Chapter 3 - Kepedean

"Hari ini kita ulangan harian. Siapkan kertas dan pena di atas meja. Tidak boleh ada satupun buku, gak ada alasan pake buku buat alas kertas!" tegas Pak Tursin, guru fisika.

"Mampus! Gue gak belajar tadi malam! Ren ...."

"Apa? Gue juga gak belajar!" sahut Rena, membuat Melodi terdiam. Pupus sudah harapannya, jujur ia tidak menduga jika hari ini akan ada ulangan harian.

Pikiran Melodi seketika kosong, bingung ingin melakukan apa. Bayangkan saja, jam terakhir sekolah tiba-tiba gurunya mengadakan ulangan harian. Bagaimana tanggapan Melodi? Otaknya bahkan sudah tidak fresh!

"Cepat! Kenapa malah ribut?" tegas Pak Tursin, membuat semua siswa buru-buru mengeluarkan peralatan belajarnya.

***

Melodi berjalan ke parkiran dengan wajah memelas, ia sedang frustasi saat ini. Angka 25 dikertas ulangannya itu membuatnya merutuk-rutuk di dalam hati sedari tadi.

Merasa bodoh sekali. Bagaimana nanti kalau orang tuanya tau? Apa yang harus ia lakukan? Haissh ... mampus lah ia.

Lama melamun, membuatnya mendapatkan satu ide. Wajahnya kembali cerah.

Gadis itu berjalan menuju tong sampah. Melemparkan kertas yang sudah dikepal-kepalnya barusan. Dengan begini tidak akan ada yang tau berapa nilai ulangan yang ia dapat.

Melodi berjalan legah menuju gerbang sekolah, ingin segera memesan gojek.

"Melodi!" panggil sesorang, membuat Melodi menoleh saat sampai di didepan gerbang. Matanya menangkap seseorang tengah berdiri di samping sebuah mobil. Mobil yang tidak asing baginya. Dan yang memanggilnya itu sepertinya juga ia kenal.

Dareen, lelaki itu berjalan menuju Melodi. Dengan kemeja satin biru serta celana jeans hitamnya. Terlihat tampan.

"Ayo pulang!" menggandeng tangan Melodi, tetapi langsung ditepis oleh gadis itu.

"Siapa?" tanyanya, membuat Dareen menaikkan satu alisnya.

"Oh iya, kita sudah pernah ketemu, 'kan? Saya Dareen."

'Dareen? J-jadi dia orangnya?! Yang bener aja?! Laki-laki yang ngaku-ngaku kenal sama Ayah kemaren 'kan?' batin Melodi, 'tak menyangka.

"Kenapa?" tanya Dareen, memerhatikan Melodi yang tengah melamun.

"Eh enggak, disuruh Bunda ya?"

"Iya."

"Ya udah yok," balas Melodi. Baiklah, ia akan menurut sekarang. Malas juga menunggu gojek. Lagi pula Dareen jauh berbeda dari apa yang dia pikirkan.

***

Mobil Dareen berhenti tepat di depan rumah Melodi. Lelaki itu ikut keluar menyusul Melodi ingin masuk ke rumah.

"Mau ngapain lagi?" tanya Melodi, heran.

"Ikut masuk."

"Siapa yang nyuruh lo masuk?" gadis itu terlihat sinis menatap Dareen.

"Saya diundang Om Reno," balasnya, sopan.

"Oh." Melodi berjalan masuk, membiarkan pintu terbuka karena Dareen yang tengah mengekorinya dari belakang.

"Assalamu'alaikum," ucap Dareen, menyadarkan Melodi kalau ia belum mengucapkan salam tadi.

"Assalamu'alaikum," ucap Melodi juga akhirnya.

"Walaikumsalam. Eh, Dareen udah datang?"

"Iya Tante," jawab Dareen, tersenyum manis pada Diana. Melodi berjalan mendekati bundanya itu untuk mencium tangan Diana. Diikuti juga dengan Dareen, yang terlihat sangat sopan.

"Bun, Melodi ke atas dulu."

"Eh, tumben pake pamit segala. Biasanya juga main nyelonong aja," sindir Diana, karena biasanya Melodi langsung pergi ke kamarnya di lantai atas tanpa pamit.

"Ini salah, itu salah, semuanya aja cela. Males jadinya," gumam Melodi berjalan pergi dari sana. Dareen menggeleng menatap tingkah Melodi. Hatinya sudah menduga pasti Melodi sudah salah gaul. Makanya tidak sopan begitu.

"Maafin Melodi ya Dareen," ucap Diana, yang dibalas anggukan dan senyuman dari lelaki itu. Setelahnya Diana langsung mengajak Dareen ke ruang tamu menemui Reno.

***

Dilain tempat Melodi tengah duduk di meja belajarnya. Bukan untuk belajar, tetapi memainkan ponsel pintarnya.

Pacar

Pulang sama siapa tadi?

Mel kamu gak selingkuh, kan?

Selingkuh pala lu peyang!|

Gini-gini gue setia lho!|

Selow dong Yank, aku menduga

gini 'kan karena takut kehilanganmu

Iya-iya serah|

Btw yang tadi tuh siapa?

Temen Ayah|

Oh, gak selingkuhan, 'kan?

Mati aja deh lu Dit! Emosi gue|

Ngegas ih, orang cuma nanya|

Salah lu ngada-ngada|

Iya-iya, maaf

Hm.|

Yank, gak ngambek 'kan?

Gak|

Terus balesnya kok singkat?

Lah lu nanya nya gitu doang kok|

Hehehe iya-iya, makan sana! Love you

Melodi tersenyum tipis, lalu meletakkan ponselnya diatas meja. Dito tau saja dia belum makan tadi.

Tangannya meraih buku diary yang sudah lama tidak ia buka itu. Dilihatnya catatan-catatan didalam. Hingga pada catatan akhir, hatinya terasa seperti dihantam sesuatu. Hingga rasa dilema itu kembali menyelimutinya.

Harus Laksanain!

1. Shalat 5 waktu

2. Ngaji

3. Berhijab

4. Nilai ulangan 95 semua

5. Gak boleh pacaran!

23 Juni 2017

Melodi Auristela

Itu catatannya 3 tahun lalu, setelah tamat SMP tepatnya sebelum kenal Dito. Sengaja ia membuat itu untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Tetapi semuanya gagal ketika ia kenal Dito, rencananya 'tak terlaksanakan. Bahkan ia melanggar dengan berpacaran bersama Dito.

Memang benar apa yang Reno katakan sejak dulu, Dito membawa pengaruh buruk terhadap Melodi. Anak gadisnya itu menjadi jarang shalat, tidak mau berhijab, penampilan acak-acakan, dan bahkan tidak sopan pada orang tua. Gadis itu juga terlalu sibuk berpacaran hingga sekolahnya terbengkalai. Itulah yang membuat Reno benci dengan Dito.

Sedikit info tentang Dito, lelaki itu adalah siswa seangkatan dengan Melodi. Ketua geng ternakal di sekolah, tetapi tertampan juga di sekolah. Dito tampan tapi bodoh. Visual dan sifat coolnyalah yang membuat dirinya terkenal. Dia berandalan paling berpengaruh di sekolah, sehari tidak pernah tidak membuat kasus. Hampir sama dengan Melodi. Hanya saja Melodi tidak pernah tawuran seperti Dito. Ia bahkan pernah difitnah menghamili anak orang, tetapi tidak terbuktikan. Karena Dito hanya mencium, tidak menyentuh lebih. Entah siapa yang menghamili. Dito juga tidak tau. Kasus itu terjadi saat ia kelas 11, saat tengah berpacaran dengan Melodi. Kasus itulah yang sempat hampir menghancurkan hubungan Melodi dan Dito. Tetapi kembali baik seperti semula setelah Dito membuktikan bahwa ia tidak menyentuh perempuan yang hamil itu.

Ceklek!

Tiba-tiba pintu kamar itu dibuka, menghentikan lamunan Melodi. Gadis itu menoleh ke arah pintu, menemukan Diana yang tampak tengah mencarinya.

"Nak, kebawah, yuk!" ajak Diana.

"Gak ah Bun," balas Melodi menyusun buku diarynya kembali.

"Disuruh Ayah, lho, mumpung Dareen masih ada." Diana menaik turunkan alisnya, menggoda.

"Males Bun ...."

"Ya udah, nanti kalau dimarahin Ayah Bunda gak bantu lo," ancam Diana, membuat Melodi mendengus kesal.

Melodi bangkit dari duduknya, berjalan malas melewati bundanya yang berdiri di ambang pintu. Sementara Diana tengah menahan tawanya, rencananya akhirnya berhasil membuat Melodi turun ke bawah.

***

"Kamu bisa kan Reen?" tanya Reno, pada Dareen yang tengah duduk disofa dekatnya.

"InsyaAllah bisa Om," jawab Dareen, mengangguk yakin.

Kedua lelaki itu berbicara tanpa sadar Melodi tengah berjalan menuju mereka.

"Ada apa Yah?" tanya Melodi, malas.

"Bun, kenapa gak disuruh pakaiannya diganti dulu?" tanya Reno heran pada Diana.

Diana menepuk jidatnya karena kelupaan. Ditariknya tangan Melodi supaya ikut lagi dengannya. Membuat Melodi yang diseret mendengus sesekali memutar bola matanya kesal.

Diana membawa Melodi kekamar gadis itu, disuruhnya putrinya tersebut untuk duduk di kasur. Sementara ia tengah mengutak-atik lemari. Hampir saja ia lupa bahwa anaknya masih menggunakan seragam putih abu-abu.

"Kebiasaan banget sih gak ganti seragam dulu," celoteh Diana, membuat Melodi hanya menunduk. Malas sekali meladeni orang tuanya jika sudah cerewet begini.

"Nah dapat juga akhirnya," ucap Diana lagi, setelah menemukan pakaian yang ia cari. Baju kasual yang berukuran pas pada Melodi. Cantik dan cocok untuk ke mana-mana. Bajunya juga tidak terlalu terbuka. Sengaja dicarikan oleh Diana supaya tidak merusak mata yang melihatnya jika sempat Melodi yang mencari bajunya sendiri.

"Nih, pakai dan dandan yang cantik ya sayang, udah ditungguin di bawah tuh." Diana berjalan ke bawah setelah memberi baju tersebut pada Melodi.

Pintu kamar itu ditutup, menyisakan Melodi yang tengah memegang baju di hanger tersebut.

"Baju apaan nih? Kagak ada bagusnya. Sekalian aja suruh pakai gamis kalau gini," kesal Melodi, dengan terpaksa memakainya. Meski hatinya tidak menerima baju itu, tetapi dengan rasa keikhlasan yang penuh, gadis itu terpaksa memakainya. Ia takut jika nanti Reno memarahinya. Gini-gini Melodi masih sayang nyawa, lho ....

***

Perlahan gadis berambut digerai, dengan pakaian sederhana yang terlihat sopan itu berjalan menuju ruang tamu. Polesan make-up di wajahnya tambah membuat elegan penampilannya. Dia Melodi, dengan sejuta kemalasan menemui sang calon suami, katanya.

"Nah gini dong, baru sopan plus cantik. Ini baru anak Ayah," puji Reno, menatap kagum Melodi. Jadi selama ini Melodi anak siapa?

"Sini nak," panggil Diana. Melodi melangkah malas ke dekat Diana. Sesekali gadis itu menatap Dareen yang masih saja terpaku akan penampilannya.

'Udah dong njir liatnya, gue tau gue cantik. Jangan sampe ngences gitu, jijik gue,' batin gadis itu. Padahal nyatanya Dareen tidak ngences. Gitu-gitu lelaki itu masih jaga sikap, lho. Hancur reputasi orang ganteng kalau ngences di depan calon istri.

"Mau kemana sih, Yah? Pake beginian segala?" tanya Melodi to the point. Bingung sendiri dengan segala perintah kedua orang tuanya.

"Pergi keluar sama Dareen."

"Jadi Ayah mau ngusir Melodi?!"

"Bukan gitu Melodi, volume bicara kamu itu bisa dikecilin tidak jika berbicara dengan orang tua?" tanya Reno, membuat Melodi sadar dan takut dengan nada bicara Reno yang terdengar menekankan.

"M-maaf Yah."

"Dareen bakal bawa kamu keluar. Pendekatan ibaratnya."

"Hah?"

"Masih gak ngerti juga?" tanya Reno, mulai kesal.

"Eh iya-iya, tau kok. Ya udah ayok," ajak Melodi pada Dareen. Membuat kedua orang tua Melodi bingung, kesambet apa Melodi bisa mau-mau saja disuruh. Biasanya pasti ada saja alasan yang keluar dari mulutnya.

***

Mobil Dareen mulai berjalan, tidak tau entah kemana Melodi akan dibawa oleh lelaki itu.

Melodi sedari tadi hanya diam, sangat risih karena sedari tadi Dareen melirik-liriknya.

"Jangan lirik-lirik gue kenapa sih?!" kesal Melodi akhirnya, menatap sinis Dareen.

"Saya tidak lirik kamu," balas Dareen, membuat Melodi menatapnya heran.

"Terus liat apa kalau kagak liat gue?!"

"Saya liatin motor yang ngikutin mobil saya dari spion sebelah kamu," balas Dareen, membuat Melodi mati kutu. Kepedean sekali gadis itu ditatap oleh Dareen.

Melodi mengalihkan pandangannya melihat spion mobil Dareen. Seketika matanya membulat kaget.

"Dito?"

TBC.