Chereads / Matrix Trap : Odyssee / Chapter 11 - 10.00

Chapter 11 - 10.00

Karena bertemu denganmu adalah hadiah terindah bagiku

Karena bertemu denganmu, hidup adalah hadiah bagiku

*

Jerman, 2021.

"Klien minta kita datang lebih cepat dari jadwal yang di tentukan. Gue udah booking penerbangan, tiga puluh menit lagi kita harus berangkat. Sorry, gue tau lo benci hal ini but we have no choice. Jadwal diajukan dan ngelepasin projek ini sama aja kita bunuh diri. Jadi gue tolong Ra…"

"Oke."

"Sip gue siapin mobil dulu. Sepuluh menit gue tunggu di bawah. See you…"

Blak.

Pintu terjeblak keras sama sekali tidak membuat gue ingin bersuara lebih. Kepala gue serasa sedang dihantam dengan palu terberat yang pernah ada di dunia. Semua isinya jelas kacau. Gue nggak tau harus memilih yang mana, antara bertemu dengan Kar dan mejelaskan segala dan pekerjaan yang begitu sialan. Namun lagi-lagi gue sepertinya harus memilih pekerjaan sialan itu. Karena pada akhirnya sejauh apapun persiapan yang gue lakukan untuk menemui Kar, semuanya hanya akan sia-sia. Gue tetap salah karena meninggalkan dia dalam kertepurukan. Gue tetap salah karena pernah ada dalam hidupnya. Perasaan gue akan selalu salah, karena pada akhirnya dia pantas dapat menemukan yang membuatnya lebih bahagia.

Tapi... kalau boleh jujur gue masih terlalu egois melepaskannya. Sejak hari itu saat hujan membuat dirinya jatuh dalam pelukan bang Ray, tak sedetikpun gue bisa menyelesaikan tugas untuk merelakan Kar. Apapun yang gue lakukan dalam hari-hari setelah perpisahan dengan gadis itu, semuanya sia-sia.

Mungkin gue yang terlalu payah. Atas nama keluarga yang nggak jelas gue rela menukar gadis yang gue suka dengan kartu kematian bagi dirinya. Gue nggak benci bang Ray, gue nggak benci Re, gue juga nggak benci abang gue sendiri, Cuma sebagai manusia gue seperti punya titik dimana gue nggak percaya sama siapapun termasuk diri gure sendiri. Daripada benci mereka gue lebih benci diri gue sendiri.

Gue sering berandai kalau malam itu gue nggak buat di jatuh dalah patah hati mungkin saat ini gue bisa liat senyumnya lebih lama. Gue juga sering berandai kalau saja gue nggak hadir di hidup dia mungkin dia bakal lebih bahagia dari sekarang. Haha..gue emang payah, untuk bilang gue ada di sekitarnya aja gue nggak sanggup. Tapi gue sadar sih, di dunia ini nggak ada yang namanya sia-sia. Kar amnesia, mungkin itu adalah cara tuhan untuk menghapus gue dari hidup dia. Satu yang nggk gue terima dari cara Tuhan menghukum gue, selain mengambil ingatan kenapa juga Dia ambil kesehatan gadis itu?

Gila.

Gue berdosa, gue udah nglanggar privasi orang lain. Gue cari tau semua informasi tentang Kar tanpa sepengetahuan keluarganya. Gue kira Kar akan baik-baik saja dengan amnesia tapi semua anggapan gue sirna ketika kemarin secara nggak sengaja gue menemukan dia di rumah sakit. Dia jauh dari kata baik-baik sehat. Tubuhnya kurus dan pucat.

Sore itu mungkin dingin namun bagi gue hal yang paling menyiksa bukan dinginnya Berlin sore itu. Tapi kehadiran Kar yang bahkan tidak mengingat orang yang sedang memandanginya penuh cinta. Gue tau gue egois, tapi senyum dia adalah keserakahan yang ingin gue miliki selamanya.

Gue nggak tau hari ini harus bersyukur atau nggak. Bersyukur karena gue gagal memenuhi keegoisan gue dan nggak bersyukur karena Kar pasti akan sangat kecewa dengan gue. Lagi, gue Cuma mau bilag gue adalah pria yang payah. Jika ada kontes manusia paling tidak ingin memperjuangkan harapannya dalam hidup, mungkin gue adalah pemenangnya. Gue emang pengecut., satu jam lalu gue berjanji akan menemui gadis itu namun detik ini gue nggak bisa berkata apa-apa. Sekedar bilang semuanya batal kayaknya Cuma bakal hal yang menyakitkan bagi kit berdua.

Lis abang lo payah…

Ting!

Khariskara Renoir send a photo

Khariskara Renoir : ini lo kan? Haha gue nemu di drive hape. Kira-kira ini jaman apa ya? Keliatan ada maba yang lagi ospek. Duh bau-bau kakak tingkat idaman nih hehe

Gue bersumpah mengutuk semesta. Pesan ini menambah kepala gue ingin meledak. Gue tau gue harus pergi, tapi kenapa gadis ini seakan punya kemampuan menahan yang lebih kuat?

Cakraluskawijaya: iyya kah? Kayaknya udah lama banget

Menelan ludah, gue terduduk di atas kasur. Gue pandangi langit-langit sampil terpejam. Frustasi.

Khariskara Renoir : galaknya cukup sama adek maba, sama gue jangan hehe

Khariskara Renoir : Jadi kan ketemu? Gue udah di jalan mau ke rumah sakit nanti kita ketemuan di kantin aja ya :P gue yang tlaktir

Meski Cuma pesan, membaca semua itu membuat hati gue tersayat begitu menyakitkan. Gue mencoba jujur, gue mengetikkkannya, gue mencoba memberi tahunya kalau hari ini gagal. Namun lagi-lagi gue Cuma jadi pecundang.

Cakraluksawijaya : Iya Kar : )

Khariskara Renoir : Makasih Ra : P

Khariskara Renoir send a photo

Khariskara Renoir : Saking semangatnya, di mobil gue udah bikin daftar pertanyaan buat gue tanyain ke lo hehe

Cakraluskawijaya was read

Gue menengguk ludah, menengguk semua caci maki pada diri gue. Tenggorokan gue seperti di cekik oleh kenyataan. Apapun yang gadis itu lakukan semuanya seperti perlahan menyayatnya.

Daftar pertanyaan? Gila, itu artinya ttu artinya dia sama sekali tak mengingat gue.

Ada satu pertanyaan yang membuat gue tersenyum miris ketika membacanya. Pertanyaan itu adalah..

"Kalau lo orang yang pernah ninggalin gue di masa lalu. Gue mau tanya, kenapa lo ninggalin gue? Bisa lo jelasin?"

*

Satu hal yang paling gue percaya dalam hidup gue adalah kenangan. Entah itu baik atau buruk gue slalu percaya bahwa kenangan ada untuk di jadikan sebagai pelajaran berharga. Anggap saja kenangan adalah hadiah yang Tuhan berikan untuk manusia. Sayangnya ada beberapa kasus yang membuat manusia haru kehilangan kenangannya. Salah satu kasus itu terjadi pada gue.

Gue di diagnosis mengalami amnesia setelah koma panjang. Orang tua gue dan abang gue menolak menceritakan detail kecelakaan yang membuat gue mengalami koma panjang. Katanya gue koma selama satu tahun. Satu tahun yang panjang dimana gue harus merelakan tubuh gue kehilangan kekuatan untuk merekam kenangan. Namun jauh daripada itu hal yang paling gue sesali adalah gue menyadari kalau gue banyak merupakan kenangan di masa lalu.

Gue benci dilupakan dan lebih benci lagi melupakan orang-orang yang pernah datang di kehidupan gue. Ingatan gue terhenti dihari dimana gue memutuskan untuk pergi ke rumah Re. Awalnya gue percaya bahwa semuanya berhenti di detik itu namun saat gue terbaring koma selalu ada yang membisikan gue bahwa cerita yang sebenarnya tak hanya berhenti disitu. Ada banyak orang, ada banyak kenangan, dan ada banyak hal yang terjadi sebelum gue terbaring koma. Semua yang panjang yang harus segera gue selesaikan.

Gadis dalam mimpi yang gue temui selama terbaring koma, selalu membisikan terimakasih dan maaf. Terimakasih telah mengantarkanya pulang dan bahagia serta maaf karena gue harus menyelesikan apa yang harus di selesaikan. Gue nggak tau, gue bingung, bisikan itu terlampau sering hingga gue kira gue gila. Hampir gue melapor pada bunda namun lagi-lagi gue harus sadar diri gue nggak bisa menambah beban mereka hanya karena bisikan ini. Jadi gue putuskan untuk menuliskan semuanya di sebuah buku.

Terlepas dari semua bisikan gadis di mimpi itu, dalam hati gue ada selalu hadir keinginan untuk menemukan siapa gue di masa lalu. Mungkin gue terlalu banyak menyakiti orang lain, mungkin gue terlalu banyak membenci orang lain sehingga Tuhan menghukum gue untuk melupakan mereka semua. Orang-orang yang gue hancurkan di masa lalu mungkin berdoa agar gue dihapuskan dari ingatan mereka dan sebagai bentuk nyata perlakuan Tuhan, Dia menghapus ingatan gue agar manusia seperti gue hidup tanpa sejarah dalam hidupnya.

Tuhan memang adil, namun manusia seperti gue banyak tidak mengerti dan banyak tidak menerima. Gue manusia yang nggak bisa melawan kehendak Tuhan, namun dalam rayuan doa gue selalu berharap Tuhan mendengar bahwa umatNya yang kecil tak ingin membalas dendam, dia hanya ingin meminta maaf dan mendapatkan ingatannya.

Kalau gue salah itu tandanya gue harus meminta maaf. Kalau gue dibenci tandanya gue harus membuktikan bahwa gue mencintai mereka setulus hati. Gue tetap manusia dengan segala keegoisannya, namun dalam rengkuhan doa dan rayuan terhadap Tuhan, gue selalu berharap ada sedikit ingatan yang datang. Gue terus berusaha untuk menemukan kenangan yang hilang, gue terus berusaha mencari sejarah dalam hidup gue, dan pada akhirnya gue sadar kalau ini bukan kehendak Tuhan.

Seberapa keras gue melawan kehendakNya, gue hanya akan dapat kecewa.

"Non Kara pulang yuk udah malem. Ibu sama Bapak udah nanyain"

Suara mang Oleh membuyarkan lamunan gue. Hari rupanya sudahberganti gelap. Sore talah habis menjadi malam hari. Entah berapa lama gue menunggu pria itu sore ini namun pria itu tak kunjung datang.

"Non?"

"Hmmm" gue mengehela napas, "Mang siapin mobilnya, aku mau ke toilet bentar." Gue menarik simpul senyum palsu.

"Sip"

Kepergian mang Oleh menyisakan suara helaan napas berat. Gue nggak tau kenapa gue bisa sekecewa ini hanya karena pria itu tidak menehuhi janjinya. Mungkin karena gue menaruh harapan yang terlalu tinggi. Seseorang yang gue anggap bisa memberi secercah cahaya untuk membawa pulang ingatan gue pada akhirnya mengingkari janjinya.

Dia nggak dateng, mungkin dia malu sama gue. Wajar sih gue cacat ingatan, fungsi tubuh gue belum normal dan lagi mungkin gue Cuma beban di masa lalu kita. Jadi wajar dia bakal pergi seenaknya.

"Huhhh"

Gue menghela napas, merobek daftar pertanyaan yang telah gue tulis di sela-sela kemacetan Berlin sore ini. Menggigit bibir gue Cuma bisa mengetikan apa yang ada di kepala gue saat ini. Tak perlu waktu lama karena selanjutnya pesan itu terkirim pada yang seharusnya menerima.

Khariskara Renoir : Lo malu punya temen kayak gue?

Khariskara Renoir : Apa kenal sama gue adalah kesalahan buat lo?

Khariskara Renoir : Maaf karena kecacatan gue udah melukai harga diri lo : )

Khariskara Renoir : : )