Chereads / Matrix Trap : Odyssee / Chapter 6 - 05.00

Chapter 6 - 05.00

Not even basking the sunlight or taking deep breath could make things easier

-Holo-

Hari ini hujan, namun Ray tidak merasa sedingin itu ketika tempias hujan menyusup melalu jendela kamarnya. Malah ia masih mengenakan tangtop kebangaanya saat sedang memandangi laptopnya dengan takjub. Bagaimana tidak? Rhea baru saja membaca semua pesan yang ia kirimkan. Entah secara atau tidak itu cukup membuat Ray kegirangan hingga lupa rasanya kedinginan.

GeorgioRayIbrahim : Kamu nggak sibuk? Tumben banget baca pesan saya. Saya kira kamu sudah mati Re

Re was read

GeorgioRayIbrahim : Cuma dibaca?

Re was read

Ray menghela napas. Masih untung pesannya di balas sebab setelah setahun berlalu akhirnya gadis itu membaca pesannya.

GeorgioRayIbrahim : Ngomong sama kamu lama-lama lebih susah daripada ngajakin ngomong master limbad Re. Serius, kamu nggak kangen abang gitu?

Re was read

Ray paham mengapa gadis itu hanya mengabaikan dirinya. Namun bukankah ini terlalu keterlaluan? Setahun berlalu setahun pula ungkapan maaf Ray selalu lontarkan pada Re. Nyatanya Re terlalu batu, terlalu keras dan terlalu sulit untuk diluluhkan. Apalagi untuk ukuran kesalahan yang Ray dan ayahnya lakukan.

GeorgioRayIbrahim : Yaudah kalau kamu nggak mau bales, seenggaknya kamu udah baca pesan saya. Jujur saya tenang kamu masih hidup. Saya senang semoga kamu juga senang dengan apa yang kamu lakukan meski tanpa saya kamu harus tetap bahagia, kan. Hehe

Re was read

Tak banyak yang bisa pria itu harapkan dari seorang keras kepala semacam adiknya. Hal tersulit yang harus Ray lakukan adalah membuat gadis itu memaafkan dirinya dan si bangsat Dante. Jarak memang memisahkan mereka berdua, waktu pun tak menunggu mereka untuk mengerti satu sama lain terlebih ada bentang kebencian yang begitu terlihat jelas. Ray bisa saja menemukan gadis itu dalam hitungan detik namun naas ia tak meu membuat gadis itu makin membencinya. Semua sudah terlanjur salah di mata Re. apapun yang Ray lakukan hanya akan menjadi sampah di mata gadis itu. Ray paham, Ray diam dan berusaha untuk tidak kekanakan. Nyatanya diam bukan berarti tidak peduli, diam adalah bentuk tertinggi dalam menghargai.

Ray hampir menutup laman pesan kalau saja Re tidak tiba-tiba mengetik. Tak berselang lama sebuah pesan berdenting. Disusul pesan lain yang tak kalah membuat mata Ray membulat sempurna.

JustRe. : gue liat tanah bagus di daerah meikarta

GeorgioRayIbrahim : mau abang beliin ?

JustRe. : yang deket pantai

GeorgioRayIbrahim : Siap. Ukuran berapa ? 100 Ha?

JustRe : 2x1 cukup

GeorgioRayIbrahim : buat apa, kecil banget sayang

JustRe: buat makamin lo bangsat! Gedek gue!

Belum sempat Ray membalas akun milikya sudah kena blocked bocah itu. Hal itu membuat Ray mengulum senyum kecut. Tetap optimis setidaknya ada awal yang baik karena Re sudah membalas pesannya walaupun berujung di block. Ray optimis karena ia masih punya puluhan fake account untuk mengirim pesan pada Re. Fake account udak kayak jalan ninja, ibarat kata banyak jalan menuju Roma, tapi fake account tetap pemersatu bangsa.

Re mengulum senyum, ia menyipitkan matanya pada pesan teratas di layar ponsel. Ya, pesan milik Rehan. Beberapa hari yang lalu Ray memang menghubungi Rehan. Untuk sebuah alasan akhirnya mereka berdua akan bertemu kembali.

EdhzarRehantrulala : Bogor, 3 Agustus 2021, jam sembilan malem. I give you all that I know, sebaliknya lo juga harus begitu.

GeorgioRayIbrahim : ok

Ray menjatuhkan badan diatas kasurnya. Ia pandangi langit-langit kamar dengan tatapan yang begitu berat. Ponselnya masih erat tergenggam. Diluar sana hujan masih mengguyur Jakarta. Hujan dan Rehan, entah mengapa semuanya begitu familiar. Ray seperti Dejavu. Meski ayahnya sudah menerima hukuman seberat apa yang ia lakukan, tetap saja akar dari permasalahan ini belum selesai. Justru semakin membesar, bak sebuah racun yang menyebar dalam tubuh. Racun yang kian lama kian mematikan.

Mereka yang sudah terjebak hanya punya dua pilihan. Menyelesaikan atau diselesaikan. Menjadi korban atau dikorbankan. Semua yang ada akan selalu ada. Apa yang sudah dimulai harus di selesaikan. Ketika semua pion sudah terbunuh maka giliran sang raja yang akan terkena racunnya.

Ray menghela napas. Saya pikir ini semua salah saya batin. Tak lama setelah itu sebuah pesan masuk. Membuat Ray yang mengacak rambut menghentikan kegiatannya. Ia berpaling pada layar ponselnya. Tak berselera.

KhariskaraRenoir was read your message

Ray tersenyum pilu. Hatinya bergejolak, ada ngilu yang membentur dirinya. Tiba-tiba saja dingin begitu menusuk. Sepi melanda. Bayangan mimpi buruk yang selama ini Ray alami muncul secara saporadik. Belakangan ini sekitar setahun Ray bahkan rutin mengkonsumsi pil tidur. Tidur bagi Ray dalah hal yang mengerikan. Detik dimana matanya terpejam adalah detik-detik dimana ia akan selalu melihat dirinya menenggelamkan seorang gadis.

Setahun berlalu dan Ray masih dihantui rasa bersalah.

"Apa kamu masih mau baca pesan saya kalau kamu ingat saya yang membuat kamu hampir terbunuh? Jujur saya hanya pengecut. Perasaannya saya ke kamu itu cuma pecundang nggak tau diri. Saya nggak pantas buat kamu. Tapi kalo kamu kasih saya kesempatan lagi, saya akan berusaha menebus semuanya. Adaya yang lebih pantas menerima perasaan kamu tapi Cuma saya yang bertahan setelah sesakit ini. Saya luar biasa kan?"

*

"Terima kasih makan malamnya"

Ara mencoba untuk tetap menjatuhkan padangannya ke Lyra meski sebenarnya ia paling malas untuk memberikan tatapan seperti itu. Terlebih pada wanita yang jelas-jelas tidak ia suka. Tapi apa boleh buat rapat dewan direksi pemengang saham akan dilaksanakan esok hari.

"Anything for you, lain kali aku bakal belajar resep lain biar kamu hehe" Lyra tertawa puas namun masih elegan. Tanganya mengunci erat pergelangan tangan Ara. Padahal pria itu hendak pulang selepas makan malam.

"Lyra.." Ara membuang pandangannya. Rikuh ketika ingin meminta gadis itu melepaskan kaitan tanganya.

"Kenapa?"

"Emmm… saya harus pulang" ucap Ara begitu datar namun manjur untuk membuat seorang Lyra Nasution melepaskan kaitan tangan di lengannya. Gadis itu tak berhenti tersenyum.

"Oiya aku hampir aja lupa besok rapat saham yah? Kalo gitu kamu harus pulang cepet, kamu nggak boleh kecapeaan apalagi lesu." Lyra menggigit bibirnya tampak menggota namun cute disatu sisi lainnya, "Pulang Ra, as I told you aku bakal kasih saham aku ke kamu. Anything…"

Ara tak munafik karena ketika kata-kata itu terdengar itu lebih nikmat daripada masakan yang baru saja masuk ke perutnya. Bukan gila uang Cuma realistis saja, tanpa dukungan Lyra pun Ara dapat menaikan sahamnya. Hanya saja ia sudah terlalur basah kenapa tidak sekalian menceburkan diri? Gosip yang beredar mengapa tidak sekalian Ara manfaatkan untuk mendapatkan saham buta. Ya, saham buta karena cinta.

Ara tak mau banyak bicara. Sampai hari esok tiba semua hubungan memuakan ini harus berakhir.

"Saya pulang dulu."

Suara itu mengakhiri pertemuan mereka berdua. Membawa Ara dan mobilnya membelah jalanan kota Jakarta di malam hari. Entah dulu atau sekarang Jakarta akan selalu jadi kota yang sama bagi Ara. Jakarta adalah kota pelarian.

*

Hampir pukul dua belas malam ketika Ara memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Seperti biasa rumah akan sesepi kuburan pas malam jumat kliwon. Hanya ada lampu-lampu temaram yang menyinari halaman rumah sisanya jangkrik yang bersiul mengejek kesepian.

Hal pertama yang Ara temukan ketika memasiku rumah adalah tas besar yang terkapar di depan sofa ruang keluarga. Tas milik Rehan. Besar kemungkinan pria itu akan travelling lagi. Pergi melalang buana entah kemana. Padahal ada banyak hal yang Ara ingin tanyakan namun pria itu akan pergi kembali.

Ara menghela napas. Ia pandangi tas itu dengan tatapan kosong. Ia beranjak menuju kamar, saat melewati kamar milik Rehan ia bisa melihat pemiliknya sudah pulas tertidur. Dengkurannya keras terdengar sampai luar. Di sisi tubuhnya ada botol minuman keras yang sudah tandas.

Huftt.

Ditiupnya lilin yang masih menyala itu. Bisa ditebak Rehan tak sengaja tertidur saat sedang bedoa.

"Good night bang"

Ara meninggalkan Rehan dengan suara keritan pintu. Dengan berat hati ia melangkah menuju kamar. Segera mengistirahatkan diri. Melonggarkan dasi yang mencekik lehernya, melempar tas dan ponsel secara serampangan. Kemudian air hangat menngambil alih seluruh malam hari ini.

Ting.

Tepat setelah Ara memakai pakaian ia meraih ponselnya. Sambil mengeringkan rambut ia mengecek seluruh notifikasi yang masuk. Taka da yang menarik sampai matanya jatuh pada lama instagram bagian direct message.

Gila, bagaimana bisa Khariskara Renoir menulis pesan untuk dirinya? Mata Ara membulat sempurna. Diletakkannya handuk secara sembarangan. Ia mulai fokus memandangi ponsel, berulang kali mengecek dan berulang kali ia diyakinkan kalau pesan itu memang berasal dari Kar.

Ini nggak mimpi kan?

Ara menelan ludah. Mustahil jika gasi itu tidak mengenalnya, mustahil jika gadis itu tidak akan menemukannya mengingat semua portal berita Nasional memampangkan namanya di jajaran pengusaha muda yang sukses. Lagi-lagi Ara menelan ludah. Meberanikan diri ia membalas pesan itu.

Cakraluskawijaya: adghfkgdjal

Khariskara Renoir : ???

Cakraluskawijaya: maaf kepencet Kar

Ara tak berharap lebih karena sudah terlalu malam. Lagipula ia sudah cukup lega ketika tau gadis itu masih mengingatknya. Dan juga lega karena ia menggunakan second account nya karena account utamanya ia gunakan hanya untuk bisnis semata.

Khariskara Renoir : Jinjja? emang lo kenal gue?

Cakraluskawijaya: ??

Khariskara Renoir : eh serius ya yorobun, emang gue kenal lo?

Cakraluskawijaya: Kenal

Khariskara Renoir : eh, brarti lo temen gue dong, akhirnya ada yang ngaku jadi temen gue T.T Maap ya kalo gue nggak inget soalnya gue sedikit manesia hehe

Cakraluskawijaya: Amnesia kar

Kharikara Renoir : ups itu deh pokoknya. Hehe ngemeng-ngemeng lo kan anak kelautan IPB kok bisa kenal gue? Semarang Bogor kan nggak sedeket itu.

Cakraluskawijaya: deket kalo dipeta

Khariskara Renoir: idih. Nama lo cakra luska wijaya yah? Mirip sama yang ada di berita-berita Indo. Sodaranya ya? Hehe

Sejenak Ara berpikir. Ada yang aneh dengan Kar. Lebih aneh legi dengan obrolan mereka. Setahun setelah kejadian itu kenapa gadis ini tidak sama sekali terlihat terluka bahkan saat berhubungan dengan dirinya.

Ara menyernyit.

Cakraluskawijaya: berita apaan emang?

Khariskara Renoir:

"Lyra Nasution bikin patah hati penggemar pengusaha muda Cakra Luksa Wijaya"

"Super! 2021 pernikahan antara Wijaya's Grup dan Nasution Grup akan menggemparkan dunia bisnis Indonesia"

��10 potret pengusaha muda Cakra Luksa Wijaya, ini alasan ngebet nikah!!"

Khariskara Renoir : itu masa lo nggak tau sih. Gue yang di Jerman aja tau masa lo yang di Indo kaga tau sih! Apa karena nama kalian samaan terus beda kasta jadi lo ga mau mengakuinya ha? Eh santai aja gue juga sobat miskin kok muhehe

Lagi-lagi Ara menyernyit. Malam sudah menyentuh pagi, dan Ara mulai menyadari ada yang Aneh dengan Kar. Gadis itu terlalu terbuka dan terlalu santai tidak seperti Kar

Cakraluskawijaya : serius nggak tau. Kamu Khariskara Renoir, kan adiknya bang Nuha ?

Khariskara Renoir : Eh yorobun kenal abang juga? Wah daebak!! Kita temen deket dong hehe

Ara menyernyit. Adakah yang merasa aneh dengan percakapan ini?

Cakraluskawijaya: maybe. Emm kamu beneran kenal saya?

Khariskara Renoir : Jujur enggak, tapi lo chat gue gimana? Eh kok mendadak pake saya kamu? Lo nggak sedeket itu sama gue hah?

Cakraluskawijaya: Seharusnya

Khariskara Renoir : Hah? Serius? Dulu gue pernah ngapain lo sampe lo segitunya sama gue. Kalo ada salah gue mo minta maap sekarang pokonya nggak usah nunggu lebaran ya….

Gue yang seharusnya minta maaf ke lo Kar. Gue yang salah tapi kenapa lo sesantai itu memaafkan gue? Apa ini cara lo buat membalas gue, dengan cara pura-pura nggak terjadi apa-apa?

Ara belum menjawab masih hening dalam kubikelnya.

Khariskara Renoir: kok diem?

Khariskara Renoir : oiya kan kita nggak lagi telponan pantes dari tadi diem-dieman hehe

Khariskara Renoir: Ra…

Ara membasahi bibirnya. Panggilan itu entah mengapa membuatnya lemah. Rasa lelah yang ia rasakan tidak terasa lagi. Ia masih pandangi ponselnya.

Khariskara Renoir: I told you before, I have amnesia syndrom. Gue mungkin lupa banyak hal tentang memori masa lalu gue, jadi maaf banget kalo lo menjadi salah satu bagian yang gue lupakan. Gue janji akan berusaha keras untuk mengingat itu semua, sebisa gue. Jadi maafin gue kalo gue punya banyak salah sama lo dimasa lalu. Bisa kan kita mulai dari nol lagi?

Khariskara Renoir : Ra…

Ara terkunci pada fantasinya. Pada bayang ketika senyum Kar muncul namun runtuh ditimpa oleh bayang pemakaman Lilis. Ada anomaly pada diri Ara. Miris.

Cakraluskawijaya: Kenapa kamu panggil saya seperti itu? Kita tidak saling kenal

Khariskara Renoir : Cause its sound cute. Ra is Ara, dibanding Luksa, Cakra, atau Wijaya gue lebih suka ini hehehe

Cakraluskawijaya was read

Khariskara Renoir : gimana?

Cakraluskawijaya was read

Khariskara Renoir : L

Khariskara Renoir : Lo kenal gue kan?