Chereads / Nyonya Muda Kesayangan Allan / Chapter 13 - Sebuah kejutan

Chapter 13 - Sebuah kejutan

Sehabis makan malam di lobi hotel, Sabilla langsung mengajak Allan kembali ke kamar. Lelaki itu menuruti keinginan istrinya. Ada debaran di dadanya. Mungkin sebentar lagi, sebentar lagi dirinya akan menjadi milik Sabilla seutuhnya. Allan memantapkan hatinya. Dia sudah memilih jalan takdirnya dan sudah terlambat untuk mundur sekarang.

"Aku bersih-bersih dulu." kalimat itu yang pertama kali Sabilla ucapkan saat mereka sudah berada di dalam kamar. Allan mengiyakan, lalu memilih duduk di sofa memainkan ponselnya sambil menunggu Sabilla selesai.

Sabilla tiba-tiba saja duduk di pangkuan Allan. Penampilan wanita itu membuat Allan tertegun. Dia kembali menelan salivanya sendiri. Pandangan matanya tidak bisa berhenti mengamati tubuh Sabilla yang di balut baju tidur berbentuk kimono transparan yang membuat siapapun yang melihatnya dapat mengetahui bentuk dan warna pakaian dalam yang di kenakan oleh wanita itu.

Allan mematung saat Sabilla menyentuh pipinya. pandangan mereka bertemu. Allan merasakan aliran aneh di tubuhnya karena sentuhan itu. Badannya perlahan memanas. Entah kapan Sabilla melakukannya, Allan menyadari kancing kemejanya telah terlepas saat wanita itu menyentuh lembut dadanya. Allan tidak bisa menahan diri lagi, dia menarik perlahan kepala Sabilla dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir wanita itu.

Permainan bibir yang sama kembali di lakukannya seperti tadi siang saat mereka pertama kali menapakkan kaki di kamar itu. Kali ini lebih panas, Allan bahkan berani menggerakkan tangannya, menjelajah tubuh bagian belakang Sabilla. Wanita itu tidak mau kalah, tangannya juga berusaha memberikan stimulasi pada bagian tubuh Allan yang sensitif, seperti telinga bagian belakang, tengkuk dan juga dada dengan perlahan.

Allan mengakui kemahiran Sabilla dalam membuatnya bersemangat. Mungkin karena wanita itu sudah berpengalaman. Lelaki itu bahkan tidak bisa mengelak dari serangan-serangan manis yang di berikan oleh istrinya, melambung dan terbuai, itu yang Allan rasakan. Dia tidak peduli lagi, tentang malam pertama seperti apa yang dia inginkan, baginya, malam ini adalah malam yang terbaik dan Allan tidak akan pernah melupakan momen ini.

Sabilla memberi kode agar Allan menyudahi pergulatan bibir mereka. Wanita itu turun dati pangkuan Allan, menarik lelaki yang tengah menatapnya dengan penuh minat itu untuk berdiri dan membantunya melepas kemeja yang di kenakannya Lalu menariknya menuju ranjang.

Sabilla naik ke atas ranjang, sementara Allan justru kembali mematung. Menatap wanita yang bajunya setengah berantakan dan telentang pasrah.

"Apa kamu hanya akan menatapku? Kemarilah, Sayang. Malam ini dan seterusnya, aku milikmu." bimbing Sabilla lembut. Dia paham, ini pengalaman pertama bagi Allan dan lelaki itu pasti bingung harus berbuat apa.

Allan menurut tanpa protes, dia berjalan perlahan, duduk di samping Sabilla. Lelaki itu mengamati tubuh istrinya, dari kepala hingga kaki. Benar-benar mulus, batinnya. Perlahan Allan mengulurkan tangannya, dengan sedikit gemetar, lelaki itu menarik simpul tali kimono tidur Sabilla dan menyibakkannya ke samping kiri dan kanan. Allan kembali menelan ludahnya susah payah, wanita itu memakai setelan dalaman warna merah muda. Begitu pas dan cantik, Allan terpesona melihat tubuh setengah polos itu.

"Allan, naiklah. Jangan malu-malu, Sayang. Aku sudah menunggu. Ayo...," dengan sabar Sabilla mengintruksi Allan. Lelaki itu menurut dan naik ke atas ranjang. Berbaring di samping Sabilla. Allan memberanikan diri menyentuh dada wanita itu, ada efek lembut dan menyenangkan, membuat Allan ketagihan dan terus memainkannya.

"Apa ini juga pertama kalinya kamu menyentuh itu?" tanya Sabilla saat melihat Allan begitu kesenangan menyentuh asetnya.

"I-ya. Aku sudah bilang, sebelumnya aku tidak pernah macam-macam dengan wanita, meskipun dia kekasihku." Allan mengakuinya tanpa malu. Jawabannya membuat Sabilla senang. Meskipun Allan bukan satu-satunya lelaki yang pernah menyentuh aset pribadinya.

"Kalau kamu suka, kamu boleh memainkannya sesuka hati, Sayangku." Sabilla membuka kaitan bra-nya dan membiarkan Allan melihat dengan jelas keindahan aset kebanggaannya. Seperti terbius, tanpa komando Allan mendekatkan wajahnya dan mencicipi puncak dada Sabilla. Tubuh wanita itu melengkung, menikmati sensasi yang di terimanya.

Allan dapat menyadari, tangan Sabilla berusaha melepas kaitan ikat pinggangnya. Dalam sekejap, tubuh lelaki itu polos, Sabilla dengan cekatan menyingkirkan celananya dengan bantuan kakinya. Allan sedikit terkejut saat tiba-tiba wanita itu memegang aset paling pribadi miliknya bahkan mulai mengelusnya.

Desakan dalam dirinya, membuat Allan menghentikan aktivitas main-mainnya dengan tubuh bagian atas Sabilla. Lelaki itu mulai melirik satu-satunya kain yang masih menutupi tubuh wanita itu. Ada tali di sisi kanan dan kiri, sepertinya Sabilla sengaja agar dirinya tidak kesulitan. Allan tidak tahan lagi, dia segera menarik lepas kedua tali itu dan membukanya dengan hati-hati. Akhirnya dia melihatnya, untuk pertama kalinya, dan bagi Allan milik Sabilla terlihat sangat terawat.

"Billa, boleh aku...," Allan ragu mengatakannya. Dia takut terkesan buru-buru tapi, Allan tidak bisa menahan keinginannya lagi.

"Lakukan saja. Kamu berhak melakukan apapun padaku, Allan." mendengar jawaban Sabilla, lelaki itu segera mengambil posisi. Sabilla memberikan ruang untuk Allan dengan merenggangkan kedua kakinya.

"Lakukan perlahan." pesannya sebelum Allan memulai.

"Kamu seperti baru pertama melakukannya saja." kata Allan, tersenyum. Dia tidak bermaksud menyindir, tapi ekspresi Sabilla memang menunjukkan kekhawatiran. Dia terus menatap aset pribadi Allan.

"Memang, tapi milikmu sedikit lebih...," Sabilla tidak menyelesaikan kata-katanya, Allan paham, wanita itu pasti membandingkan asetnya dan milik suaminya yang lain. Tapi Allan senang, setidaknya dia menang dalam hal itu.

"Aku akan melakukannya perlahan. Katakan padaku kalau kamu merasa sakit." pesan Allan, sebelum akhirnya dia mulai melaksanakan tugasnya. Allan melihat Sabilla meringis seperti menahan sakit. Dia juga merasakan ada sesuatu yang menghalangi miliknya untuk memasuki tubuh wanita itu dan dia mencoba mendorong lebih kuat, berbarengan dengan itu, Sabilla berteriak memanggil namanya, kukunya yang sedikit panjang seakan menancap di kedua bahunya yang di cengkeram erat dan air mata wanita itu meleleh dari sudut matanya. Dia meminta Allan menghentikan pergerakan. Allan menyadari satu hal, Sabilla masih perawan, dan dia yang mengambil kegadisannya.

"Kamu masih..., bagaimana bisa?" Allan bertanya serius. Dia mengelap air mata Sabilla perlahan dengan ibu jarinya, sangat perlahan dan lembut.

"Suamiku selalu keluar sebelum masuk. Itulah mengapa sampai hari ini aku masih..., tapi sekarang sudah tidak, kamu sudah mengambilnya beberapa menit yang lalu." mendengar jawaban dari Sabilla, Allan tersenyum, dia mendapatkan apa yang di inginkannya, Sabilla mewujudkan impiannya.

"Terima kasih, Sayang. Kamu sudah memberiku kesempatan untuk mengambil milikmu yang berharga. Ini adalah kejutan terbaik yang aku dapatkan. Sekarang, aku sudah boleh...," Sabilla mengangguk, Allan melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda. Mereka menghabiskan hampir sepanjang malam melakukannya. Hingga akhirnya keduanya kelelahan dan tidur dengan saling mendekap satu sama lain.