Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 22 - Chapter 22

Chapter 22 - Chapter 22

Apa yang selanjutnya dilihat oleh para Bangsa Qhun di depan mata mereka adalah hal yang sangat mengerikan.

Pria muda tampan yang tadi menyerang mereka dengan tangan kosong, kini dalam sekejap berubah menjadi sesosok makhluk raksasa.

Makhluk itu bersisik dengan mata merah padam. Dari mulutnya terlihat deretan gigi taring yang siap menghancurkan apapun yang tertangkap di indera pengecap itu.

Cakar tajam pun turut menambah kengerian visual sang raksasa bagi siapapun yang melihatnya.

"Naga!" teriak salah seorang dari mereka.

Tak ayal para Qhun yang lain pun berubah bentuk menjadi apapun yang menurut mereka mampu menaklukkan penjelmaan dari Raizel.

Salah satunya tiba-tiba menyerang dengan menebas leher sang naga hingga terputus.

Deg!

Seketika jantung Irin seperti berhenti berdetak.

Leher itu putus dan jatuh di atas tanah di depan matanya. Kesedihan dan rasa bersalah pun bercampur menjadi satu.

Jika hari ini Raizel benar-benar mati, maka itu semua karena dirinya.

Mata cantik Irin pun mulai berkaca-kaca. Air mata hampir jatuh dari pelupuk matanya ketika dia mendengar ucapan dari Qhun yang menebas leher Raizel tadi.

"Kenapa tubuhnya tidak ikut roboh?"

Irin lalu memandang tubuh besar tanpa kepala yang memang masih berdiri tegak di posisinya.

Saat semua mata tertuju pada sang naga, sesuatu yang mengejutkan kembali terjadi.

Dalam hitungan detik berikutnya leher sang naga kembali tumbuh seperti semula. Tak hanya satu, kini kepala itu tumbuh menjadi dua.

"Hy-Hydra?!"

(Hydra?!)

Ternyata Raizel tidak merubah wujudnya menjadi naga biasa melainkan seekor Hydra. Makhluk mitologi yang bahkan keberadaannya masih dipertanyakan.

Makhluk yang hanya bisa dibunuh dengan menggunakan pedang istimewa milik sang dewa.

"Gila! Mana mungkin kita menang melawan makhluk mitos seperti itu!"

Nyali pasukan Qhun yang berada di sana seketika menyusut. Apalagi kini sang Hydra mulai menyerang tanpa ampun.

"Orion!"

Terdengar teriakan salah satu dari mereka saat melihat pasukan Orion mendekati medan pertempuran dalam jumlah yang sangat banyak.

Seekor Hydra ditambah lagi dengan kedatangan pasukan Orion yang jumlahnya lebih banyak dari Qhun sontak membuat para penyerang lari tunggang langgang dan hanya menyisakan sekumpulan jasad korban pembantaian dari Hydra.

Voren yang berada di barisan paling depan sudah bersiap dengan pedangnya.

Dia bermaksud menancapkan senjata itu di dada Hydra saat Irin tiba-tiba menghentikannya.

"Hentikan!"

Voren kemudian memalingkan wajah ke arah Irin dan memandang gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kau salah satu dari mereka?" ucapnya sambil mengarahkan ujung pedang ke leher Irin.

Seketika pedang itu melebur saat Irin memegangnya.

Kekuatannya kembali saat bulan mulai menampakkan wajahnya yang sayu.

Voren tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Namun dia masih tak gentar dan akan menyerang Irin kembali.

"Kau ingin membunuh bangsamu sendiri, Voren?"

"Tuan?!"

Henry muncul di saat yang tepat diantara Irin dan Voren.

Dia lalu menepuk bahu jenderal perangnya dan dengan raut wajah kuatir memandang Irin.

"Aku baik-baik saja, paman."

"Baik-baik saja dengan kaki patah seperti itu?! Katakan siapa yang melakukannya?! Akan ku potong kakinya dan kuberikan pada buaya!"

"Ahaha.. aw! Jangan membuatku tertawa, paman. Rasanya sakit sekali.."

"Astaga kau baru merasakan sakit sekarang?! Apa tadi tidak sakit saat kau berlari dari pohon itu ke sini, hah?!"

Henry lalu melayangkan pukulan kecil di dahi Irin saking gemasnya.

Voren yang sedari tadi hanya menyimak tanpa dia sadari matanya tak beralih dari Irin. Jenderal itu merasakan getaran tak wajar di jantungnya saat melihat Irin tertawa.

Namun Voren teringat akan sosok Hydra di belakang Irin dan jiwa petarungnya bangkit kembali.

Henry tahu pria muda itu tak sabar ingin menumbangkan sang raksasa. Karena itu dia bertanya pada Irin mengenai makhluk itu sebelum semua terlambat.

"Mengapa kau melindungi Qhun itu?"