Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 15 - Chapter 15

Chapter 15 - Chapter 15

"Jadi kenapa kau mengikutiku?" tanya Irin lagi sambil masih sibuk dengan apelnya.

"Aku.. Argh!"

Spontan Irin terkejut mendengar Raizel yang tiba-tiba mengerang.

Pria itu kembali memegang bahunya yang mengeluarkan darah segar.

Irin baru ingat mengenai panah yang dia tembakkan tadi. Entah mengapa gadis cantik tersebut kini merasa bersalah.

Peluh membasahi seujur tubuh Raizel. Wajahnya yang semula segar berangsur pucat akibat menahan sakit.

Raizel lalu memegang anak panah yang menancap di bahunya dan bermaksud untuk mencabut benda tajam itu dari tubuhnya.

"Tunggu!"

Irin pun menghampiri Raizel yang meringkuk di atas tanah. Dia lalu memegang panah yang serta merta mengurai menjadi serpihan debu.

"Apa?! Bagaimana bisa?!"

Pria itupun semakin bingung. Satu misteri belum terjawab dan sekarang misteri lainnya juga muncul.

"Mengapa kau membuatku gila seperti ini?!"

"Apa yang kulakukan padamu?"

"Mengapa kau bisa merubah warna matamu? Mengapa ada benda seperti selimut tipis yang menyelimuti badanmu? Ditambah lagi sekarang kau membuat panah itu mengurai menjadi debu saat menyentuhnya. Astaga! Jika kau tak kunjung menjelaskan semua ini padaku, aku bisa benar-benar gila!"

Irin pun menahan senyum saat mendengar ucapan pria yang putus asa itu. Namun tentu saja dia tak berencana untuk menjelaskan apapun pada Raizel.

Gadis cantik itu lalu melangkah pergi meninggalkan Raizel begitu saja dengan berlari secepat angin.

Raizel pun hanya bisa menatap kepergian Irin dengan tersenyum simpul.

"Lihat! Dia melakukannya lagi."

Brugh!

Suara itu seketika menghentikan langkah Irin yang sudah berada cukup jauh dari Raizel. 

Irin menoleh dan dilihatnya pria itu sudah tergeletak di tanah, pingsan.

"Hah.."

**

Bau khas tanaman herbal sedikit demi sedikit menggugah kesadaran Raizel.

Dengan keadaan yang belum sepenuhnya sadar, dia melihat sosok yang dari tadi pagi diikutinya yang sepertinya tengah sibuk melakukan sesuatu tak jauh dari tempatnya tergeletak.

"Hei.."

"Tetap berbaring."

Irin lalu menghampiri Raizel dengan membawa sesuatu yang melayang di tangannya.

(Astaga.. gadis ini sungguh mempunyai banyak hal yang menarik! )

Setelah sampai di dekat Raizel, terlihat Irin mengeluarkan sesuatu yang terbuat dari besi.

Lalu secara mengejutkan besi itu berubah menjadi sarung tangan yang langsung dipakai olehnya.

Raizel pun menghela napas panjang. Dia tak tahu lagi apa yang harus dia katakan setelah melihat Irin dengan sejuta teka teki yang dimilikinya.

Pria muda itupun memilih diam dan memperhatikan Irin yang mulai menempelkan daun herbal di atas lukanya.

"Kau baru boleh bergerak besok pagi."

"Baiklah."

Irin pun menjadi heran setelah mendengar jawaban singkat dari pasiennya.

(Kemana perginya pria cerewet yang tadi? Mengapa dia menjadi pendiam sekarang?)

"Apa kepalamu terbentur saat jatuh tadi?"

"Tidak. Mengapa?"

"Karena kau menjadi lebih diam daripada sebelumnya."

"Aku hanya lelah. Kau memberiku banyak misteri yang bahkan tak kau jelaskan sedikitpun padaku."

Raizel lalu menghela napas lagi sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Setidaknya katakan padaku siapa namamu."

Irin kemudian menjauh dari Raizel.

Dia mempertimbangkan apakah perlu memberitahukan namanya pada orang asing yang baru pertama kali dia temui.

"Aku hanya ingin berteman." ucap Raizel seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Irin.

"Kau serius? Apa kau masih ingin berteman denganku setelah tahu siapa diriku?"

Irin tersenyum begitu hangat. Hal itu membuat Raizel bingung walaupun sepertinya dia tahu apa yang dimaksud oleh gadis cantik yang kini menatapnya dengan dingin.

"Kau yakin tak akan membunuhku di kemudian hari?"

"Hah?"

"Kau memang tak mengatakannya secara langsung. Tapi pasti kau sudah bisa menebak bahwa gadis kecil ini berbahaya."

Pikiran Raizel pun mengerucut. Dia mengingat kembali kejadian sebelum dia pingsan.

Mata itu, kecepatannya saat berlari, dan panah-panah yang melayang. Jika dipikir lagi semua itu merujuk pada satu hal.

"Kau.. Ras campuran?"

Irin pun mengangguk sambil tersenyum.

Jawaban tersebut sontak membuat Savian terkejut. Dia sudah menduga bahwa Irin merupakan ras campuran.

Irin lalu duduk mendekati perapian. Kali ini dia menatap Raizel dalam-dalam.

"Jadi Tuan Qhun, apa kau juga akan memburu kepalaku seperti yang telah dilakukan oleh bangsamu yang lain?"