Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 9 - Chapter 9

Chapter 9 - Chapter 9

"Kau harus enyah dari sini!"

Tiba-tiba saja ribuan es runcing menghujani tubuh Irin. Namun beberapa saat sebelumnya gadis itu sempat mendorong Henry untuk menjauh darinya.

"Irin!"

Jleb jleb..

Es-es itu jatuh bertubi-tubi ke tanah hingga menyebabkan kabut di sekitar tubuh Irin.

Henry yang tak kuasa melihat hal itupun jatuh terduduk di atas tanah.

Baru saja dia bisa bertemu dengan Irin setelah sekian lama. Dia menunggu keponakan kesayangannya tersebut kembali dari latihan dari negeri seberang.

Namun setelah sekian lama, setelah dia bertemu kembali dengan Irin, dia harus menyaksikan gadis cantik itu mati di hadapannya oleh bangsanya sendiri.

Mata Henry pun memerah. Kemurkaan telah menguasai dirinya.

Diapun bangkit dan segera hembusan angin yang begitu besar menerpa seisi ruangan itu.

"Apa yang sudah kau lakukan dasar idiot! Kau telah membuat Tuan Henry marah besar! Sekarang siapa yang bisa selamat dari bencana ini?!"

Henry mengepalkan kedua tangannya. Melihat hal itu, seluruh Orion yang ada di sana tahu tak akan ada yang bisa meredam kemarahan Henry.

Mereka hanya bisa pasrah jika memang hari ini adalah hari terakhir mereka untuk bisa menghirup napas.

"Jangan paman.. Kau bisa memusnahkan bangsa Orion."

Irin tiba-tiba muncul di hadapan pamannya saat Henry hampir membunuh semua orang dengan angin panas yang dia ciptakan.

Gadis itu lalu menggenggam tangan Henry dengan lembut agar kemarahannya mereda.

"Irin? Ini benar-benar dirimu?"

"Tentu saja. Kecuali jika aku punya saudara kembar."

Henry pun segera memeriksa setiap jengkal badan Irin untuk memastikan bahwa dia tak terluka sedikitpun.

"Bagaimana kau bisa lolos dari serangan itu?"

"Apa yang harus kukatakan? Aku setengah Orion. Es-es itu mencair begitu saja saat menyentuh tubuhku. Lagipula apa paman lupa bahwa ayah telah memberikan sebuah pelindung untukku?"

Moe yang tadi melepaskan setengah dirinya dari Irin ternyata telah kembali menyatu ke tubuh gadis itu saat si empunya berada dalam bahaya. 

"Syukurlah.."

Henry pun memeluk Irin dengan kegembiraan yang tak bisa dia ungkapkan.

"Ehm.. Kau harus melepaskan ku sekarang paman. Kau tidak lupa kan apa yang terjadi padamu saat terakhir kali memelukku terlalu lama?"

Henry pun dengan terpaksa melepas pelukannya.

Sebenarnya dia masih ingin memeluk Irin. Tapi dia tak bisa melakukannya setelah pingsan selama tiga hari gara-gara pernah memeluk Irin hingga hampir sekitar sepuluh menit lamanya.

"Ba-bagaimana mungkin?!" ucap Orion yang telah menyerang Irin tadi.

"Hei.. Ku peringatkan jangan melakukan tindakan bodoh! Aku tak bertanggung jawab jika nyawamu melayang karena dia." ucap Henry dengan wajah datar sambil menunjuk sang keponakan. 

"Ha ha.. lucu sekali. Kau mengancamku? Sayangnya aku tak takut dengan seorang bocah."

"Hhmm.. terserah kau saja. Aku sudah memperingatkanmu."

Pria itu lantas menciptakan es lagi dan bersiap untuk menyerang Irin. Gadis itu pun menatap Henry yang berdiri acuh di sampingnya.

"Terserah. Aku sudah memperingatkannya."

"Tapi dia penguasa elemen es paman. Aku yakin dia akan berguna saat musim kemarau. Bukankah segar sekali jika meminum segelas es saat cuaca panas?"

Bletak!

"Bisa-bisanya kau memikirkan segelas es di momen seperti ini!"

Irin pun memanyunkan bibir saat mendapat omelan dari Henry. Lalu tak berapa lama sebuah bongkahan es meluncur diantara keduanya.

"Hei.. Kau benar-benar ingin membunuhku?"

"Kenapa tidak?! Kau harus dilenyapkan agar kejayaan dan kehormatan bangsa Orion kembali!"

Pria itu menyerang Irin secara bertubi-tubi hingga orang lain juga terkena imbas dari pertarungan mereka.

Di sisi lain Irin hanya menghindar sampai tiba di suatu titik dimana Irin jengah dan membalas serangannya.

Darah Noora yang mengalir di tubuhnya membuat gadis itu bisa bergerak secepat kilat.

Moe kemudian melepaskan diri darinya dan dalam sekejap Irin berhasil memegang tangan pria itu.

Retakan-retakan berwarna biru pun muncul di tangannya dan dengan cepat merembet ke seluruh tubuhnya.

Pria itu sangat terkejut dengan apa yang terjadi dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Irin. 

"Ap-apa ini?!"

"Aku sudah berusaha memperingatkanmu, tapi kau tetap teguh dengan kesombonganmu. Jadi sekarang tanggung sendiri akibatnya." ucap Henry.

Setelah mengucapkan itu tubuh lawan Irin perlahan mengurai menjadi serpihan debu.

"Oh! Akan ku sampaikan salam terakhir untuk kekasih Zhair mu. Beristirahatlah dengan tenang." lanjut Henry sebelum pria itu benar-benar menghilang.