"Uhuk! Uhuk!"
Tiba-tiba saja Raizel terbatuk-batuk. Batuk itu tak kunjung berhenti hingga mengeluarkan darah dari bibirnya.
Raizel lalu melihat sekeliling untuk memastikan bahwa dia telah berada cukup jauh dari para prajurit Qhun.
Tak hanya itu, Raizel juga merasakan bahwa sekujur tubuhnya menjadi panas dan dia merasa terbakar dari dalam.
Leher Raizel pun kembali terasa sakit padahal sebelumnya dia tak merasakan apapun.
Brugh!
Raizel tiba-tiba roboh di atas tanah. Rasa sakit itu lalu perlahan mengambil kesadarannya dan sesaat kemudian pandangannya menjadi gelap.
**
Aroma tanaman herbal yang khas membuat Raizel membuka matanya secara perlahan.
Dia pun menyadari bahwa di sampinya ada seseorang yang sedang menangis.
"Ibu.."
"Raizel?! Kau sudah siuman?! Ba-bagaimana?! Yang mana yang terasa sakit?! Leher?! Dada?! Perut?! Katakan saja nak!"
Raizel hanya tersenyum simpul mendengar rentetan pertanyaan dari wanita yang telah melahirkannya itu.
Dia pun perlahan mengangkat tangannya dan menghapus air mata di pipi ibunya.
"Jangan menangis, bu."
Mina langsung menggenggam tangan Raizel.
Genggaman itu terasa begitu kuat. Namun pria tampan tersebut bisa merasakan kekuatiran sang ibu yang begitu besar terhadapnya.
"Maafkan aku, bu."
"Hiks.. Jangan menggunakan kekuatan tersembunyimu lagi, Raizel.. Jangan pernah menjelma menjadi hydra, cerberus, kraken, atau apapun itu yang berhubungan dengan mitologi. Ibu tak mau kehilanganmu, nak. Hiks.."
Bukannya reda, tangisan Mina malah semakin menjadi.
Diciumnya kening sang putra semata wayangnya itu berkali-kali hingga Raizel bisa merasakan hangatnya butiran-butiran air mata sang ibu yang menetes di pipinya.
"Mengapa kau memakai kekuatan itu, Raizel? Ibu sudah bilang itu akan membahayakan nyawamu. Ibu tak mau kehilangan dirimu nak.."
"Jika aku tak menggunakannya, maka aku juga akan kehilangan seseorang."
Mendengar hal tersebut, Mina pun berusaha menghentikan tangisannya.
"Kehilangan seseorang? Siapa?"
Raizel tak langsung menjawab pertanyaan itu.
Dia pun berusaha untuk duduk dengan dibantu oleh Mina sembari menahan dadanya yang masih terasa panas.
"Seseorang yang berarti bagiku selain ibu."
Mendengar hal tersebut, Mina menebak bahwa Raizel pasti sedang membicarakan tentang seorang gadis.
"Apa dia cantik?"
"Sangat cantik."
"Qhun?"
Raizel pun terdiam. Hal tersebut membuat Mina yakin bahwa gadis yang dimaksud oleh Raizel bukanlah Qhun.
"Ah.. Mengapa kau mengikuti jejak ibu dengan jatuh cinta pada gadis dari bangsa lain, Raizel? Apa gadis-gadis Qhun tidak ada yang menarik perhatianmu?"
Pria tampan itu tersenyum.
Dari perubahan ekspresi sang putra yang kini pipinya tengah merona, Mina bisa menebak bahwa Raizel benar-benar sedang jatuh cinta.
"Dia pasti gadis yang istimewa hingga bisa membuatmu membuka segel kekuatan yang telah ibu berikan. Baiklah Raizel, kalau begitu katakan pada ibu dari bangsa mana dia berasal?"
"Dia.."
Mina menunggu kalimat selanjutnya dari Raizel yang sepertinya masih ditahan oleh sang putra.
Insting Mina sebagai seorang ibu pun segera mengambil alih.
Walaupun ingin sekali membantah instingnya, namun Mina merasakan bahwa gadis yang dimaksud oleh Raizel bukanlah gadis biasa dan itu membuatkan semakin kuatir.
"Mengapa kau malah diam? Dari bangsa mana gadis itu, Raizel? Kalau bukan Qhun itu artinya dia adalah Orion, Noora, atau Zhair. Mengapa sulit sekali bagimu untuk mengatakan asal dari bangsanya? Atau jangan-jangan dia.."
"Campuran."
Deg!
Mata Mina seketika terbelalak. Keringat dingin pun mengucur deras dari sekujur tubuhnya saat medengar satu kata yang diucapkan oleh Raizel.
Saking terkejutnya Mina, dia bahkan hampir menjatuhkan ramuan obat yang tengah dipegangnya.
"Cam..pu..ran?"