Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 30 - Chapter 30

Chapter 30 - Chapter 30

Henry pun terduduk di hadapan Raizel dan Voren.

(Mengapa hatiku mendadak sesak sekali?)

Paman Irin tersebut kebingungan saat tiba-tiba dia merasakan kesedihan yang amat dalam.

Sebenarnya ada satu hal yang tidak dia tahu.

Pada saat Arthur meniupkan setengah nyawanya ke dalam Moe, dia juga membuat perasaan antara Henry dan Irin terhubung.

Dengan kata lain, kakaknya tersebut membuat Henry bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang keponakan dan sayangnya Arthur tidak memberitahukan hal tersebut sehingga praktis membuat Henry kebingungan sekarang.

Di sisi lain Raizel pun merasakan hal serupa. Pria tampan itu seperti tahu bahwa hati Irin tengah bersedih.

"Kau mau kemana?"

"Mencari Irin dan jangan mengikutiku!"

Raizel pun bergegas pergi meninggalkan Henry dan Voren.

Dia terus menerobos pepohonan hingga tak sengaja bertabrakan dengan Marco.

"Ugh!"

Keduanya pun terjatuh. Marco yang masih meringis kesakitan itupun seketika berubah senang saat mengetahui siapa orang yang baru saja dia tabrak.

"Raizel?! Astaga.. Kemana saja kau?! Aku sudah mencarimu ke mana-mana! Apa kau tak tahu bahwa bibi sangat menghawatirkanmu?! Oh, tunggu!"

Marco lalu menyadari bahwa Raizel memakai semacam syal di lehernya.

Raizel yang tanggap akan situasi pun segera melakukan sesuatu sebagai alibi.

"Uhuk.. Uhuk.."

Mendengar Raizel yang terbatuk, Marco pun sontak menghentikan tangannya yang tadinya akan menarik syal Raizel.

Marco terlibat secara langsung dalam penyerangan terhadap Orion semalam dan tahu dengan jelas tentang tragedi hydra.

Tentu pria itupun langsung curiga terhadap sang sahabat yang memakai syal di lehernya itu.

Namun rupanya apa yang dilakukan oleh Raizel berhasil membuat Marco tak jadi mencurigainya.

"Apa kau terserang flu?"

"Aku hampir tak bisa bangun karena flu ini."

"Apa karena itu kau tak ikut dalam pertempuran semalam?"

Raizel pun hanya mengangguk untuk lebih memperkuat perannya yang sedang berpura-pura sakit.

"Lantas kau malah berjalan-jalan dalam keadaan seperti itu dan pergi dari rumah? Ku rasa bibi benar mengenai dirimu yang sudah gila."

"Ah.. Apa kau bertemu dengan seorang gadis di sekitar sini?"

"Gadis?"

Marco pun menoleh ke kiri dan kanan. Dia lalu menatap Raizel kembali saat sang sahabat juga melakukan hal yang sama.

"Hmm.."

"Apa?"

"Kini aku tahu mengapa kau tak ikut bertarung dan mengapa kau berkeliaran di hutan di tengah kondisimu yang sedang sakit."

Marco pun tersenyum jahil untuk menggoda Raizel. Dia lalu merangkul bahu sahabatnya.

"Jadi dari keluarga Qhun yang mana gadis itu, kawan? Dia pasti istimewa karena bisa membuat sahabatku yang biasanya tak tertarik dengan wanita menjadi risau saat mencari sosoknya."

Ucapan Marco tersebut tak sepenuhnya salah sehingga membuat Raizel tak menyanggah anggapan dari sahabatnya itu.

Dia lalu tak sengaja melihat sekelebatan cahaya putih yang melesat cepat di antara pepohonan dan mengarah ke hutan yang lebih dalam.

(Guru Danthe?!)

"Aku harus pergi."

"Hei!"

Raizel pun berlari kencang untuk mengikuti kemana Danthe pergi dan meninggalkan Marco yang terheran-heran sendirian.

"Mengapa aku memiliki sahabat yang begitu aneh seperti Raizel? Tunggu!"

Marco baru ingat akan tujuannya untuk pergi ke hutan ini.

Dia lalu menoleh ke arah Raizel dan tentu saja sosoknya sudah tak terlihat lagi hingga membuat Marco kesal dibuatnya.

"Mengapa kubiarkan dia pergi lagi?! Sekarang bagaimana caraku menjawab pertanyaan bibi jika dia tahu bahwa aku tak kembali bersama putranya?! Argh, Raizel! Mengapa aku harus terjebak dalam keluarga ini?!"