Chereads / Once Upon a Time in Archard / Chapter 4 - Chapter 4

Chapter 4 - Chapter 4

Semilir angin berhembus lembut, langit pun terlihat berawan menambah sendu suasana sore itu.

Arthur memandang kayu berukirkan nama Cecil yang menancap di tempat dimana wanita itu melebur menjadi debu.

Arthur pun menatap kayu tersebut begitu lama.

Tak begitu jauh di belakangnya, Henry turut berduka sambil menggendong putri Arthur yang sudah diselimuti oleh kain dan besi. 

"Baiklah kita harus segera memulai perjalanan." ucap Arthur.

Dia pun mengambil putrinya dari gendongan Henry dan mulai berjalan.

"Kita akan pergi kemana ketua?"

"Archard."

"A-Archard?! Apa aku tidak salah dengar?!"

"Jika telingamu masih berfungsi dengan baik dan tidak menjadi sarang kecoak, itu artinya kau bisa mendengar ucapan ku dengan baik dan kau tidak salah dengar."

"Tapi kenapa, ketua?! Kau tahu kan mereka tak bisa bersikap ramah padamu!"

"Ini permintaan Cecil. Bagaimanapun sambutan mereka nantinya, aku akan tetap pergi ke sana."

Arthur lalu melihat putri kecilnya yang tertidur pulas. Dia membelai wajah kecil itu sambil tersenyum simpul.

Guratan-guratan halus berwarna biru kembali muncul di tangan Arthur hingga Henry harus menarik tangan pria itu agar tidak terlalu lama menyentuh putrinya.

"Maaf jika aku lancang dengan tiba-tiba menarik tanganmu ketua." ucap Henry.

"Kau tak perlu minta maaf."

"Tolong jangan bersedih lagi. Aku pun turut sedih menyaksikan ketua yang seperti ini."

"Aku hanya sedih memikirkan putriku. Seharusnya dia bisa mendapat kasih sayang yang utuh. Seharusnya aku bisa membelai, menimang, juga menciumnya setiap saat. Tapi dia tak mendapatkan semua itu. Kenapa Tuhan memberinya anugerah seperti ini?!"

Henry hanya bisa diam. Dia sangat mengerti apa yang dirasakan oleh Arthur saat ini.

"Pasti sang pencipta punya rencana lain, ketua."

"Semoga saja begitu."

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju Archard, tempat kelahiran yang telah lama mereka tinggalkan hingga mereka ragu apakah masih mengingat jalan menuju tempat itu.

Beberapa kali Henry melirik Arthur yang masih berkaca-kaca. Apa yang telah dialaminya memang tidak mudah. Lalu terbesit lah sebuah ide gila.

"Ketua sebenarnya aku terpikirkan sesuatu."

"Tentang apa?"

"Udara.."

"Kau kekurangan udara? Baiklah.."

Arthur pun mengumpulkan udara dari pepohonan yang mereka lewati dan menghempaskan nya ke arah Henry.

"Astaga, ketua! Kau ingin menerbangkan ku atau bagaimana?!"

"Kau bilang kau ingin udara?"

"Aku bahkan belum selesai bicara!"

Henry tak henti-hentinya mengomel setelah mendapat hadiah berupa udara atau tepatnya angin kencang dari Arthur.

Dia lalu merapikan rambut dan bajunya yang tersingkap akibat ulah pemimpinnya itu.

"Jadi ada apa dengan udara?"

"Aku berpikir, bukankah ketua bisa memanipulasi elemen?"

"Lalu?"

"Kenapa ketua tak memanipulasi udara agar menjadi lebih padat?"

"Untuk apa?"

"Haish.. terkadang aku berpikir, bagaimana pria ini bisa menjadi ketua." gumam Henry.

"Kau sudah bosan hidup?"

Henry sedikit tersentak dengan pertanyaan itu. Dia tak menyangka Arthur mendengar ucapannya.

Dia bahkan lupa bahwa Arthur adalah orang yang sangat kuat. Dia juga lupa bahwa Arthur bisa menjadi sangat mengerikan jika sedang marah.

"Ahaha.. aku hanya bercanda. Jangan terlalu serius seperti itu.."

"Huft.. Katakan saja apa maksudmu. Aku sedang tak ingin bercanda."

(Lalu yang kau lakukan padaku tadi apa?!) 

Arthur masih menatap pria itu hingga membuatnya salah tingkah.

"M.. Seperti yang kita tahu, nona kecil memiliki kekuatan yang langka. Akan berbahaya jika orang lain yang tidak mengetahui hal ini tiba-tiba menyentuhnya. Jadi ku pikir dengan memadatkan udara di sekitar nona kecil hingga menyerupai selimut transparan, kita bisa menyentuhnya secara langsung."

"Apa itu mungkin?"

"Kita tak akan tahu jika belum mencobanya."