'Aku layaknya udara yang tak terlihat, tak dapat digenggam, namun aku ada~' Leofia.
***
Planet Matahari,
Di planet ini semua tampak ramai nan damai. Sana sini kamu akan disuguhkan pemandangan yang indah. Semua orang begitu ramah, baik dan murah akan senyuman. Namun tidak dengan pria cantik dalam rombongan penglana itu.
Wajahnya kaku dan dingin. Tak ada senyum dan kelakar yang berniat keluar dalam mulutnya. Mereka terus berjalan tanpa ada niat berhenti. Panas dan terik terus mengiringi langkah kaki mereka. Semakin terik maka semakin bagus bagi salah satu dari mereka. Memang! Bagi seorang yang berelement api akan sangat menguntungkan jika mendapat hawa yang panas.
Hawa panas adalah sumber energi mereka. Ditengah semangatnya sosok itu, kedua temannya malah sebaliknya. Mereka memiliki element yang berbeda, sehingga panas menurunkan energi mereka. Mereka terus berjalan walau sudah sepi orang yang berlalu lalang.
"Fia, tidak bisakah kita beristirahat sejenak? Aku lelah!" rengek seorang pria cantik. Sebenarnya jika dilihat dari logatnya, fia bukanlah seorang pria. Lebih tepatnya dia adalah seorang gadis yang menyamar. Begitu juga dengan orang yang dia tanya, pria itu adalah wanita.
"Berhentilah mengeluh Lunax! Kita hampir sampai pada penginapan, andai kau tidak ceroboh! maka mungkin kita tidak perlu singgah di sini. Dan lagi aku tak perlu repot dengan kompetisi yang ayah raja adakan," ucapnya datar.
"Tuan putri yakin kita akan menunda keberangkatan dan menyaksikan lomba dulu? Bagaimana jika benar dugaan hamba bahwa yang mulia hanya ingin memancing kehadiran putri?" tanya seorang pria yang sesungguhnya. Dia bukan pria cantik, dia hanya menyamar dengan kumis dan janggut tambahan.
"Aku tahu ini bukan jebakan, aku hanya ingin melihat saja. Lagipun aku hanya ingin mencari anggota tambahan. Siapa tahukan ada yang ingin ikut bergabung?" jelasnya.
"Fia, bukankah kita sama saja dengan menyerahkan diri jika kita datang kesana?" tanya Lunaxia tidak habis pikir. Dia tidak ingin tertangkap dan dapat hukuman. Dan dia entah mengapa sangat menginginkan pertualangan ini. Dia merasa dapat menemukan ikatan setelah memutuskan untuk berpetualang bersama Leofia.
"Tidak akan ada yang mengenali kita kecuali, kakakku. Tapi tenang saja karena dia penjaga rahasia yang handal. Dan kita juga bisa dapat informasi dari dia tentang kompetensi ini." Jelasnya lagi.
Setelahnya tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Mereka terus berjalan sampai mereka berhenti pada sebuah bangunan yang indah. Banyak tanaman hias dan tanaman rambat disekitarnya. Ada juga kolam ikan didepan rumah itu. Ada jembatan untuk meyemberangi kolam ikan itu.
Rumahnya tersusun dua tingkat dengan tangga melingkar menuju keatas rumah. Rumah itu tidak memiliki pintu dari bawah, pintunya ada diatas setelah tangga. Setiap jendelanya tidak bisa di buka. Jendela itu terbuat dari kaca yang menyatu dengan tanaman.
"Fia, ini sungguh penginapan rahasia yang kau buat sendiri? Ini sungguh indah!" kagum Lunaxia.
Leofia hanya mengangguk sedikit lalu menyebrangi jembatan melengkung didepannya. Diikuti juga dengan Yi Sun Shain di belakangnya. Mereka masuk kedalam kerumunan bunga yang indah. Sedangkan Lunaxia masih menikmati pemandangan yang indah tanpa menyadari kepergian temannya.
Taman di sekitar rumah itu di penuhi dengan bunga api emas yang langka. Bunga itu berbentuk seperti bunga lotus dipadukan dengan bunga anggrek. Warnanya oranye cerah di bagian pinggir dan biru laut di tengah. Bentuknya merambat pada pohon Cendana yang tinggi.
Saat Lunaxia sadar jika dia di tinggal sendiri. Dia langsung berlari menyebrangi jembatan, dan masuk kedalam rumah. Walau penuh rintangan dan hampir terjatuh di tangga, akhirnya Lunaxia melihat dua temannya tadi. Saat ini mereka sedang duduk di meja makan, dan didepannya ada hidangan yang lezat.
Bahkan saat ini tiga hewan peliharaan mereka sudah sibuk dengan santapan masing masing. Melihat fenomena ini Lunaxia mengerucutkan bibirnya ke depan. Tidak ada dari temannya yang peduli dengan dirinya yang sekarang berantakan. Bahkan tidak ada yang mendengar suara saat dia tadi sempat jatuh dari tangga.
"Kalian, kenapa kejam sekali?" ucapnya geram. Tangannya terkepal erat, selagi semua orang memandangnya. Matanya berapi dan di penuhi rasa amarah yang tinggi. Dia mendekati meja itu, berdiri didepan mereka semua.
"Kalian meninggalkan ku sendirian diluar, kalian tidak sadar jika ku terjatuh dari tangga, aku menabrak dinding, hampir masuk kolam ikan, dan yang lebih parah lagi kalian makan tanpa mengajakku!" makinya. Dia meluapkan segala emosinya dengan cacian dan segala ucapan. Semua kata itu dia ucapkan dalam satu tarikan nafas.
Tangannya menyentuh meja dengan kasar. Tidak terjadi apapun selama beberapa saat, sebelum angin kencang sedikit menerbangkan hordeng di jendela. Angin itu semakin menjadi dengan jailnya mengangkat beberapa benda dalam ruangan. Semua orang menatap cemas kearahnya yang sedang mengamuk.
Bahkan tiga hewan tadi sudah melompat ke belakang tubuh Leofia. Meja mulai bergetar dan tiba tiba terhenti begitu saja. Didepan gadis itu sudah ada sebuah piring dengan daging panggang didalamnya, "Makanlah!" ucap Leofia santai. Dia sudah biasa dengan gadis ini dan dia tahu cara mengatasinya yang sedang mengamuk.
Lunaxia yang tadi marah langsung diam layaknya kucing yang sedang di elus. Dia makan dengan wajah sumringah tanpa memedulikan penampilannya. Rambutnya yang acak acakan, bajunya yang lusuh dan kotor, sungguh menjijikkan! Apalagi dia makan dengan kedua tangannya itu yang belum tahu sudah di cuci atau belum. Dan dia makan layaknya sudah setahun tidak makan saja.
Selagi dia sibuk makan tanpa peduli sekitar Yi Sun Shain bertanya pada Leofia, " Dari mana Putri tahu jika makanan dapat meredakan emosinya?" ujarnya penasaran. Dan dia masih saja berulang kali menyebut Leofia putri padahal, sudah di terangkan oleh Leofia jika dia cukup menyebut namanya saja. Dan kalian pasti bertanya tanya mengapa Yi Sun Shain bisa ikut dan tidak pulang melapor? Tentunya dia sudah diancam, dan itu sesuatu yang membuat pria itu tunduk sepenuhnya.
***
Di tempat lain semua orang sedang berlatih pada lapangan yang telah kerajaan sediakan. Hanya seorang pria yang menjauhi kerumunan itu, dia berlatih sekitar 600 meter dari sana. Tongkat panjangnya terayun kesana kemari. Wajahnya tegas, tanpa senyum menyertai. Fokusnya pada latihan tidak dapat diganggu gugat.
Gerakan demi gerakan nya lincah dan mematikan lawan. Tubuhnya gesit tanpa ada gerakan kaku dan patah. Tak jauh darinya seorang gadis menatapnya takjub. Wajahnya yang hanya terlihat dari depan pohon besar itu. Senyum tak lepas setiap kali dia melihat sosok tampan itu. Sudah beberapa hari ini dia mendapat pemandangan yang indah.
Tubuh pria itu yang tinggi dan proporsional sangat seksi dan menggoda bagi gadis itu. Belum lagi tetes demi tetes keringat yang memenuhi wajah putihnya yang tampan itu. Setiap keringat itu semakin menambah kesan seksi padanya. Gadis yang mengintip itu menggigit bibir bawahnya. Entah mengapa dia bisa berpikiran liar hanya dengan melihat wajah penuh keringat itu.
"Dia sangat tampan! Siapa kah namanya? Kenapa setiap dia selesai latihan dia tidak pernah punya waktu berbicara padaku?" ucapnya yang dari girang berubah menjadi murung. Pasalnya sudah beberapa hari ini dia mengintip dan akan mencoba mengobrol pada lelaki itu. Sayangnya pria itu pergi bahkan sebelum dia sempat keluar dari persembunyiannya.
Berteriak pun hanya berakhir sia sia karena telinganya seakan tuli. Sudah beberapa kali dia mencoba dan mencoba berteriak. Tapi memang dasar dia tuli kali!? Tiba tiba dia merasakan ada sesuatu yang menjalari kakinya. Dia menunduk dan menatap kakinya, wajahnya kini pucat dan dia berteriak. Dia melompat lompat dan akhirnya keluar dari persembunyiannya.
Saat dia masih berteriak keras dan melompat tidak jelas. Dia juga merasakan sesuatu lagi. Kali ini dia merasakan ada sesuatu yang menempel pada bahu kirinya. Sontak hal itu membuat dia semakin berteriak histeris. Dia mengangkat tangan kanannya untuk menepiskan sesuatu yang menempel di bahu kirinya.
Ada ekspresi aneh diwajahnya, dia langsung membalikkan badannya. Dan ternyata yang ada di bahu kirinya itu bukan hewan melata seperti ulat di kakinya tadi. Tapi kali ini adalah sebuah tangan! Tangan ini mungkinkah milik lelaki tadi? Dan ternyata setelah dia membalik badannya, ternyata ya~
.
.
.
.
***