Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 10 - Chapter 10

Chapter 10 - Chapter 10

"Tu-tuan.. Apa y-yang baru saja t-terjadi?" tanya seorang wanita yang merupakan penguasa elemen api.

Terdengar dari getaran suaranya wanita itu tengah ketakutan hingga ucapannya terbata-bata.

"Karena itu jangan bertindak dengan terburu-buru. Aku baru mau menjelaskan semuanya, tapi kalian malah menyerang keponakanku."

Tak jauh dari Henry, Irin tengah membuat angin kecil di tangannya. Angin itu berputar dan mengumpulkan serpihan debu dari tubuh pria yang baru saja musnah.

Debu itu lantas dimasukkan ke sebuah wadah lalu diapun berjalan ke arah Henry.

"Ini paman. Tolong kuburkan dia dengan layak."

"Baiklah."ucap Henry.

Pemimpin Orion itu kemudian menyimpan wadah berisi debu pria tadi ke balik bajunya untuk dia kebumikan nanti.

"Jadi tuan bisakah kau jelaskan pada kami?" seloroh Orion yang lain.

"Yah.. Seperti yang kalian lihat Irin memiliki kemampuan istimewa. Semua benda hidup yang dia sentuh akan mengurai menjadi serpihan debu."

"Tapi kau tadi juga menyentuhnya bukan? Dan kau masih baik-baik saja sekarang."

"Itu karena dia."

Henry menunjuk ke arah Irin yang pastinya semakin membuat semua orang bingung.

"Haish.. Maksudku perhatian sesuatu yang bergerak lembut di sekitar Irin. Hei kau! Kau bisa melihatnya, kan?"

Henry berseru pada seorang wanita yang terampil menggunakan angin. Dalam sekejap dia menyadari memang ada sesuatu yang tengah menyelimuti Irin.

"Aku melihatnya! Apakah itu yang kau maksud, ketua?"

"Ya.. Dia adalah Moe yang sudah bersama Irin sejak dia bayi. Jika dia menyatu dengan Irin, maka kita tak perlu takut bersentuhan dengannya. Namun jika Moe melepaskan diri, maka bersiaplah untuk menjadi debu."

Saat Henry sedang menjelaskan pada bangsa Orion tentang Irin, muncul sebuah cahaya kecil menyilaukan yang menerobos masuk ke dalam ruang pertemuan.

Semua orang langsung siaga dengan senjata masing-masing. Namun yang lebih mencengangkan lagi ternyata cahaya itu mulai berbicara.

"Kenapa lama sekali?!" ujar cahaya itu.

"Apa ada masalah, guru?"

"Ya."

Setelah mengucapkannya, cahaya itupun meredup lalu hilang begitu saja.

"Guru? Sebuah cahaya yang bisa bicara itu gurumu?"

"Cahaya itu hanya bentuk energi saja paman. Kau tak akan percaya jika aku memberitahumu wujud guruku yang sebenarnya. Ah.. Sepertinya aku harus pergi."

"Tapi kau baru saja tiba!"

"Kita akan memiliki lebih banyak waktu di lain kesempatan paman."

Irin pun memeluk Henry beberapa saat sebelum dia melesat meninggalkan teritorial Orion menuju suatu tempat yang letaknya tersembunyi.

**

"Bagus Raizel.. Sekarang kembalilah ke wujud aslimu."

Kucing besar itupun meraung lalu perlahan berubah menjadi seorang pria yang sangat rupawan.

Dari penampilan dan auranya, bisa ditebak dia berasal dari golongan keluarga yang terpandang.

Raizel kemudian membungkuk untuk memberi hormat kepada gurunya.

"Terima kasih, guru. Apa sudah ada kemajuan?"

"Ya.. Kau memang muridku yang cerdas." jawab sang guru seraya tersenyum.

"Minggu depan aku akan mengajarimu bertransformasi ke bentuk hewan yang lebih rumit. Jika kau lulus, aku akan mengajarimu mengendalikan mereka."

"Apa itu memungkinkan? Aku kira Qhun hanya bisa berubah wujud saja."

"Itu hanya kekuatan dasar dari seorang Qhun, Raizel. Qhun dengan tingkatan yang lebih tinggi bisa melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar berubah wujud."

"Oh.. Aku baru tahu semua ini. Aku jadi ingin cepat-cepat mempelajarinya."

"Haha.. Bersabarlah.. Dengan otak encer yang kau miliki aku yakin kau bisa menguasai semua yang telah kuajarkan walaupun itu sulit."

Raizel memandang gurunya dengan tatapan aneh hingga sang guru salah tingkah dibuatnya.

"Ada apa?"

"Tidak guru. Aku hanya takjub dengan dirimu. Kau dengan sabar mau mengajariku semua ilmu yang kau miliki. Aku sangat berterima kasih padamu."

"Sudahlah.. Itu memang sudah menjadi tugasku. Lagipula aku melakukannya dengan senang hati."

Raizel pun tersenyum. Dia lalu pergi keluar dari ruang latihan setelah memberikan salam hormat untuk sang guru.

Senyum itu sontak menghilang saat dia sudah berada di luar. Ekspresi Raizel pun berubah dingin dengan wajah datar.

(Mengapa ibu menyuruhku berguru padanya? Dia bahkan tak lebih baik dari guruku yang sebelumnya dan hanya menginginkan ketenaran)