Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 26 - Chapter 26

Chapter 26 - Chapter 26

Mata panah tajam di tangan Raizel pun tiba-tiba melayang.

Beberapa saat kemudian benda itu berpindah ke tangan Irin dan langsung mengurai menjadi debu saat bersentuhan dengan kulitnya.

Raizel lalu melihat besi-besi yang baru saja dia lepaskan dari tubuh Irin.

"Apa ini terbuat dari logam khusus? Mengapa besi ini tak mengurai sedangkan mata panah itu mengurai dengan mudahnya?"

"Benar."

(Sang guru raksasa. Pasti dialah yang bisa melakukan semua ini!)

Pria tampan itupun berusaha bangun. Walaupun dengan sudah payah, akhirnya dia berhasil menopang berat tubuhnya dengan tenaga yang masih tersisa.

Hanya satu yang dia pikirkan sekarang, Danthe.

Pastilah raksasa itu tahu bagaimana cara agar tetap aman walaupun telah bersentuhan dengan gadis cantik pemilik hatinya saat ini.

"Kau mau kemana?"

"Mencari Guru Danthe."

"Untuk apa? Kau masih harus beristirahat!"

Savian tetap melangkah keluar walaupun Irin sudah menahannya.

Deretan pagar dari tanah yang dibuat oleh Irin untuk membatasi pergerakan Raizel pun hancur saat pria itu meninjunya.

Sebuah kekuatan yang luar biasa dari pria yang tenaganya bahkan masih belum pulih.

(Sebenarnya seberapa kuat pria gila ini?!)

"Kau ingin mati?"

Sebuah pedang tajam lah yang menyambut Raizel ketika dia berada di luar.

Terlihat Voren menghadangnya di depan pintu. Di sampingnya juga ada seorang wanita yang berusia sekitar lima puluh tahun.

"Anak muda, kembalilah ke dalam. Aku akan mengobati lukamu."

Raizel mengabaikan ucapan wanita itu dan kembali melangkah.

Sekejap kemudian Voren melilit tubuh Raizel dengan akar pohon. Dia terpaksa melakukan itu karena Raizel terus memberontak.

Sebenarnya Irin tak tega melihatnya, namun bagaimana lagi.

Jika Raizel tak dihentikan, dia tak akan kunjung pulih. Ditambah lagi darah kembali merembes dari balik perban yang melilit lehernya.

Sang wanita paruh baya di samping Voren lantas meniupkan sesuatu dari genggaman tangannya dan beberapa detik setelahnya Raizel pun tertidur.

**

Irin berjalan sambil memikirkan hal yang baru saja Raizel ucapkan.

Sebuah kata cinta dari pria itu membuat Irin senang dan sedih di saat yang bersamaan.

Srak!

"Kenapa kau terus mengikuti ku?"

Voren tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Irin.

Dia hanya memandang gadis itu dan tetap menjaga jarak beberapa langkah di belakang Irin yang berjalan terseok-seok.

"Cckk.."

Irin pun mendengus kesal. Dia tetap melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kediaman Henry yang berada cukup jauh dari tempatnya sekarang.

Hup!

Tiba-tiba tubuhnya melayang di udara. Terlihat Voren menggendong Irin begitu saja yang membuat gadis itu terkejut.

"Apa yang kau..!"

"Kakimu akan semakin parah jika kau terus memaksanya berjalan."

"Lepaskan aku!"

"Tidak."

"Astaga.. Apakah semua pria yang ada di sekelilingku memang keras kepala?! Lepaskan aku sebelum semuanya terlambat!"

Voren pun berhenti. Kini matanya dan mata Irin bertemu.

(Sungguh indah mata biru ini..)

"Kenapa kau malah memandangku seperti itu?!"

Sebuah pukulan kecil di dada Voren pun membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Lihat."

Irin memainkan bola mata indahnya untuk melihat sekeliling.

Sejauh mata memandang, tak ada hal menarik yang dia lihat selain bukit dan rerumputan yang terhampar hijau di sekitarnya.

Voren pun menahan tawa melihat tingkah Irin yang dia anggap menggemaskan. Dia cepat-cepat memasang wajah datar saat Irin kembali menatapnya.

"Apa yang perlu ku lihat?'

"Aku."

"Hah?"

"Lihat tubuhku. Tak ada sesuatu yang terjadi, bukan? Padahal aku sudah menggendong mu cukup lama."

Irin baru menyadari bahwa tubuh Voren tak menunjukkan gejala apapun saat bersentuhan dengannya.

"Apa ini?" tanya Voren ketika Irin tiba-tiba menyentuh pipinya dengan lembut.

Kelembutan itu perlahan membuat wajah Voren memerah tanpa dia sadari.