Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 5 - Chapter 5

Chapter 5 - Chapter 5

Arthur pun menghela napas berat. Tak lama kemudian Henry merasakan hembusan angin dari segala penjuru menerpa tubuhnya.

Dia lalu memperhatikan Arthur dengan seksama dan mempelajari detil setiap gerakan dari Sang Pemimpin Orion.

Lama kelamaan angin yang berhembus tadi semakin terasa samar. Namun bersamaan dengan itu, sebuah benda yang nyaris transparan terbentuk di atas telapak tangan Arthur.

Benda tipis itu melayang-layang mirip sebuah selendang atau selimut yang hampir tak terlihat.

Henry sontak terpana melihat pemandangan itu. Walaupun dia juga seorang Orion, namun dia belum bisa memanipulasi elemen seperti yang dilakukan oleh Arthur saat ini.

Arthur lanjut berkonsentrasi lebih dalam dan sebuah cahaya berwarna kuning memancar dari telapak tangannya.

"Aku memberimu nama Moe. Mulai sekarang kau akan menyatu dengan putriku."

Selesai mengucapkan semua itu, cahaya yang ada di telapak tangan Arthur juga ikut lenyap.

Kejadian tersebut membuat rasa penasaran Henry berkecambuk. Dia tak mengerti apa yang telah terjadi.

Namun dia memilih menunggu saat yang tepat untuk bertanya.

Arthur lalu membelai anaknya. Dia biarkan tangannya menyentuh makhluk kecil itu secara langsung dalam waktu yang cukup lama.

Perkiraan Henry ternyata benar. Guratan-guratan itu tak muncul di tangannya, hanya saja Arthur bisa merasakan bahwa energinya terserap sedikit demi sedikit oleh sang anak.

"Guratan itu tidak muncul? Apa itu artinya.."

"Benar. Perkiraan mu tak meleset, Henry. Tak ada guratan saat aku menyentuhnya. Walau begitu badan si kecil ini tetap menyerap energi ku namun secara perlahan.

"Kalau begitu kita perlu memikirkan cara lain agar kekuatan mengerikan nona kecil tertutupi seluruhnya."

"Tidak masalah Henry, bagiku ini sudah lebih dari cukup. Hanya saja mungkin kita akan pingsan jika menyentuhnya terlalu lama. Tapi ku rasa itu bisa dipulihkan setelah istirahat beberapa hari."

Tak bisa dipungkiri Arthur begitu bahagia. Akhirnya dia bisa memeluk putrinya kapanpun dia mau.

Henry pun ikut merasa senang. Namun ada banyak pertanyaan yang masih menggelitik hati pria itu. 

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Henry menanyakan apa yang ada di kepalanya agar dia tak mati penasaran.

"Ehm.. Sebenarnya apa yang tadi telah kau lakukan, ketua? Aku benar-benar tak mengerti dan baru melihat hal yang seperti itu. Kenapa pula kau memberikan nama pada sebuah udara?"

"Karena aku telah memberinya nyawa. Mulai sekarang dia akan tumbuh bersama dengan putriku."

"Nyawa?! Jangan bilang cahaya tadi itu.."

Arthur hanya tersenyum. Kenyataannya memang cahaya dari telapak tangannya tadi adalah seperempat nyawanya yang dia berikan untuk Moe.

"Tapi kenapa, ketua?! Itu sama saja kau membahayakan dirimu sendiri!"

"Henry.. Udara yang ku kumpulkan tadi berasal dari pepohonan pinus. Udara itu begitu segar dan dingin. Aku tak mau jika udara itu malah mengancam kesehatan putriku. Jadi aku berpikir jika aku memberinya sedikit nyawa, maka udara itu akan menjadi hangat seperti makhluk hidup pada umumnya. Cobalah kau sentuh putriku untuk membuktikannya."

Henry pun memegang tangan kecil yang berada di dekapan Arthur. Segera saja dia merasakan kehangatan saat menyentuhnya.

"Kau benar ketua.."

"Tentu! Kau saja yang selalu meragukan ku."

"Maafkan aku. Aku hanya merasa asing dengan apa yang telah kau lakukan tadi. Sepertinya aku harus lebih mengasah kemampuanku."

"Kau memang harus melakukannya karena aku mau kau yang melindungi putriku jika aku mati suatu hari nanti."

"Berhenti mengatakan hal seperti itu, ketua! Kau tahu betul aku paling benci mendengar perumpamaan tersebut."

Arthur lalu menepuk bahu Henry untuk menenangkan pria itu.

"Lalu.. Mengapa kau memberikan nama untuk benda itu?"

"Setiap yang bernyawa pasti punya nama, bukan?"

"Kau bahkan belum memberikan nona kecil sebuah nama." cibir Henry.

Arthur baru teringat akan hal itu. Dia lalu memikirkan apa nama yang cocok untuk putri kecilnya yang cantik.

Arthur pun tersenyum saat putri kecilnya sedikit membuka mata. Pria itu baru menyadari bahwa sang putri memiliki mata yang sama seperti ibunya, biru. 

"Irin." ucapnya lirih.

"Maaf?"

"Mulai sekarang dia akan dipanggil Irin."

Henry mengangguk tanda mengerti. Irin adalah sebuah nama yang indah dari seorang ayah yang berarti 'kedamaian'.