Chapter 5 - Baper

Malam telah tiba, Melodi tengah berada di kamar merebahkan tubuhnya. Sedari tadi matanya 'tak pernah terlepas dari kain yang sedang ia pegang. Lebih tepatnya kerudung berwarna coklat pemberian Dareen tadi sore.

"Kerudungnya cantik, tapi kok makin lama liat ini gue makin ngerasa bersalah gitu ya?" gumam gadis itu. Melodi bangkit dari kasur lalu duduk menghadap meja rias miliknya. Dicobanya kerudung pasmina itu di wajahnya.

'Cantik,' batinnya, tanpa sadar ia tersenyum melihat pantulan wajahnya di cermin.

Ceklek!

"Mel kamu gak makan mal--" seketika Diana menghentikan perkataannya saat memergoki putrinya tengah memakai kerudung. Sementara Melodi dengan cepat melepas kerudung tersebut.

"Kok dilepas? Cantik tau ...," ujar Diana, mulai mendekati Melodi lalu kembali memakaikan kerudung gadis itu.

"Ihh ... Bunda lepas! Melodi belum siap!" pungkas Melodi, kembali melepaskan kerudungnya yang hampir selesai dipasangkan lagi oleh Diana.

"Siap gak siap itu wajib sayang, kamu harusnya sudah berhijab sejak dulu. Kamu harusnya menutupi dan menjaga aurat kamu sebagai hadiah untuk suami kamu diesok hari," nasehat Diana. Sebenarnya Diana ingin sekali melihat anaknya itu memakai hijab, bahkan sengaja ia memakai hijab didepan anaknya itu supaya Melodi mengikutinya.

"Kasih Melodi waktu ya, Bunda. Melodi bakal janji untuk makai kok," ucap Melodi yang membuat Diana tersenyum.

"Oke, Bunda tunggu. Asal jangan lama-lama, janji tetap janji lo sayang. Harus ditepati." Melodi mengangguk paham, lalu menatap wajahnya di cermin. Memang benar sih, baginya wajahnya juga jauh lebih cantik dan anggun jika memakai hijab.

"Ya udah ayo ke bawah, kita makan sama-sama," ajak Diana yang di-iyakan oleh gadis itu.

***

"Dia online, tapi kok gak ngechat ya?" gumam Melodi, menatap terus ponselnya yang menampilkan chatan dirinya dan Dareen kemarin. Aneh, padahal setiap malam lelaki itu selalu mengganggu ritual istirahat Melodi, tetapi kali ini tumben dia tidak mengganggu. Apa Dareen masih marah pada gadis itu?

"Eh tapi kok gue ngarep banget ya dichat dia?"

"Au ah males, bodoh banget gue nungguin chat dari orang sok ganteng kayak dia." Melodi meletak ponselnya di atas nakas. Tubuhnya kembali berbaring. Sudah sejak tadi ia makan malam, dan waktunya setelahnya hanya ia habiskan untuk melamun tidak jelas.

drrt drrt drrt

Ponsel Melodi tiba-tiba berdering, petanda ada yang menelpon.

Dengan cekatan gadis itu mengambil ponselnya lalu mencari tau siapa yang menelpon.

"Pasti Dia! Gue yakin!" gumamnya lalu menatap ponselnya. Dito, nama lelaki itulah yang terpampang dilayar. Membuat hati Melodi tiba-tiba kecewa. Bukan Dito yang Melodi harapkan.

"Hallo?"

"Lagi apa, sayang?"

"Belajar."

"Tumben rajin."

"Salah emang?"

"Hehehe enggak sih, btw besok ada acara gak?"

"Kenapa emang?"

"Mau ngajak main keluar lagi, lagian akhir-akhir ini kita jarang lo yank ada waktu berdua."

"Emmm kayaknya gak bisa deh, Dit."

"Kenapa?"

"Mau ke rumah nenek soalnya."

"Oh, ya udah kapan-kapan aja. Tidur sana, besok aku jemput sekolah."

"Oke, kamu juga tidur. Jangan main game mulu." Seakan tau hobbynya lelaki itu di tengah malam, gadis itu langsung melarang Dito untuk bermain game.

"Siap BosQ"

Tut ....

Panggilan tersebut dimatikan oleh Melodi. Entahlah, akhir-akhir ini ia sedikit tidak mood jika berbicara dengan Dito. Bahkan tadi ia sengaja berbohong untuk menghindari lelaki itu. Entah kenapa rasanya beban pikirannya selalu membuatnya tidak mood melakukan segala hal. Bahkan rasanya hidupnya ini sudah penuh dengan drama. Dijodohkan, disuruh tobat terus, dan diteror pacarnya terus hingga membuatnya selalu berbohong. Haissh ... sampai kapan gadis itu akan bertahan seperti ini.

Ting!

Notifikasi dari benda segi empat pipih itu berhasil memecahkan lamunan Melodi. Sesegera mungkin gadis itu memeriksa ponselnya, mencari tau siapakah seseorang yang rindu padanya hingga tiba-tiba mengechatnya malam-malam begini.

Om Dareen

Tidur.

Satu kata yang membuat Melodi berdebar 'tak karuan. Setelah marahan, sekarang lelaki itu menaruh setitik perhatian lagi untuknya. Lucu emang.

Tampaknya lelaki itu tengah memantau Melodi yang tengah online sejak tadi, makanya dia langsung negur.

Melodi tanpa sadar tersenyum sendiri, setelahnya jarinya dengan lihai menari di keyboard menuliskan balasan untuk Dareen.

Iya, yang nyuruh juga harus tidur|

Kalian tau bagaimana perasaan Dareen setelah menerima balasan Melodi. Lelaki itu menaikkan satu alisnya, setelah itu menggeleng sebentar, lalu membaca kembaliĀ pesan tersebut hingga 4 kali banyaknya. Lalu ....

"Aaaah!" pekiknya kelewat lebay di kamar. Lelaki itu berdiri di atas kasur lalu melompat-lompat tidak jelas. Setelah 5 menit berlalu hanya untuk melompat-lompat kegirangan, dirinya kembali duduk manis di kasur sambil mengatur ekspresinya. Kembali datar seperti sebelumnya, agar ketampanannya tidak luntur akibat mengingat kegilaannya tadi.

"Ekhem! Sejak kapan dia nyuruh-nyuruh gitu? Apa ini termasuk salah satu perhatiannya? Hissh ... mendebarkan sekali rasanya," gumamnya meraba dadanya, merasakan tidak selownya jantung itu berdetak.

Mungkin memang benar ini sebuah perhatian kecil dari Melodi, tetapi sangat besar dan berharga bagi Dareen. Bahkan ekspresi lelaki itu sudah seperti bocah yang mendapat sepeda dari presiden Jokowi.

Ya sudah sana tidur, saya tidur kalau kamu sudah off.

Ya udah gue tidur dulu, good night|

Lagi-lagi lelaki itu dibuat baper oleh balasan Melodi. Tubuhnya bahkan saat ini sudah berguling kesana-kemari di atas kasur. Bibirnya 'tak henti-hentinya tersenyum manis.

"Aaaah makin cinta aja rasanya!" pekik lelaki itu. Gila memang, tidak hanya kalian yang heran. Bahkan nyamuk yang ingin menggigitnya tadipun menghindar karena takut gila setelah menghisap darahnya.

***

Pagi telah tiba, Melodi tengah menyantap roti selai yang dibuatkan oleh Bunda Diana. Sengaja ia minta buatkan roti selai saja karena tidak ingin terlambat ke sekolah. Semua ini terjadi karena gadis itu yang terlambat bangun.

"Maaf permisi Non Melodi, ada cowok di luar sedang nungguin Non Melodi katanya," ucap Bik Sumi, kelewat sopan karena segan mengganggu aktivitas makan keluarga itu.

"Oh, iya nanti Melodi susulin keluar, Bik. Makasih." Melodi terlihat tergesa-gesa memakan rotinya setelah ke-pergian Bik Sumi. Setelah selesai, gadis itu segera meminum susunya.

"Berangkat sekolah sama anak itu lagi?" tanya Reno terdengar dingin.

Iya."

"Melodi, kamu itu sudah dijodohkan. Tolong dengarkan kata Ayah. Meski kamu belum cinta sama Dareen, setidaknya jaga hati anak itu," ujar Reno.

"Melodi cuma berangkat bareng, Yah. Lagian juga Om Dareen mana cinta sama Melodi. Jadi gak baperan lah kalau Melodi deket sama Dito."

"Jangan panggil Om! Dia itu bukan Om kamu, tapi calon suami kamu!"

"Lagi pula, manusia di dunia ini kepalanya saja yang sama hitam. Cara berfikirnya tidak, ya kalau kamu ngira Dareen gak bakal gitu. Tapi lain halnya dengan Dareen, bisa saja Dareen benar-benar tidak suka," tegas Reno, membuat Melodi mendengus kesal lalu pergi begitu saja. Dari gerak-gerik gadis itu terlihat ia sedang kesal.

"Haissh ... dasar anak itu! Sejak kenal yang namanya Dito itu, hilang rasa sopannya pada orang tua," ucap Reno menahan emosi. Sementara Diana terlihat berjalan ke-arahnya seraya mengelus pundak Reno.

"Sabar, Ayah ... percayakan segalanya pada Dareen. Anak kita pasti akan berubah," ujar Diana lembut.

***

Melodi keluar dari rumahnya, wajahnya terlihat masam. Setelah kejadian tadi hatinya terus merutuk-rutuk. Kenapa sih orang tuanya selalu membenci kekasihnya itu, padahal ia rasa Dito orangnya baik-baik saja. Tidak pernah mencelakai ataupun berniat jahat sedikitpun pada keluarganya.

"Pagi-pagi kok udah masam tuh muka?" tegur Dito, memerhatikan raut wajah gadis itu.

"Bukannya ngucapin good morning atau apa gitu, tapi malah ngekritik orang aja. Buat orang makin down tau gak lu!" kesal Melodi. Membuat Dito berfikir anak itu bertengkar dengan siapa lagi, hingga ia jadinya yang kena imbasnya.

"Ya udahlah ayok pergi!" Dito langsung menggandeng tangan Melodi, membuat gadis itu tertarik lebih dekat ke-arahnya.

Bug!

Suara ditutupnya pintu mobil itu membuat langkah mereka yang ingin menuju motor Dito terhenti. Itu suara pintu mobil Dareen, sedangkan sang pemilik baru saja keluar dari mobilnya.

"Melodi berangkat dengan saya!" tegas Dareen kelewat dingin. Tatapan tajamnya yang membuat Melodi merasa terjebak akan dilema. Pergi tidak enak, tidak pergi takut. Ia diam saja. Tidak tahan dengan tatapan mengintimidasi itu.

"Belagak bener lu! Sepupu rasa suami, kagak tau diri amat," balas Dito menantang.

Deg

Entah kenapa perkataan Dito tadi bagaikan ribuan panah yang menusuk di hati Dareen. Secara tidak langsung ia merasa tidak dianggap oleh Melodi sebagai calon suami gadis itu. Kata 'Sepupu' yang dilontarkan Dito benar-benar membuatnya kecewa pada Melodi. Tanpa bertanya siapa yang memberi tau Dito bahwa ia sepupu Melodi-pun Dareen sudah menduga. Pasti gadis itu yang memberi nama panggilan baru itu padanya.

"Yuk lah, Mel! Telat ntar." Dito menarik paksa Melodi yang tengah diam tadinya.

"Jangan bawa calon istri saya!"

TBC .