Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 29 - Chapter 29

Chapter 29 - Chapter 29

"I-itu.. itu.."

Irin pun memicingkan mata saat menatap sang guru.

Tatapan itu bahkan lebih menjurus ke arah intimidasi bagi Danthe sehingga membuat ucapan yang keluar dari bibirnya menjadi terbata-bata.

"Itu kenapa?"

"Itu ada kucing!"

"Hah?"

Irin sontak menoleh ke arah yang ditunjuk oleh guru raksasanya.

Namun tentu saja binatang berbulu itu tak dia temukan karena sejurus kemudian Irin merasakan hempasan angin kencang menerpa tubuhnya ketika Danthe melesat pergi begitu saja.

"Hah.. Mengapa aku masih tertipu dengan trik itu?! Menyebalkan.."

Irin lalu duduk bersila di atas tanah. Pikirannya mulai menjelajah jauh.

Dia masih meragukan penjelasan Danthe. Namun sejauh yang dia tahu sang guru selama ini tak pernah sekalipun berkata dusta mengenai apapun.

"Jadi.. Agar mereka tak terluka saat menyentuhku, mereka harus memiliki badan sekeras guru? Tapi bagaimana dengan Voren? Bukankah tubuhnya terlihat biasa saja?"

Irin pun menghela napas. Dia tak mengerti bagaimana memecahkan teka-teki itu.

Apalagi sang guru malah pergi begitu saja dengan menyisakan pertanyaan yang belum terjawab.

Pikiran gadis cantik itupun secara tiba-tiba beralih ke kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Hal tersebut tentu semakin memperburuk suasana hati Irin.

Walaupun Henry sudah berulang kali mengatakan bahwa kedua orang tua Irin meninggal saat perang, namun sebagai gadis yang sudah dewasa tentunya Irin tahu bahwa dialah penyebab dari hilangnya nyawa mereka berdua.

Jika ingin jujur, gadis itu sebenarnya juga sulit menerima kekuatan yang bisa menghancurkan apapun yang dia sentuh.

Tapi bagaimana lagi. Sampai saat ini baik Danthe maupun dirinya masih mencari tahu cara mengendalikan kekuatan itu.

Irin lalu meringkuk memeluk kedua lututnya. Sungguh berat menjalani semua ini sendirian.

Seakan tahu dengan apa yang dirasakan oleh Irin, Moe membentuk siluet tangan lalu memeluk gadis itu.

Irin pun mengangkat kepalanya. Dia menahan rasa haru atas perlakuan manis dari Moe.

"Maafkan aku.. Aku lupa bahwa kau selalu bersamaku."

Moe lalu mengirimkan perasaan yang ditanamkan oleh sang ayah tercinta, Arthur.

Tak ada satupun yang terlewat. Moe merekam semua yang ingin Arthur ucapkan kepada Irin sebelum dia meninggal.

"Kehadiranmu adalah kebahagiaan terbesar bagi kami. Kami tidak pernah menyesal memiliki dirimu, sayang. Ingatlah satu hal bahwa siapa dan bagaimanapun dirimu, kau adalah putri dari Arthur dan Cecil. Kami sangat menyayangimu, Irin ku yang cantik.."

"Hiks.."

Gadis cantik itu sudah tak sanggup menahan air mata yang sedari tadi ingin menetes dari matanya yang indah.

Hanya di saat sendirian seperti inilah dia bisa dengan bebas meluapkan kesedihan sekaligus kebahagiaan atas ucapan sang ayah yang telah tiada.

Sing..

Pada akhirnya Danthe yang sebenarnya tidak benar-benar pergi meninggalkan Irin pun tak kuasa untuk tetap menyembunyikan dirinya setelah mendengar sang murid terhisak.

Raksasa itu lalu memandang Irin dari balik pepohonan.

Hatinya pun turut merasakan kesedihan yang mendalam. Tangisan Irin adalah kelemahan dari sang raksasa perkasa yang kini mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Demi dewa aku bersumpah! Bagaimanapun caranya, akan ku buat gadis mungil itu bisa menyentuh apapun yang dia inginkan tanpa melukai dirinya maupun orang lain lagi!"

Setelah memandang kembali muridnya, Danthe pun berubah menjadi cahaya terang dan menghilang menuju angkasa.

**

Baik Voren maupun Raizel secara spontan memandang Henry yang entah sudah berapa kali mondar mandir di depan mereka.

Hati Henry begitu resah memikirkan Irin yang belum kembali hingga saat ini.

"Kenapa dia belum kembali juga?!"

"Hah.. Bukankah kau sendiri yang mengatakan untuk jangan mengkuatirkan Irin, tuan? Tapi mengapa justru kaulah yang paling gelisah diantara kita bertiga?"