Di sinilah Dareen sekarang, duduk di ruang tamu bersama seorang lelaki muda yang ia temui tiga tahun yang lalu.
Suasana di ruang tamu itu terasa canggung. Dareen terus menundukkan wajahnya, berusaha menghindari tatapan introgasi dari Raka.
"Udah tiga tahun aja, ya. Gak nyangka gue lu bisa dapetin dia akhirnya," ucap Raka mulai membuka pembicaraan.
Dareen hanya diam, terlihat menghindari pembicaraan yang menjurus kemasa lalu itu.
"Sekarang gue udah tau, ternyata 'Dareen' yang dibilang Om Reno itu elu Bang."
"Cukup," sela Dareen tiba-tiba. Wajahnya yang menunduk tiba-tiba ditegakkan, netra tajamnya menatap lurus kearah Raka. "Jangan bahas itu lagi. Saya gak mau Melodi tau."
"Maksud lu? Jadi lu gak mau sepupu gue tau tentang diri lu dimasa lalu?"
"Udah biarin aja, Ka. Biar Melodi gak tau, saya mau seperti ini saja."
"Ya udah deh, Bang. Terserah lo aja. Intinya sekarang lu harus jaga baik-baik Melodi, jangan sampai tiga tahun lu buat dia hilang sia-sia gitu aja," ujar Raka menatap lirih Dareen. Dia tau jelas bagaimana Dareen dahulu, pengorbanannya dulu walau tidak pernah Melodi sadari.
Dareen hanya diam, berjanji pada dirinya akan tetap menjaga Melodi meski gadis itu pasti tidak akan bertahan dengannya nanti. Intinya ia hanya berharap pada takdir, yang mempersatukan ia dengan pujaan hatinya sebagaimana sang pujaan hatinya adalah tulang rusuknya sendiri.
"Papa masih di kantor, sedangkan Mama pergi ke pasar. Kayaknya kakak harus datang agak sore atau nungguin sampai sore di sini," ucap seseorang berhijab dengan pakaian tertutupnya. Siapa lagi kalau bukan Melodi, yang tengah hati-hati membawa minuman sirup jeruk dari dapur untuk Dareen.
"Guenya mana?" tanya Raka menuntut.
"Bikin sendiri, salahnya susu Frisian Flag gue lu habisin," balas Melodi terlihat ketus. Raka mendengus kesal sembari menatap sebal Melodi.
"Kakak ngobrol sama Raka dulu ya, aku ada perlu kekamar sebentar," ucap Melodi sebelum pergi dari sana, meninggalkan Dareen yang menatap kagum Melodi bersamaan dengan Raka.
"Tuh cewek makin banyak berubah sekarang," gumam Raka masih menatap kepergian Melodi.
"Hanya di depan saya, saya tau itu," balas Dareen tenang.
"Maksudnya?"
"Gak seperti yang kamu bayangkan, karena saya disini dia berubah. Di belakang saya dia tetap seperti Melodi yang dulu."
"Siapa bilang? Ngaco lu, Bang!" Dareen terlihat menaikkan satu alisnya, tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Raka.
"Selama gue disini, bukan selama lu disini. Melodi bener-bener berubah bagi gue. Kemaren sore dia shalat maghrib di kamar gue liat, terus isya dan subuh juga. Bahkan gue denger dia ngaji pas subuh-subuh. Pernah juga pas malam-malam dia disuruh Tante Diana keluar beli sate bareng gue, dan dia keluar tuh gak kayak dulu-dulu pake baju pas body. Tapi pake hijab dan baju tertutup. Terus tadi pagi juga gue liat dia berangkat sekolah pake baju seragam panjang yang tertutup sama hijab. Gue sempet kaget tadinya, gue kira dia cuma pencitraan, tapi setelah diliat-liat dia emang niat berubah kayaknya. Bahkan shalat lima waktu aja gue liat dia gak pernah ketinggalan."
***
Diana tengah mengupas dan memotong-motong apel di ruang tamu saat ini. Bersama keluarga tercintanya yang tak lain adalah Reno, Melodi, dan ditambah satu keponakannya yaitu Raka.
"Lu kapan pulang sih, Ka! Bosen gue liat lo mulu!" seru Melodi memakan apelnya.
Raka yang tengah mengunyah apelnyapun langsung melirik sinis Melodi. Lalu membalas, "Terserah gue, lah. Mau gue pulang kapan. Rumah juga rumah Om gue, lagian kan kalau gue di sini lu gak kesepian."
"Gak apa-apa Raka di sini Melodi, rumah jadi lebih ramai dan kamu juga punya temen."
"Iya ramai banget kaya pasar, sampe dia makan pun masih rame," sindir gadis berpakaian piyama pink bergambar kelinci itu. Melodi kalau di rumah memang tidak memakai hijab, tetapi tetap berpakaian sopan. Kecuali jika ada tamu barulah ia berhijab. Tamunya kecuali Raka.
Raka yang tengah mengunyah dengan brutal itu sontak menatap tidak terima pada Melodi.
"Tuh mulut kalau ngomong gak bisa ya sekali aja lembut, bawaannya ngajak tawuran mulu!" kesal Raka sudah berdiri.
Melodi membalas tatapan Raka lalu berdiri sambil berucap dengan nada ceme'eh, "Hilih baperan."
Melodi beranjak dari sana menuju kamarnya di lantai atas. 'Tak menghiraukan betapa kesalnya Raka dengan sikap Melodi saat ini.
***
Ratusan bahkan ribuan cahaya dari ibu kota Jakarta dapat Melodi lihat hanya dengan berdiri tegak di atas balkon kamarnya saat ini. Mata bulat coklatnya 'tak henti menatap indahnya cahaya-cahaya itu. Angin malam mulai berhembus, menerbangkan beberapa helaian surai hitam pekat itu. Melodi 'tak menghiraukan, bahkan hingga poni panjangnya diganggu ia tetap diam. Menikmati kesunyian malam, dimana bahkan hewan pun sudah tertidur malam ini.
Hatinya dilanda rasa dilema akhir-akhir ini. Ia gundah, mengingat perjanjian yang dilontarkan calon suaminya waktu itu. Perjanjian yang menghantuinya akhir-akhir ini.
'Gue harus gimana? Tetep berubah? Atau gini aja? Kenapa hati gue selalu ingin berubah tapi disisi lain gue takut perjanjian itu terlaksanain?' batin gadis itu.
"Huaaaa ...! Gue sebenernya kenapa sih!"
***
"Ka, Melodi sebenernya kenapa sih? Kok berubah drastis gitu?" tanya Diana merasa heran tetapi senang juga dengan perubahan tiba-tiba sang gadis.
"Paling trauma malaikat Izrail datang kemimpinya, Tante," balas Raka santai sambil menonton dengan mulut mengunyah apel.
"Heh! Mulut! Tante serius lho, Ka."
"Kayaknya kita berhasil, Bun," sahut Reno mengecilkan volume Tv mereka.
"Maksudnya, Yah?" tanya Diana tidak mengerti.
"Dareen udah ngebimbing anak kita ke jalan yang baik."
Diana tersenyum mengerti lalu mengangguk-angguk paham.
"Gak salah kita cari calon, Yah." Reno mengangguk sembari tersenyum juga.
"Eh, tapi Om. Om kenapa kok bisa kenal sama Bang Dareen?" tanya Raka ingin tau.
"Entahlah, tiba-tiba aja pas perusahaan Om bermasalah dia datang kekantor Om. Dia ngenalin dirinya siapa dan dia ngasih tau maksud kedatangannya sama Om. Dia mau bantu perusahaan Om dengan syarat minta Melodi buat jadi istrinya. Ya walau terdengar kejam Om tau kok mana yang baik buat Melodi. Om liat Dareen itu anak yang baik. Dia mapan, tampan sesuai selera anak muda jaman sekarang, gagah, sifatnya dewasa dan lembut. Makanya Om beri Melodi untuk dia dihari kelulusan putri Om besok," jelas Reno menatap meja sambil tersenyum.
"Dan satu lagi, dari cara dia menatap Melodi, Om ngerasa ada cinta yang tersimpan di sana. Om ngerasa Dareen sangat mengenal Melodi hingga dia tau banget kalau Om punya anak perempuan dan dia tau nama anak Om sebelum Om kasih tau."
Raka tersenyum samar, ikut menatap meja bening di ruang tamu itu sambil bergumam dalam hati, 'Dasar manusia transparan, susah banget nyembunyiin rasa di hatinya.'
TBC.