Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

"Kau baik-baik saja sayang? Tak ada yang terluka, kan?"

Arthur lalu memeriksa setiap jengkal tubuh Cecil terutama di bagian perut.

"Jangan kuatir.. Benteng pepohonan yang kau buat telah melindungi ku dengan baik. Mereka Qhun?"

"Ya. Qhun yang baru memasuki masa pubertas. Langsung menyerang tanpa berpikir dulu. Benar-benar ciri khas bangsa Qhun."

"Lalu mau kau apakan mereka?"

"Aku berencana mencongkel mata mereka untuk ku jadikan koleksi. Ha ha ha.."

Plakk!

"Serius lah sedikit!" ucap Cecil sambil memukul dada sang suami. 

"Baiklah. Kenapa sayangku suka sekali marah-marah? Tapi tak apa, kau semakin imut."

Arthur pun bergelayut di lengan Cecil sambil mencium pipinya.

Sebagai pemimpin Orion, dia juga ingin bermanja-manja dengan pasangannya.

 

Srekk..

"Apalagi sekarang?!"

"Astaga! Ini aku ketua!"

Seorang pria muncul dari balik semak. Dia begitu terkejut karena kedatangannya disambut oleh sebuah kayu runcing yang berada beberapa mili dari jantungnya.

"Henry?! Kau mengagetkanku!"

"Harusnya aku yang berkata demikian mengingat nyawaku baru saja hampir melayang karena tertancap kayu!"

Henry pun berjalan mendekati Arthur dan Cecil dengan kesal. Dia lalu menatap dua pemuda yang terkapar di tanah.

"Penyerangan lainnya, ketua?"

"Ya.. Hei, berhenti memasang wajah seperti itu! Kami baik-baik saja." ucap Arthur sambil menepuk bahu Henry untuk menenangkannya.

"Harusnya aku yang berada di barisan paling depan saat kau berada dalam bahaya. Aku merasa tak berguna sebagai pengawal mu. Kau penggal saja kepalaku, ketua."

Henry kemudian berlutut di depan Arthur sambil menundukkan kepala. Dia bersiap menerima apapun sebagai hukuman atas kelalaiannya tersebut.

"Sudahlah.. Lagipula.."

"Aww!"

"Si kecil menendang lagi sayang?"

"Sepertinya sudah saatnya!"

"Apa?! Baiklah sayang tarik napas, buang napas! Ayo sayang ikuti aba-aba ku!"

Plak!

Cecil memukul pipi suaminya secara spontan karena efek rasa sakit yang di alaminya.

"Argghh! Mudah mengatakannya! Huff huff.."

"Ayo sayang! Aku akan ikut mengejan!"

Plak!

"Hentikan ekspresi dan gerakan bodoh itu! Aku tak bisa tertawa sekarang!"

"Lihatlah Henry, sudah dua kali dia memukulku. Bukankah itu tanda cinta dari seorang istri?"

"Arthur!"

"Aduh..aduh.. sayang.."

Cecil yang sudah kehilangan kesabaran dalam menghadapi tingkah konyol sang suami lantas menarik rambut Arthur dengan keras saat perutnya mulai mengalami kontraksi hebat.

Arthur dan Henry pun panik bukan main. Kedua pria itu tak tahu bagaimana cara menolong wanita yang akan melahirkan.

Karena sibuk dengan kepanikan mereka sendiri, akhirnya Cecil terpaksa melahirkan di tengah hutan dengan usaha keras.

Kedua pria yang tadinya hanya mondar mandir itu seketika berhenti saat mendengar tangisan bayi.

Dengan mata berkaca-kaca, Arthur mendekati sosok mungil itu. Dia lalu membuat selimut dari kapas untuk menghangatkan tubuh anaknya.

"Kau melahirkan seorang bidadari sayang." ucap Arthur sambil tersenyum penuh haru.

"Berikan padaku, aku ingin melihatnya."

Cecil tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia memeluk putri kecilnya dan menimangnya.

Henry pun ikut terharu, namun matanya yang tajam segera menangkap sesuatu yang ganjil.

Guratan-guratan berwarna biru mirip retakan muncul di tangan Cecil saat dia menyentuh bayinya secara langsung.

"Tunggu nyonya! Sebaiknya jangan menyentuh nona kecil!"

Cecil tak menggubris peringatan dari Henry.

Sebenarnya dia tahu bahwa anaknya memiliki kekuatan yang istimewa walaupun dia masih di dalam kandungan. 

Dia bahkan tahu bahwa keistimewaan itu dapat merenggut nyawanya sendiri. Namun sebagai seorang ibu, Cecil tak dapat membendung keinginannya untuk menimang dan mencium sangat putri yang baru lahir. 

Perlahan guratan biru itu menjalar ke seluruh tubuh Cecil. Arthur pun pada akhirnya menyadari keanehan itu. Dia lalu membujuk Cecil untuk tidak menyentuh anaknya.

"Sayang, tolong lepaskan putri kita. Dia.."

"Aku tahu.. Aku sudah merasakannya saat dia masih berada di dalam perut."

"Kenapa kau tak pernah mengatakannya padaku.."

"Karena kau pasti menyuruhku untuk menggugurkannya jika aku memberitahumu dan setelah itu kita hanya akan bertengkar hebat. Aku bertahan agar dia bisa melihat indahnya dunia."

"Tapi ini berbahaya Cecil! Nyawamu bisa.."

"Sebelum dia hadir pun, ragaku sudah hancur akibat peperangan konyol beberapa tahun lalu. Jadi biarkan aku melimpahkan kasih sayang ku padanya untuk yang terakhir kali."

Kulit Cecil berangsur pucat saat dia memberikan asi pertamanya untuk sang putri.

Melihat hal itu, tangis Arthur sudah tak bisa dibendung lagi. Dia tahu Cecil tak akan mendengarkannya karena kasih sayangnya begitu besar untuk putri kecil mereka.

Cecil kemudian tersenyum simpul. Dia mengusap kepala Arthur dengan sisa tenaganya sebelum kehabisan waktu.

"Katakan padanya, aku sangat menyayanginya. Jaga dirimu baik-baik sayang. Aku mencintaimu."

Cecil lalu mengecup bibir Arthur sebelum dia menghilang menjadi serpihan debu.