"Aku punya reputasi di sini."
"Dam, kau harus bisa mengalahkan egomu untuk hal yang satu ini."
"Aku tidak bisa, terlalu berisiko kalau aku memaksakan diriku untuk jujur tentang rasaku"
"Kau tidak ingin mengatakan kepadanya tentang apa yang kau rasakan selama ini. Aku tahu Dam, kau sangat mencintainya, Fara."
"Apa kau benar-benar mendukungku untuk mengatakannya. Aku takut duniaku berubah jika aku mengatakannya. Kau tahu.."
"Aku sangat tahu tentang dirimu, sangat. Dan aku tak ingin selamanya kau seperti ini, hanya terus memandangnya dan terus memandangnya tanpa pernah mendekat."
"Alif, aku tak bisa. Sungguh."
"Lalu sampai kapan kau terus seperti ini?"
"Aku sendiri tak tahu."
"Kau jangan menjadi seorang pengecut."
"Aku akan bertunangan dengan wanita lain."
"Apa? Seperti inikah seorang Adam. Aku tahu kau tidak akan pernah bisa melupakan Fara dalam hidupmu. Kau seorang pencinta sejati, aku mengenalmu, dengan sangat STANLEY ADAM SIAHAAN. Semenjak kejadian di kantin rumah sakit aku baru sadar kalau kau sangat mencintainya, tatapan matamu, binar matamu dan semua gerak tubuhmu tidak bisa menipu mataku wahai Adam."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Aku yakin kau bisa, perjuangkan cintamu atau kau akan menyesal seumur hidupmu."
"Ayahku, Ibuku, dan keluargaku. Aku tidak bisa meninggalkan mereka demi kesenanganku sendiri. Aku tidak bisa menutup mata melihat orang-orang yang mencintaiku terluka. Dan aku tahu, bulan depan pertunangan itu dilaksanakan. Ayahku kini telah sembuh, tapi bukan berarti aku harus mengelak dan melarikan diri dari tanggung jawabku sebagai seorang anak dan aku sudah terlanjur berjanji kepada mereka bahwa aku menerima perjodohan itu."
"Kau gila Adam, bagaimana dengan perasaanmu sendiri. Aku yakin kau tidak akan bisa hidup bahagia. Hei... kau..."
"Lif, terlalu banyak yang akan terluka dengan semua kejujuranku terhadap perasaanku kepada Fara. Aku harap kau bisa memegang rahasia ini seumur hidupmu kepadanya, biarlah kusimpan rasa ini dalam kesendirianku dan aku telah terlanjur menyerahkan hidupku demi kebahagian mereka semua."
"Aku tidak pernah mengatakan kau harus menjadi seorang anak yang durhaka, aku hanya ingin kau mengatakan dengan jujur tentang perasaanmu itu saja. Aku tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang tanpa pernah bisa mengungkapkannya."
"Kau sahabatku Lif, maukah kau menjaga Fara."
"Kau gila, aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri. Dan aku sangat berharap kau bisa melindunginya, aku yakin Fara pun memiliki rasa terhadapmu."
"Aku tidak yakin dengan rasa ini Lif, karena aku belum bisa sepenuhnya menjadi seperti yang Fara inginkan. Kau tahu, aku dan Fara bagai langit dan bumi. Dan aku, telah berusaha dengan memahami semua tentang keyakinannya tapi aku terlalu lama untuk bisa memahami semua."
"Kau hanya butuh proses, aku tidak mengatakan kau harus menikahinya. Aku hanya ingin kau mengungkapkan perasaanmu itu saja. Agar jiwamu tenang."
"Aku tak bisa, jangan kau paksa aku untuk melakukan sesuatu yang tak bisa aku lakukan."
"Baiklah, aku mengerti perasaanmu. Tapi, aku berharap kau bisa memiikirkan kembali keputusanmu."
"Aku berharap keputusan yang ku ambil jalan terbaik untuk semuanya."
Masih teringat perbincanganku dengan Alif di rumah sakit tengah malam ketika pasca ayahku dioperasi dan Alif menemaniku hingga pagi di ruang tunggu. Ayah dirawat di rumah sakit hampir tiga minggu dan sudah diperbolehkan pulang setelah ia benar-benar sehat.
Alif sangat perhatian dan ia memang seorang teman yang sangat mengenal diriku. Perkataannya memang benar, setidaknya aku harus mengatakan tentang perasaanku terhadap Fara. Tapi tetap saja aku tidak bisa, biarlah seperti ini jalan hidupku. Aku tidak ingin semua berubah.
----
Ayahku telah kembali ke rumah dan tengah menjalani terapi ditemani ibuku yang selalu setia ke manapun ayah pergi. Tentang perusahaan, aku tidak diijinkan ayah untuk mengundurkan diri dan bekerja di kantor ayah.
Ayah tidak ingin aku melepaskan profesiku sebagai dokter. Ayah tetap datang ke kantor seminggu dua kali dan jika ada keperluan manajer ayah yang datang kerumah dan ibu menjadi sekretaris ayah selama ini.
Dan adikku sebentar lagi wisuda mendapat gelar sarjana ekonomi dan setelah itu ia akan membantu ayah. Perjanjian pertunangan ku dengan Ester tidak akan berubah dan saat ini hampir tujuh puluh lima persen telah berjalan dengan baik, minggu depan acara pertunangan itu dilaksanakan.
Aku sendiri mengiyakan perjanjian itu walau awalnya ayah sangat menentang tapi aku menjelaskan kepada ayahku apa yang aku lakukan adalah semata-mata keihklasan atas takdirku sendiri.
Dan ayah tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya ingin semuanya seperti semula tidak ada yang berubah. Aku menjadi seorang anak yang berbakti dan tentang Fara, biarlah kusimpan rasa itu sendiri.
Yang aku tahu, semua telah berada pada posisi masing-masing. Cukup lama aku memikirkan semuanya, aku tidak boleh egois dengan hanya memikirkan diriku sendiri.
Ibuku salah satu wanita terhebat mengorbankan hidupnya demi orang-orang yang ia cintai. Aku sebagai putranya bagaimana mungkin aku tak bisa melakukan hal yang sama seperti dirinya.
Tapi Dam… apa benar kau bisa menerima semua ini?
Ah, Plis!
Jangan racuni aku, hei Adam!
Kata-kata itu terus terngiang dipikiranku..
.
.
.