Kau Nakhodaku dan Aku Penumpangmu

🇮🇩Ciki_23
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 239k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Tertarik

"Jangan nangis oke?"

"Gimana kagak nangis, gara-gara lu gue dihukum bersihin toilet! Mana toiletnya bejibun lagi! Hiks ... hiks ...," tangis gadis berambut hitam kemerahan tu.

Dia Melodi Auristela. Gadis berandal tetapi cantik, bodoh tetapi menggemaskan, sering membuat orang naik darah tetapi banyak sekali kata 'Tetapi' yang menyangkal kekurangannya. Dia gadis cantik di luar. Di luar saja! Di dalamnya kalian akan nilai sendiri nanti.

"Sabar Bund," ujar Rena si biang dari masalah. Dia yang membuat Melodi terseret membersihkan toilet.

Dimulai dari Rena yang tidak terima dihukum buk Inem, guru sejarah karena tidak mengerjakan PR. Alhasil dia mengadukan Melodi yang menyontek PR-nya Celsi si bendahara kelas demi tidak ikut dihukum, dan keduanya pun berakhir di sini. Membersihkan toilet umum yang baunya Naudzubillah. Karena banyak yang 'Menyetor' tetapi jarang menyiram setorannya.

Melodi sedari tadi menangis, mengingat bagaimana sulitnya ia memohon pada Celsi demi PR sejarah itu. Dikarenakan ia yang takut dihukum buk Inem yang sifatnya garang seperti orang yang tengah sakit gigi. Pupus sudah segala usahanya, penyebab sahabat laknatnya itu.

"Udah dong, Sat! Nangis mulu lu ah! Katanya sahabat, kalau sahabat harus nemenin terus dong baik susah maupun seneng. Nah ini contohnya, nemenin gue yang lagi susah," ucap Rena tanpa dosa.

"Bacot lu hiks ... hiks ...."

Keduanya kembali fokus membersihkan toilet. Dengan segala kekuatan ketahanan nafas menghirup ruangan yang berbau harum semerbak bunga tahi ayam itu.

***

Kring ...!

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Inilah yang ditunggu-tunggu Melodi sejak tadi. Waktunya dia pulang, melepas rindu pada kasurnya tercinta.

"Emak! I'm coming ...!" teriakan cempreng gadis cantik itu keluar kelas. Siapa lagi kalau bukan Melodi Auristela, primadona sekaligus bocah paling nakal di sekolah.

"Berisik! Kuy, pulang!" ajak Rena menarik paksa Melodi hingga tubuh kecil gadis itu terseret karena panjangnya langkah Rena.

"Selow, bangke! Mentang-mentang badan bongsor seenaknya aja narik gue yang kecil."

"Dih nyadar juga lu," balas Rena menyeret Melodi ke parkiran.

Sesampai di parkiran, tiba-tiba mereka di hadang oleh motor kawasaki ninja berwarna hitam. Seseorang yang mengendarainya membuka kaca helmnya. Tersenyum menatap Melodi membuat gadis itu juga tersenyum senang.

"Pulang bareng, yuk!"

"Gitu kek jadi pacar!" sahut gadis itu santai membuat Rena geleng-geleng.

'Nih anak sama pacar sendiri sama bar-barnya, ya. Udah kayak sama gue aja ngomongnya,' batin Rena.

Melodi berjalan mendekati Dito, naik ke atas motor itu, mengangkang meski roknya pendek. Membuat Rena melotot melihat paha mulus itu terekspos. Tetapi tidak dengan Melodi sendiri, gadis itu biasa saja dan malah langsung memeluk pinggang Dito dari belakang.

"Duluan!" pamit Dito tersenyum pada Rena. Rena hanya mengangguk, berusaha menetralkan ekspresinya yang tengah tercengang tadinya.

"Gila tuh bocah!" gumamnya berjalan ke motor Scoopy pink miliknya.

***

Dito menghentikan motornya tepat di pekarangan rumah Melodi. Rumah mewah yang baru direnovasi dua bulan yang lalu oleh arsitektur ternama. Orang tua Melodi adalah orang yang kaya, jadi tidak heran kalau rumahnya terlihat mewah.

"Makasih, Dit," ucap Melodi tersenyum cerah.

"Sama-sama, lain kali kerjain PR. Malu gue punya cewek goblok kayak lu," ucap Dito terlihat biasa. Lelaki itu tahu tadi Melodi dihukum buk Inem.

"Bangsat, lu! Pintar dikit dari gue aja udah gini, gimana kalau pinter beneran dan juara umum mulu. Udah pasti bukan gue 'kan yang lu pacarin?!"

"Ya gak gitulah, Sayang. Aku cinta kamu tulus. Gak mandang fisik, apalagi materi."

"Bacot lu, kesel gue." Melodi berjalan masuk ke rumah tanpa menghiraukan Dito. Begitulah mereka, terlihat tidak seperti orang berpacaran lainnya. Kadang bertengkar tidak jelas, setelah itu merajuk tidak jelas juga. Kekanakan kesimpulannya.

"Mampus lu Dit, ngambek lagi cewek lu," gumam lelaki itu mengejek dirinya sendiri. Lelaki itu menggeleng berusaha 'tak ambil pusing. Kembali dihidupkannya motornya dan mulai melaju pergi dari sana.

'Ntar bujuk ditelepon,' batin Dito sambil mengendara.

***

Di lain tempat Melodi tengah membuka sepatu sekolahnya, lalu meletakkannya di rak dekat pintu utama.

Gadis itu berjalan menenteng tasnya melewati ruang tamu yang di isi orang tuanya dan tamu. Entah siapa Melodi tidak pernah peduli.

"Eh, main nyelonong aja, salamnya mana?" tanya Bunda Melodi. Diana, yang langsung membuat gadis cantik itu berhenti. Menatap malas Bundanya lalu menghela nafas dalam. Melodi berbalik, mendekati Bunda dan Ayahnya untuk menyalam.

"Assalamualaikum, Bunda, Ayah," ucapnya lalu berpamitan pergi. Gadis itu sama sekali tidak peduli dengan seseorang yang tengah memerhatikannya di sofa.

"Walaikumsalam," jawab keduanya bersama tamu yang duduk di sofa itu serempak, menatap kepergian Melodi.

"Dia Melodi, anak Om," ucap Reno, ayah Melodi. Pemuda yang tengah diajak Reno berbicara itu mengangguk paham.

"Maaf ya Nak, kalau Melodinya agak kurang sopan," sela Diana yang merasa anak gadisnya tadi tidak bersikap sopan di depan mereka. Sehingga membuat pemuda yang duduk di sofa itu memerhatikan Melodi terus menerus.

Pemuda yang bernama Dareen Oliver Aldari itu tersenyum mengangguk. Ia paham bagaimana sifat asli gadis itu, lelaki itu bahkan sudah lama mengenal watak Melodi.

'Cantik tapi bandel,' batinnya menatap punggung Melodi yang mulai lenyap dari ruangan.

TBC.