"T-tunggu!"
Dengan susah payah akhirnya Raizel berhasil menyamai langkah Irin.
Tibalah mereka di suatu padang rumput yang amat luas. Pemandangan itu membuat Raizel takjub karena dia belum pernah melihat tempat itu sebelumnya.
Boom!
Suara menggelegar itu terdengar bersamaan dengan bergetarnya bumi hingga membuat Irin dan Raizel terpental beberapa senti dari atas tanah.
Disanalah Danthe muncul dengan wajah berseri-seri. Wujud raksasa itu membuat Raizel menganga saat melihatnya.
"Wow.. Bota.." ucapnya tanpa sadar.
Danthe lantas tersenyum. Diapun memandang Raizel yang masih takjub akan sosoknya.
"Hei, nak. Aku Danthe. Guru dari gadis kecil di sampingmu itu."
"Guru? Tapi bukankah gurunya adalah sebuah bola besar yang tadi?"
"Yang kau lihat tadi adalah bola mataku."
"Luar biasa.."
"Ahaha.. Aku menyukai temanmu, Irin."
"Dia bukan temanku."
"Hei, kita sudah berteman!" protes Savian.
"Kapan?"
"Saat kau merawatku dari luka yang kau buat kemarin."
"Aku hanya bertanggung jawab atas perbuatan yang telah kulakukan."
"Tetap saja kau telah merawatku dengan sepenuh hati, bukan? Jadi sejak saat itulah kita berteman."
"Sudah kubilang kau bukan temanku."
"Oh, baiklah kita tidak berteman. Dia kekasihku, tuan raksasa."
"Apa?!"
Danthe sontak tertawa terbahak-bahak.
Sungguh perdebatan antara kedua anak muda itu telah membuat sang raksasa gembira.
Irin yang kehabisan kata-katapun kini menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tampak sekali gadis itu kesal karena ulah Raizel.
"Anak-anak muda memang sangat menggemaskan. Siapa namamu pria tampan?"
"Raizel."
"Aku menyukaimu, Raizel. Jadi aku merestui hubungan kalian."
"Guru!"
"Ayolah Irin.. Pria ini sangat tampan, bukan? Aku sangat setuju jika kalian menjadi sepasang kekasih."
"Terserah."
Irin pun membalik punggungnya dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu.
Namun Danthe berhasil menahan tubuh Irin dengan telapak tangannya yang besar.
"Kau cepat sekali marah belakangan ini, Irin. Aku hanya bercanda.."
(Irin.. Nama yang cantik)
"Huft.. Jadi mengapa guru memanggil kami ke tempat ini?"
"Oh benar! Aku melupakan tujuan awalku. Dengarkan aku baik-baik!"
Danthe lalu duduk bersila dan menurunkan Irin di lutut sang raksasa.
"Mengenai serangan nanti malam, sepertinya aku menemukan cara untuk mencegah perang. Untuk itu aku membutuhkan dia."
"Aku?" tanya Raizel saat Danthe menunjuk dirinya.
"Benar. Kau bisa menjadi kunci untuk menggagalkan niat jahat Qhun. Jadi aku mau kalian bekerja sama. Bisakah kalian melakukannya?"
"Bukankah bangsa Bota itu sangat kuat? Mengapa kau tidak memanggil teman-temanmu saja, tuan? Ku rasa perang itu akan selesai lebih cepat saat Bota turun tangan."
"Akan kulakukan jika mereka semua masih hidup." ucap Danthe sambil tersenyum.
Memang Bota adalah bangsa terkuat di Archard. Sayangnya mereka sudah punah karena perang yang berkepanjangan ratusan tahun silam dan hanya menyisakan Danthe seorang diri.
Kekuatan dahsyat Danthe yang sekarang tak akan mampu menghentikan perang itu mengingat sikap barbar Qhun yang tak bisa di prediksi.
Irin pun menatap Raizel. Walau bibirnya tak mengucap sepatah katapun, namun pandangan Irin membuat Raizel mengerti bahwa ini adalah saatnya pria itu untuk diam.
"Jadi apa yang harus kami lakukan, guru?"
"Aku baru menemukan fakta menarik tentang Qhun. Seperti yang kalian tahu, Qhun memiliki naluri seperti serigala. Dalam kelompok mereka akan menjadi tak terkalahkan. Namun mereka tak menyadari akan satu hal. Qhun tidak bisa menyerang Qhun lainnya. Lagipula kekuatanmu terlalu kuat Irin. Aku takut kau malah memusnahkan Qhun dan aku tak ingin itu terjadi."
"Jadi? Aku masih belum mengerti." ucap Raizel.
"Baiklah ayo kita lakukan."
Irin yang dari tadi diam sontak berdiri dan turun dari lutut raksasa Danthe.
"Tunggu! Jelaskan dulu padaku apa yang harus kita lakukan?! Mengapa hanya aku yang tidak mengerti disini?!"
"Intinya aku akan memecah belah kelompok Qhun yang akan menyerang Orion dan tugasmu adalah melumpuhkan Qhun yang sudah tercerai berai."
"Tapi bukankah tadi Guru Danthe bilang bahwa Qhun tak bisa menyerang Qhun yang lain?"
"Tepat! Tapi akan berbeda jika itu adalah setengah Qhun."