Chereads / HARGA DIBALIK TIRAI / Chapter 12 - BERSAMAMU TERASA AMAN 1

Chapter 12 - BERSAMAMU TERASA AMAN 1

Kinan tersadar. Ia bermimpi seorang anak kecil menarik tangannya saat akan jatuh ke dalam jurang. Namun, tak terlihat jelas wajah anak kecil itu.

Ia kemudian tersentak dan membuka mata, tubuhnya sudah diselimuti sebuah baju kemeja dan bagian pahanya ditutupi blazer kerjanya. Kinan menoleh ke kanan, Putra duduk bersandar di jok kemudi, satu tangannya menumpu pada sisi pintu mobil sambil menahan kepala sebelah kanan.

Putra menoleh ke sebelah kiri saat mendengar Kinan bergerak, gadis itu menyetel kembali jok di sebelah.

"Dimana ini?" tanya Kinan sambil memegang pelipisnya.

"Parkiran…"

Putra menjawab acuh. Ia sama sekali tak melihat ke arah lawan bicaranya. Pandangannya justru sibuk dengan ponsel yang dari tadi ia mainkan.

"Iya gue tau, tapi parkiran dimana?"

Kinan meninggikan suaranya, dan hal tersebut membuat Putra meletakkan ponsel dan memandangnya sangar.

"Hotel A!"

Kinan menatap Putra bingung, "Ngapain bawa gue ke sini?"

"Karena yang gue tau loe pulangnya ke sini!"

Putra kembali meraih ponsel, dan duduk seperti tadi, bersandar sambil memainkan gadget.

"Eh, antar gue pulang!"

Kinanti memegang lengan Putra dan menggoyangnya.

"Bisa nggak loe minta tolong baik-baik!"

Pemuda itu terkesan jutek sekali, sangat berbeda dengan dirinya saat awal-awal mendekati Kinan. Gadis yang lebih tua dua tahun darinya itu pun semakin bertambah heran dengan kepribadian Putra.

"Handphone gue…? handphone gue di mana?"

Kinan mencari-cari ponselnya. Benda itu tampak teramat penting.

Putra tersenyum sinis melihat tingkah perempuan yang sudah ia tolong itu. Lalu memberi kode dengan gerakan kepala ke arah dashboard di depan Kinan. Kemudian ia sandarkan lagi tubuhnya.

"Cowok loe udah panik, nelponin dari tadi." katanya kemudian.

Kinan kaget. Apa katanya tadi, cowok?

Darahnya tersirap, ia lalu mengecek panggilan yang masuk. Berkali-kali panggilan tak dijawab, lalu satu kali panggilan masuk, dari MeTi. Pukul sepuluh malam, saat ini sudah pukul sepuluh lewat dua puluh menit. Artinya, telepon itu diangkat saat ia tak sadarkan diri. Dan yang mengangkatnya…

Kinan mengangkat wajah melihat ke arah Putra yang sudah menatapnya sedari tadi. Tatapan sinis, benci atau merendahkan. Entahlah, yang pasti Putra sangat kesal padanya.

"Loe… loe udah…"

Belum lagi selesai ia bicara, Putra sudah mengangguk. "Ya. Gue seperti kenal suara itu."

Putra memutar tubuhnya ke kiri. Tangan sebelah kanan melingkar di stir mobil.

"Pilihan loe, mau gue tinggal di sini dan suruh MeTi jemput loe? atau gue antar loe ke rumah loe sebenernya?"

Kinan berkeringat dingin. Hah! Identitas Toni apa sudah terbongkar. Pemuda ini bilang mengenal suara MeTi.

"Kalau loe tetep diam! silahkan keluar!"

Terdengar suara kunci pintu mobil terbuka. Kinan sedikit terperanjat, ia sedang gugup.

"Antar gue ke rumah… please!"

Suara Kinan terdengar tercekat. Tak ada pilihan selain tetap bersama pemuda yang belum ia tahu namanya itu, namun saat bersamanya kini, Kinan merasa bahwa ia aman dan baik-baik saja. Mengingat kejadian tadi, ia hampir diperkosa tiga pria jahat. Diperkosa itu menyakitkan.

Beberapa saat Putra diam. Ia sudah duduk ke posisi wajar, memasang seatbelt, dan akan bersiap menghidupkan kembali mesin mobil.

"Apa Bank Kring itu milik keluarga loe?"

Tiba-tiba saja Putra terlintas menanyakan hal yang sepele dan tidak ada urusan apa-apa dengannya. Namun, karena tenaganya sudah terkuras, bahkan mengorbankan Keysha yang maghnya sampai kambuh demi menemani dirinya mencari keberadaan Kinan, seharian ini. Tetapi, pemuda itu justru menemukan Kinan, di sebuah restoran sebelah showroom mobil, di jam kerja.

Kinan menatapnya bingung.

"Hidup loe seenaknya aja di sana!" ketus Putra menambahkan.

"Tolong jangan asal bacot, kalo loe nggak tau masalahnya. Bisa kan!"

Dasar Kinan, bahkan di posisi terjepit begini pun ia masih sanggup nyolot.

"Emang nggak tau balas budi loe ya?"

Dan entah kenapa, Putra pun terpancing untuk meladeni gadis yang setengah psyco ini.

Kinan menarik nafas dalam, "Buka pintunya, gue turun di sini!"

Putra pun membuka kunci dengan kesal. Seolah memersilahkan gadis itu keluar.

Kinan lalu keluar dan membanting pintu mobil Putra. Ia kemudian berjalan kaki keluar basemant Hotel A. Emosi yang sedang memuncak membuatnya tak peduli dengan apapun untuk sesaat. Ia berjalan saja walau hujan sudah mulai turun membasahi bumi.

Sementara Putra masih berada di parkiran. Putra benar-benar tidak bisa mengendalikan amarahnya. Selain mengetahui rahasia Kinan, ia juga tak percaya bahwa tabiat perempuan itu sungguh sangat buruk.

"MeTi… Om Toni?"

Putra sejujurnya masih meragukan kebenaran itu. Ia ingin memastikan lebih jelas lagi. Tadi itu, saat mengangkat telepon ke enam kalinya dari MeTi yang masuk ke HP Kinan. Sempat membuatnya terkejut dengan suara di seberang, yang langsung menanyakan apa yang sedang dilakukan Kinan.

Saat ia menjawab, telepon itu langsung terputus.

Kilatan petir tampak hingga parkiran basemant hotel. Putra tersentak dari lamunan. Apa di luar hujan?

Ah sial… Gadis itu…!

Putra menghidupkan mesin mobil dan melaju keluar.

Di persimpangan ia ragu harus ke arah mana. Kinan tak terlihat wujudnya. Apa dia berbelok ke kanan?

Putra segera memutar mobil dan menyusuri jalanan yang sudah basah sedari tadi. Hujan yang turun benar-benar deras. Ia memukul stir, seharusnya tak ia biarkan Kinan keluar dan pergi sendiri.

Lalu, kenapa dia peduli, biarkan saja…!

Hah!

Putra berteriak, ia kesal dengan dua sisi dalam dirinya yang saling bertolak belakang. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk tetap mencari Kinan, mengantar gadis itu pulang setelahnya. Kondisi perempuan itu pasti masih sangat lemah.

Cukup lama Putra mencari, ia bahkan memutar ke arah lain, lalu kembali ke jalan sebelumnya, karena menurut analisa, jalan seberang yang ia tempuh, tak mungkin dilalui Kinan sejauh itu, apalagi dengan berjalan kaki. Sementara di jalur pilihan awalnya, ada sebuah persimpangan, bisa saja Kinan ke sana.

Segera Putra menyusuri jalan itu. Ia sempat begitu cemas, tak juga menemukan tanda-tanda keberadaan Kinan. Saat melihat spion, Putra terkejut, kenapa ia bisa melewatkan gadis itu yang sudah tersandar di sebuah tiang. Menopang tubuh yang hampir jatuh di tengah guyuran hujan.

Putra memundurkan mobil, tidak ada lawan dari arah belakang. Ia turun, dan dengan sigap menangkap tubuh Kinan yang hampir terjatuh.

Kinan tak punya pilihan selain menjatuhkan diri dalam pelukan Putra. Tubuhnya benar-benar sangat lemah. Ia tak lagi punya tenaga untuk bangkit atau melawan.

Putra kemudian membawa gadis itu kembali ke dalam mobil, dan menidurkannya di jok belakang. Pemuda itu benar-benar kebingungan sekarang dengan apa yang harus diperbuatnya.

Kemana harus diantarnya Kinan untuk pulang?

***

***