Chereads / Kau Nakhodaku dan Aku Penumpangmu / Chapter 7 - Perjanjian

Chapter 7 - Perjanjian

"Sudah saya bilang jangan pakai baju ini lagi! Kamu 'kan tau baju ini kekecilan, bahkan saya juga sudah belikan baju baru buat kamu!"

"Bajunya kebesaran!" balas Melodi menantang Dareen yang tengah menatapnya emosi.

"Harusnya kamu sadar maksud saya memberi kamu baju itu. Harusnya kamu sadar kenapa baju itu panjang dan kebesaran buat kamu, dan harusnya kamu sejak waktu itu juga sudah sadar apa maksud saya beri kamu kerudung Melodi! Saya benci wanita yang memamerkan lekuk tubuhnya pada orang lain, saya tidak ingin calon istri saya begitu!" bentak Dareen yang kesekian kalinya. Membuat mata Melodi berkaca-kaca. Berusaha gadis itu menahan air matanya agar ia tidak kelihatan lemah di depan Dareen. Kakinya maju selangkah, mendekat pada tubuh Dareen. Matanya juga 'tak lepas dari Dareen. Membuat lelaki di depannya itu terpaku pada tatapan Melodi.

"Harusnya lo juga sadar kalau gue bukan wanita yang pas buat lo. Harusnya lo gak perlu milih gue! Gue gak suka sama lo, lo gak suka sama gue, jadi buat apa kita pertahanin perjodohan ini. Hentiin ini semua, cari gadis lain yang cocok sama lo, gak usah ngekang gue terus. Gue gak--"

"Saya tidak bisa," potong Dareen menundukkan wajahnya. Membuat Melodi tersenyum miris, lalu mendongakkan wajahnya untuk menahan air matanya.

"Terserah lo aja deh! Intinya gue gak suka sama lo! Gue gak pernah ingin perjodohan ini, dan gue benci lo!" ucap Melodi berjalan meninggalkan halte tempat ia menunggu Dareen sepulang sekolah.

"Melodi! Kamu mau kemana?!"

"Melodi tunggu!" panggil Dareen, berusaha mengejar Melodi.

Lelaki itu terus mengejar hingga akhirnya dapat meraih tangan Melodi, kaki mereka seketika berhenti melangkah.

"Kamu pulang sama saya, saya sudah janji pada Om Reno," ucap Dareen menatap Melodi.

"Lepas!"

"Tidak!" Melodi berusaha menghempas tangan Dareen, tetapi tetap saja tidak dilepas oleh lelaki itu.

"Lo kira Lo siapa?! Gue bilang pergi! Jangan atur-atur hidup gue lagi!"

"Saya akan pergi jika kamu berubah."

"Jangan mentang-mentang keluarga gue punya hutang sama keluarga lo, dengan mudahnya lo ngatur kehidupan gue."

"Tidak ada sangkutannya dengan itu Melodi!"

"Terus apa kalau bukan gitu? Gue udah tau semuanya! Lo gak usah sok-sok bohongin gue!"

"Oke, tenang. Tenang dulu, kamu dengerin saya," ucap Dareen membuat Melodi akhirnya tenang. Cengkraman Dareen di pergelangan tangan Melodi melonggar, lelaki itu mulai melepaskannya. Menatap lekat Melodi, membuat gadis itu hanya diam membalas tatapan Dareen.

"Saya akan pergi, perjodohan ini akan saya gagalkan juga. Jika kamu berubah," ucap Dareen, membuat jantung Melodi terenyuh.

"Saya janji," ucap Dareen lagi. Melodi hanya terdiam, entah kenapa kata janji itu terasa mencabik-cabik hatinya. Aneh, padahal inilah yang Melodi inginkan, tetapi kenapa ia malah merasakan sakit setelah mendapatkannya?

"Mel?" Dareen terlihat kebingungan setelah melihat ekspresi Melodi saat ini.

"Eh iya? Oh, Oke! Gue bakal berusaha untuk berubah, dan t-tagih janji lo," balas Melodi, berusaha untuk terlihat biasa saja.

Dareen hanya mengangguk ragu, walau berat sebenarnya mengatakan hal itu, tetapi ia juga harusnya sadar. Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Toh juga tidak pasti kalau cinta itu akan tumbuh diantara mereka. Terlebih lagi disetiap pertemuan mereka selalu saja ada pertengkaran.

"Saya antar pulang ya ...," lirih Dreen, yang diangguki oleh Melodi.

***

Sudah dua hari sejak kejadian pertengkaran Melodi dan Dareen, gadis itu hanya berdiam diri di kamar setelah pulang sekolah. Ia malas keluar-keluar, pikirannya hanya mengarah ke-perkataan Dareen waktu itu. Kalau dipikir-pikir, memang banyak makna dari pemberian-pemberian lelaki itu. Dimulai dari dia memberi kerudung untuk Melodi, yang mengisyaratkan agar gadis itu berubah dengan mulai berhijab. Hingga waktu itu kembali lagi lelaki itu memberikan baju seragam sekolah yang panjang dan kebesaran untuk Melodi, yang mengisyaratkan agar gadis itu berhenti mengumbar lekuk tubuhnya pada orang-orang. Jika boleh jujur memang sebenernya Melodi sengaja mengumbar lekuk tubuhnya dulu, dengan berpakaian kurang bahan. Bahkan seragam sekolahnya yang lama itu sengaja ia kecilkan saat dulu. Mengikuti perubahan zaman.

Ting!

Dua hari berlalu akhirnya gadis itu mendengar notifikasi pesan yang sudah lama ia rindukan.

Om Dareen

Saya ke rumah kamu

Melodi hanya diam, bingung ingin membalas apa. Ditaruhnya ponsel pintarnya tersebut di atas meja belajar, lalu gadis itu berjalan menuju balkon kamar yang pintunya terbuka.

Gadis itu meregangkan tubuhnya sambil menatap pemandangan kota dari balkon kamar. Sudah lama rasanya ia tidak berdiri di sini, menikmati indahnya lampu-lampu kota jika dimalam hari. Tapi sayangnya sekarang belum menginjak malam hari.

Gadis itu melamun, membayangkan kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana ayahnya membicarakan hal yang dirahasiakan darinya di depan sangat bunda.

Flashback On.

"Ayah beneran yakin mau nikahin Melodi dengan Dareen? Bunda lihat kebahagiaan anak kita gak ada pada Dareen, Yah," ucap Diana, meletak teh hangat di atas meja ruang tamu. Teh itu untuk Reno, yang tengah duduk sambil menonton bola di Tv.

"Bunda kenapa nanya lagi? Bukannya udah kita bicarakan waktu itu?"

"Bukannya gitu, Yah. Apa gak ada jalan lain buat kita lunasi semua hutang kita? Tidak seharusnya 'kan kita memaksakan kehendak kita sendiri sementara anak kita tidak bahagia?" tanya Diana, mulai ragu dengan ke-inginan Reno untuk menjodohkan putrinya.

"Dareen bisa membahagiakan anak kita, Bun. Dareen udah janji sama kita, jadi gak usah takut. Anak itu bertanggung jawab. Bunda ingat 'kan, waktu kita membicarakan padanya untuk melunasi hutang itu, dia malah menolak keras dan lebih memilih meminta memperistri anak kita? Ayah tau, Bun. Dari sorot matanya yang memohon demi Melodi, sebenarnya dia cinta sama anak itu. Walau Ayah kurang tau apa sebab dia mencintai Melodi, padahal belum bertemu."

"Tapi, Yah--"

"Intinya kita harus yakin Bun, do'akan yang terbaik untuk anak kita," potong Reno, menatap yakin Diana. Diana hanya diam, mengangguk setuju pada akhirnya.

Ayah Melodi, adalah CEO Marketplace sebuah aplikasi belanja online yang terkenal di Indonesia. Akibat pandemi virus yang mengguncang seluruh dunia terutama Indonesia, saham perusahaanya anjlok. Yang mengakibatkan ia terhutang miliaran uang di-bank. Tidak lama hutang itu bertahan, karena datangnya seorang malaikat tampan yang membantu melunasi hutang-hutang tersebut. Bahkan ia memberi modal untuk ayah Melodi bangkit kembali. Dia Dareen, manusia arogan dengan sejuta pesonanya yang membuat banyak orang memuja dia kata seorang Melodi Auristela. Kecuali Melodi sendiri.

Hutang di bank pindah ke tangan Dareen, mengakibatkan kedua orang tua Melodi harus membayar segalanya kepada pengusaha muda yang kaya raya itu. Namun, semuanya tidak disetujui Dareen. Karena lelaki itu lebih memilih Melodi dibanding uang yang dijanjikan oleh Reno padanya. Ia ingin memperistri Melodi, itulah tujuan sebenarnya ia membantu keluarga Melodi.

Flashback Off.

TBC.