Musim dingin, 2016.
Naomi melihat segerombolan orang-orang berpakaian pesta memasuki gedung hotel The Plaza dari dalam mobil. Ia menggigiti kuku jemarinya dengan cemas kemudian menghela napas panjang.
"Naomi, kau sudah melakukan itu selama lima belas menit terakhir. Aku sudah berputar mengelilingi jalan 5th Avenue selama lima kali. Kita harus berhenti di suatu tempat sebelum dicurigai sebagai teroris." Scott yang mengemudikan mobilnya mengeluh dengan kesal lalu berhenti di pinggir jalan tak jauh dari hotel. Setelah menarik rem tangan mobil, Scott berpaling pada Naomi, "Sebenarnya apa yang membuatmu begitu gugup? Dia mengundangmu dan kau pasti ditunggu di dalam sana. Apalagi orang-orang tahu kalau kau tunangannya, kau pasti mendapatkan perlakuan istimewa."
Naomi melirik Scott dengan tajam. "Aku tidak gugup, Scott. Aku hanya...," Naomi menunduk menatap gaun sutera berwarna putih miliknya lalu melanjutkan, "...tidak terbiasa dengan semua ini. Lagipula, siapa di dunia ini yang merayakan ulang tahun perusahaannya seperti The Great Gatsby? "
"Nick. Dan dia mengundangmu. Sekarang, ayo turun dan bebaskan aku agar aku bisa menemui Michelle." Scott tersenyum memohon sambil mengusap-usap telapak tangannya.
"Mungkin ini ide yang buruk. Kau bisa bilang pada ibuku kalau aku menghadiri acaranya dan aku tidak perlu masuk ke sana. Jika kau melakukan itu, kau memberikan solusi kepada kedua belah pihak -ibuku dan aku. Bagaimana?" Naomi balas tersenyum memohon pada Scott yang kemudian menggeleng.
"Tidak bisa, Naomi." Scott mengerang kemudian melepas sabuk pengamannya. "Jujurlah padaku, sebenarnya apa yang tidak kau sukai dari lelaki itu? Maksudku, dia tinggi, tampan, pengusaha sukses dan dia hanya dua tahun lebih tua darimu. Dia tidak terlihat seperti orang jahat, bukankah dia tidak memiliki kekurangan? Kalau aku gay, aku mungkin akan menikah dengannya kalau kau tidak mau. Jadi, apa yang membuatmu ragu-ragu?"
"Masalahnya aku sedang tidak tertarik untuk berkencan dengan siapapun, apalagi menikah! Aku sedang tidak ingin dekat dengan pria manapun, Scott. Karena itu aku tidak nyaman. Dan karena dia tidak memiliki kekurangan, itu membuatnya lebih mencurigakan dari apa yang sudah kelihatan." Naomi bersedekap sambil memberengut kesal. "Selamatkan aku, Scott."
Scott terdiam sejenak sebelum menyahut, "Naomi, kau sudah seperti adikku sendiri dan seandainya saja Nicholas Boucher itu terlihat menyeramkan atau setidaknya memperlakukanmu dengan tidak baik, aku mungkin setuju untuk bersekongkol denganmu dan menyelamatkanmu dari ini semua. Sayangnya, aku ada di sisi ibumu dalam hal ini. Nick pria baik-baik dan aku mendoakanmu untuk menikah dengannya. Jadi...," Scott membuka pintu, turun dari mobil lalu buru-buru membukakan pintu untuk Naomi. "...sekarang turun dari mobil kodokmu dan pergilah ke pesta itu. Aku akan memastikan kau masuk ke gedung itu dan menemui Nick sebelum aku pergi."
Naomi melemparkan tatapan dongkol kepada Scott sebelum akhirnya mengangkat gaunnya dan turun dari mobil Volkswagen Beetle miliknya dengan gusar. "Aku tidak akan memaafkanmu."
"Aku tidak perlu dimaafkan." Scott tersenyum unjuk gigi. "Kau akan berterimakasih padaku suatu hari nanti."
Scott menggiring Naomi menyeberang jalan dan berjalan bersama menghampiri gedung hotel The Plaza yang kini ramai dengan tamu-tamu undangan berpakaian pesta yang mewah. Naomi menggigit bibir lalu menghela napas ketika ia sampai di meja penerima tamu.
"Naomi Carter," Naomi menyebutkan namanya dengan bimbang kemudian pegawai yang duduk di balik meja langsung berdiri dengan sigap.
"Miss Carter? Anda sudah ditunggu," pegawai perempuan itu tersenyum pada Naomi dan memberikan isyarat untuk mengikutinya. Naomi menoleh pada Scott yang mengacungkan ibu jarinya sambil berkata, "Semoga beruntung!" tanpa suara.
Sambil menggenggam tas pesta di sebelah tangan dan menjinjing rok gaun panjangnya dengan tangannya yang lain, Naomi mengikuti pegawai hotel dengan gelisah.
Entah apa yang membuatnya memutuskan untuk datang ke sini setelah lelaki itu membuatnya menunggu lama pada kencan pertama mereka. Kekecewaan yang diberikan Nick membuat Naomi hampir membenci lelaki itu, namun ada sebagian kecil, sangat kecil, dari dirinya yang meyakini kalau lelaki itu tidak berbohong soal penjelasannya hari itu. Dan sepertinya bagian kecil dari dirinya itulah yang meyakini dirinya untuk menghadiri pesta perayaan ulang tahun perusahaan The Boucher Corporation hari ini. Mungkin, lelaki itu berhak mendapatkan kesempatan kedua. Mungkin, Naomi akan berpikir untuk memulai lagi dari awal.
Pegawai hotel yang memimpin langkahnya, membawa Naomi ke sebuah ruang tunggu yang terletak di belakang ruang aula, tempat pestanya diadakan. "Anda bisa menunggu di sini, Mr. Boucher akan datang."
Naomi hanya mengangguk ketika pegawai hotel itu pergi dan meninggalkannya berdiri di depan pintu. Setelah bergeming selama beberapa detik, Naomi menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya meraih gagang pintu dan menariknya turun. Pintu ruang tunggu itu terbuka sedikit, ada suara di balik pintu yang membuat Naomi menahan diri untuk tak membukanya. Suara perempuan... yang disusul dengan suara berat laki-laki... yang terdengar familiar. Itu suara Nick.
Naomi mencondongkan tubuhnya ke ambang pintu untuk mengintip ke dalam.
"Oh, ayolah, Nick. Aku yakin aku bukan satu-satunya yang merasakan ini di antara kita berdua. Kau juga merasakannya dan kau harus berhenti menyangkalnya." Naomi samar-samar dapat mendengar suara wanita dari dalam berkata.
Lalu Nick menjawab, "Semuanya sudah berubah, Adele. Mungkin aku merasakannya, dulu. Tapi, aku tidak yakin lagi."
"Oh, jangan berbohong. Kau tahu kau tidak pandai berbohong."
"Aku akan menikah."
Terdengar suara tawa Adele yang nyaring tak lama kemudian, "Dengan wanita pilihan ibumu? Dan kau menyetujuinya?"
Hening. Nick tidak menjawab. Reaksi itu membuat Naomi hampir melangkah mundur.
"Oh, Nick. Di dunia ini tidak ada pernikahan sukses yang berawal dari perjodohan. Kau harus saling mencintai untuk bisa menikah. Saling mencintai, seperti kita."
Selama beberapa detik yang panjang, Naomi tak dapat mendengar apapun. Rasa ingin tahu yang tak dapat dibendungnya, membuat Naomi mendorong pintu secara perlahan. Sedikit demi sedikit celah pintu yang melebar memunculkan bayangan Nick dengan tuxedo hitamnya dan seorang perempuan dalam balutan gaun merah sedang... berciuman.
Kedua mata Naomi melebar, kaget. Ia menutup mulutnya yang terbuka karena syok. Kemudian ia sadar kalau pintu yang ia tahan sudah setengah terbuka. Tak ingin menginterupsi, Naomi buru-buru menutup pintu dengan amat perlahan, berusaha tak mengeluarkan suara. Begitu meyakini pintu sudah tertutup rapat, Naomi berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Kedua kakinya bergerak lebih cepat ketika Naomi merasakan detak jantungnya berdegup sangat kencang. Ada bagian dari dirinya yang memberikannya rasa sesak di dada, membuat wajahnya memerah padam.
Naomi berjalan menuju pintu keluar dengan perasaan yang kacau. Ia berharap Scott masih ada di sekitar hotel agar ia bisa langsung pulang dan meluapkan kekesalannya dengan sekaleng bir atau semacamnya, namun, saat ia berhasil menginjakkan kaki di luar gedung, Naomi tak mendapati Scott dimana pun.
Naomi berdiri di pinggir jalan, mematung dalam hiruk pikuk pejalan kaki yang padat. Hari sudah malam, langit sudah gelap dan hawa musim dingin yang mulai mencekam membuat Naomi menggigil. Orang-orang di sekelilingnya berisik membicarakan salju pertama yang turun malam itu, semua kecuali Naomi yang masih tak mempercayai penglihatannya.
Rupanya ia tidak salah. Segala kecurigaan yang ia miliki tentang Nick memiliki alasannya tersendiri dan alasan itu mendapatkan pembenaran dari apa yang baru saja ia saksikan. Nicholas Boucher memang bukan lelaki yang baik.
***
Nick mendorong Adele, melepaskan dirinya dari pelukan wanita berambut merah itu dengan perlahan. "Maaf, Adele. Tapi mungkin kau benar, semuanya sudah berubah."
Awalnya Adele hanya tersenyum, meyakini kalau Nick hanya menyangkal, seperti yang selalu dilakukan pria itu. Namun saat ia menyadari kedua mata Nick memancarkan sinar yang tak pernah ia lihat sebelumnya, Adele yakin Nick sedang tidak berbohong. "Kau menyukainya," ujar Adele, sambil mendesah tak percaya.
"Aku tidak tahu." Nick melangkah mundur. "Tapi yang pasti, aku ingin mengenalnya. Dan kalau aku beruntung, mungkin aku ingin diberi kesempatan untuk menyukainya."
Adele menggeleng, lemah. "Kau tidak seperti Nick yang kukenal."
"Ya, dan mungkin kaulah penyebabnya."
Nick membenarkan posisi tuxedonya kemudian berjalan keluar dari ruang tunggu, menuju ruang aula.