Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 7 - Chapter 7

Chapter 7 - Chapter 7

Henry menuruni lembah yang cukup curam di hutan tersembunyi di sisi tergelap Archard.

Selama ini hanya dia seorang yang mengetahui jalan rahasia itu.

Di sisi lain Irin terus menangis di sepanjang perjalanan hingga membuat pria itu panik.

"Tenang, sayang. Mengapa kau terus menangis? Apa pelukan ku kurang nyaman atau udaranya terlalu dingin? Astaga aku mulai gila! Seakan bayi kecil ini bisa menjawab pertanyaan ku!"

Sifat cerewet Henry pun kembali muncul.

Dia belum menikah dan tak punya pengalaman apapun tentang merawat bayi sehingga praktis dia tak tahu bagaimana cara membuat bayi agar berhenti menangis. 

Moo..

"Apa aku tak salah dengar?"

Henry sontak menajamkan indera pendengarannya. Dia yakin mendengar suara sapi di sana.

Pria itu lalu memandang Irin yang masih menangis dan baru menyadari bahwa bayi cantik itu belum makan apapun sejak kepergian ibunya.

Sebuah ide pun terlintas di benak Henry.  Dia berencana memerah susu jika yang dia dengar benar-benar suara hewan itu.

Namun disaat yang bersamaan dia juga waspada karena Henry berpikir bahwa tak masuk akal jika ada seekor sapi di tempat tersembunyi ini.

"Mungkinkah itu Qhun? Ini berbahaya!"

Henry lalu menumbuhkan rumput yang sangat banyak dan menyembunyikan tubuh kecil Irin di dalam tumpukan rumput itu.

Tak lupa dia juga membuat berlapis-lapis kayu sebagai peredam suara sehingga tangis Irin tidak terdengar. 

Pria itu segera berjalan dengan perlahan sampai terlihat bukan hanya satu, tapi sekumpulan sapi berada tak jauh darinya.

Henry kemudian menciptakan panah dari akar pohon dan membidik salah satunya.

Dia berpikir jika sapi itu merupakan penjelmaan dari Qhun, maka dia akan berubah ke wujud aslinya sebelum panah itu menyentuh kulit.

Jleb! 

Segera saja para sapi berlarian tak tentu arah setelah salah satunya roboh terkena panah dari Henry.

"Sapi sungguhan?!"

Henry lalu mendekati sapi yang sedang sekarat. Dia mengecek hewan itu yang ternyata adalah seekor sapi betina.

Terbersit lah idenya tadi untuk memerah susu sebelum sapi itu benar-benar mati.

"Cup.. Cup.. Ini paman bawakan susu untukmu."

Henry dengan tangkas memotong batu berukuran sedang lalu membuat gelas kemudian menyuapkan susu itu sedikit demi sedikit.

Usahanya itu pada akhirnya berhasil membuat Irin menjadi tenang.

Srakk!

Telinganya yang tajam kembali menangkap suara mencurigakan dari balik semak-semak. Diapun dengan cepat masuk ke dalam pohon untuk bersembunyi.

"Astaga! Lihat ini!"

"Demi dewa! Siapa yang telah memanah sapiku!"

Henry mengintip dari dalam pori-pori pohon. Dia bisa melihat mata abu-abu dari kedua pria itu.

(Zhair? Apa yang mereka lakukan di tempat ini? Bukankah mereka terlalu jauh dari rumah?) 

Kedua pria itu berkeliling untuk mencari orang yang telah membunuh sapi mereka.

Saat salah satunya berada cukup dekat dengan pohon dimana Henry bersembunyi, Henry memalingkan pandangannya ke arah sudut di dalam pohon yang gelap.

Dia berusaha mengosongkan pikiran agar keberadaannya tidak terlacak oleh Zhair yang berdiri di depan pohon tempatnya bersembunyi. 

"Kenapa kau menatap pohon itu?" ucap salah satunya yang berdiri di samping mayat sapi.

"Untuk sesaat aku merasa pohon ini mempunyai emosi."

"Kau terlalu banyak berkhayal. Mana mungkin sebatang pohon mempunyai emosi."

"Memang, namun jika itu benar-benar pohon."

Pria itupun langsung menancapkan pedang ke pohon di depannya.

Dia lalu menunggu beberapa saat, namun tak ada yang terjadi.

Di sisi lain Henry yang berada di dalam pohon tak bergerak sedikitpun agar pedang yang berada beberapa mili dari wajahnya tak melukai dirinya dan keponakannya. 

"Sudahlah.. Kau selalu menganggap semua benda adalah Qhun."

"Bukankah aku harus waspada setelah apa yang mereka lakukan belakangan ini? Kau pun juga harus waspada!"

Kedua pria itu lalu membawa mayat sapi mereka dan pergi meninggalkan lembah itu.

Henry pun segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah merasa keadaan telah aman.

"Qhun? Memangnya apa yang telah terjadi hingga mereka se waspada itu?"