Arthur mencium Irin kecil dengan penuh kasih sayang. Namun beberapa saat kemudian sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Henry langsung terbelalak, sekujur tubuhnya membatu saat darah segar merembes dari balik baju Arthur dimana sebuah panah menancap tepat di dada ayah yang bahkan baru saja memberikan nama untuk sang putri.
Henry dengan cepat memeluk Arthur dan juga Irin.
Dengan kemampuannya untuk meringankan tubuh, dia berlari membawa keduanya dengan kecepatan angin.
"Sial!"
Dua orang pria sontak turun dari balik awan.
"Ayo kita kejar!"
"Kau gila?! Mana mungkin kita bisa menandingi kecepatan kaki angin Henry! Setidaknya panah beracunku berhasil menembus dada Arthur dan aku yakin tepat mengenai jantungnya!"
"Percuma saja jika kita tak bisa membawa kepala Arthur! Kita tak akan mendapat hadiah yang dijanjikan itu!"
Dua orang pria dari bangsa Noora itu meneruskan perdebatan mereka hingga mereka mencoba menggunakan teleportasi untuk menjangkau Henry.
Namun seberapa keras mereka mencoba, mereka tetap tak dapat menemukan keberadaan Henry dan Arthur.
**
"Bertahanlah, ketua!"
Henry panik bukan main saat darah tak berhenti mengalir dari luka di dada Arthur.
Dia mencoba segala hal untuk menghentikan pendarahan termasuk merapatkan sel di luka Arthur setelah mencabut anak panah yang tertancap.
Namun Arthur sudah terlanjur kehilangan banyak darah. Tubuh pria itupun mulai dingin dan berubah pucat.
"Sudah cukup Henry.."
Arthur pun menghentikan Henry yang masih sibuk melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawanya.
"Ketua kau harus bertahan!" ucap Henry dengan berkaca-kaca.
"Lihatlah Henry, Cecil sudah menungguku."
Tangis Henry pun pecah saat melihat Arthur tersenyum sendiri sambil memandang langit.
"Ketua.. Ku mohon.."
"Ku percayakan Irin padamu. Bawa dia kembali ke Archard. Jagalah dia baik-baik dengan sepenuh jiwamu, Henry. Karena jika sudah tiba saatnya, dia akan menjadi gadis yang kelak akan merubah Archard menjadi lebih baik."
Arthur pun mencium dahi Irin dengan lembut. Telapak tangannya kembali bercahaya dan menghilang saat menyentuh Moe.
"Ayah sangat menyayangimu, sayang. Dengarkan kata-kata Paman Henry walaupun terkadang dia bersikap aneh. Aku percaya kau akan tumbuh menjadi gadis yang luar biasa di bawah asuhannya."
Arthur memeluk Irin dengan meneteskan air mata sebelum akhirnya terkulai ke tanah dengan Irin yang masih berada di pelukannya.
Sekuat tenaga Henry menahan diri untuk tetap tegar melihat pemandangan yang begitu menyayat hati.
Baginya, Arthur merupakan sosok pemimpin dan sekaligus kakak yang baik.
Kepergiannya telah menorehkan luka yang mendalam di hati Henry.
Henry lalu mengubur Arthur dengan layak di bawah pohon pinus di atas bukit. Dia kemudian memandang Irin dengan Moe yang menyelimuti tubuh kecil itu di sekitarnya.
"Sungguh kasihan sekali dirimu, sayang. Di usiamu yang baru menginjak 2 hari, kau harus kehilangan kedua orang tuamu. Tapi jangan kuatir, mulai sekarang akulah yang akan menjagamu."
Dia membelai pipi yang kemerahan itu dan terkejut saat Moe seakan memeluk jemarinya.
"Benar.. Aku lupa kau memiliki seperempat jiwa ketua. Aku yakin kau pun akan menjaga Irin, bukan?"
Moe merespon ucapan Henry dengan semakin erat memeluk jemarinya.
Dengan begitu Henry yakin bahwa Arthur tak hanya memberikan sedikit jiwanya untuk Moe, namun dia juga mentransfer kasih sayangnya untuk Irin di dalam Moe yang dia ciptakan.
"Baiklah sekarang kita lanjutkan perjalanan menuju Archard dan setelah kita tiba di sana.."
Henry lalu mengeluarkan mata panah dari sakudan tampaklah ukiran sayap terbentang di atas nya.
"Aku akan mencari para keparat yang telah membunuh ayahmu dengan cara yang tak terhormat! Aku janji mereka akan tersiksa hingga mereka sendiri yang meminta untuk dibunuh!"
Dengan dendam yang berkobar, Henry lalu membawa Irin menuju Archard melalui jalan rahasia.