan aku senang mendengarnya. Sekarang tidurlah, aku akan menidurkanmu." Sabilla mengusap kepala dan pipi Allan. Lelaki yang lelah dan mengantuk itu dengan mudah memejamkan matanya. Sabilla tersenyum memandangi bayi besarnya yang terlelap, kemudian dia pun ikut terlelap.

Sementara itu. Di rumah Andra, dia mendapatkan telepon dari asisten pribadinya.

"Tuan, pihak Elang Corporation hari ini mendadak mengajukan kerjasama dengan perusahaan kita. Ini benar-benar keajaiban. Perusahaan sebesar itu mau bekerja sama dengan Wijaya Group yang sedang terpuruk." Pak Han mengabarkan berita gembira tapi Andra justru waspada. Dia sudah mengalami jatuh bangun dalam berbisnis, kali ini dia akan sangat berhati-hati.

"Pak Han harus periksa berkasnya dengan teliti, jangan ada satu pun poin yang menyulitkan pwrusahaan kita. Karena, bukankah aneh, mendadak Elang Corporation mengajak kita kerjasama dalam keadaan perusahaan kita seperti sekarang?" Andra menunjukkan sikap antisipasinya..

"Baik Tuan, nanti setelah berkas di kirim, saya akan memeriksanya dengan teliti. Itu saja yang ingin saya sampaikan. Perkembangannya akan saya laporkan segera."

"Baik Pak Han, terima kasih." Andra memutus sambungan telepon mereka.

"Ada apa, Mas?" Sila penasaran dengan hal apa yang membuat wajah suaminya tampak gelisah.

"Kamu tahu Elang Corporation, kan? Mendadak mereka mengajak Wijaya Group bekerjasama. Bulankah itu terdengar ganjil?"Sila tentu saja tahu Elang Corporation, perusahaan yang masuk ke lima besar tersukses di Indonesia.

"Jangan berpikiran buruk dulu, Mas. bisa saja memang mereka melihat potensi perusahaan kita. Asal berkasnya komplit dan tidak terdeteksi merugikan, kenapa kita tidak coba menerima tawarannya?"Sila memberikan masukan pada suaminya. Meskipun dia juga merasa ada yang ganjil dengan hal tersebut.

"Iya Sayang, terima kasih untuk masukannya." Andra meraih tangan Sila dan mengecup punggung tangan wanitanya itu.

Di hotel, Allan terbangun dari tidurnya karena mendadak tangan Sabilla menelusup masuk ke dalam celana pendeknya. Allan melihat Sabilla masih terlelap, hanya saja lilitan handuknya telah terlepas.

"Mengapa kamu selalu menggodaku, Cantik?" bisik Allan seraya menggigit kecil telinga Sabilla. Wanita itu hanya menggeliat, lalu tidur lagi dengan pulas.Allan tidak tega untuk mengganggunya, lelaki itu ikut tidur kembali.