Chereads / implicit: it's just you and me / Chapter 24 - (Karena) aku tidak mau ketahuan.

Chapter 24 - (Karena) aku tidak mau ketahuan.

***Sudut Pandang Hana***

Pagi hari ini, aku baru saja disewakan. Selama satu hari, oleh seseorang yang membuatku. Aku tidak habis pikir, mengapa dia dengan teganya memberikan anaknya kepada orang lain semudah itu?

Tahta bisa membuat orang menjadi gila.

Tidak punya hati.

Sudah hilang rasa kemanusiaan di bumi ini.

Lantas aku berpikir,

Mengapa aku rela ikut dengannya?

Jangan salahkan aku.

Yah, sebenarnya kamu bisa salahkan aku.

Tapi kamu harus mengerti, Rey.

Ini tak seperti yang pikirkan.

Rey, apa kau ingat?

Saat Pesimis hari pertama.

Sore hari itu, aku pulang ke rumahku untuk mengambil kostum yang tertinggal di rumah bersama Amanda. Setelah itu, aku bertemu Faris untuk pertama kali sejak kami putus. Lalu aku kembali ke sekolah.

Pada saat aku di sekolah, pasti dia memasangnya.

Memang licik.

Setelah pulang sekolah, kami memesan pizza. Moodku menjadi lebih baik karena Rey, kami lalu bercinta, dan saling memuaskan. Tapi siapa sangka bahwa momen itu diabadikan menjadi benda fisik.

Ya, direkam.

Saat Faris menghubungiku ketika aku berada di rumah Rey. Dia memberikanku sebuah tautan. Isinya adalah hasil rekaman aku yang sedang bercinta dengan Rey. Hal itu membuat jantungku hampir berhenti. Sudut pandang kamera itu adalah dari sebelah kiri ranjangku, yang mana terdapat rak di sana. Wajah aku dan Rey jelas terlihat, siapapun yang melihatnya pasti langsung mengenali.

Oleh karena itu aku meminta Rey untuk mengantarku ke apartemen. Aku sudah kehilangan akal. Aku mencari-cari di mana kameranya di letakan. Namun aku tidak menemukannya, tentu saja sudah diambil Faris kembali sebelum aku menyadarinya. Kejadian itu sudah terjadi cukup lama. Saat itu aku berpikir, bagaimana cara Faris bisa masuk ke apartemenku dan meletakkan kamera di sana? Tapi aku langsung sadar, Faris bukanlah orang biasa. Dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Dia mempunyai kekuasaan. Faris memang anak bangsawan, ayahnya bisa dibilang salah satu orang paling kaya di negeri ini, bahkan dua puluh besar di dunia. Dengan uang sebanyak itu, tidak ada apapun yang dia tidak bisa dapatkan.

Lagipula, sudah terlambat untuk menyesalinya. Sekarang aku harus menurutinya demi diriku dan juga Rey. Di sini lah aku, berada di kasur yang luas diantara kamar yang super megah nan mewah miliknya. Namun bukan pertama kalinya aku pernah ke sini. Dulu saat kami masih berpacaran, kami seringkali menghabiskan waktu di sini.

Ya, seks. Apa lagi?

Melihat kamarnya ini mengingatkanku bahwa dulu aku hanyalah kotoran kecil di ruangan luas serta mewah ini. Aku bukanlah siapa-siapa, hanya alat pelampiasan untuk seseorang yang ditolak oleh orang lain. Dulu dia pernah dijodohkan oleh ibunya dengan anak bangsawan lainnya, namun wanita itu menolak, Faris juga tidak tertarik.

Itu adalah sebuah kebohongan.

Faktanya Faris semakin terobsesi dengan wanita yang menolaknya, dia merasa semakin sulit untuk mendapatkannya, maka semakin menarik. Disitulah aku masuk ke dalam hidupnya, menjadi pelampiasan obsesi dan nafsu. Aku kira pelampiasannya kepadaku juga berarti mencintaiku, tapi seberapa banyak, seberapa dalam, atau seberapa sering dia memenuhi mulutku dengan spermanya, dia tidak pernah menciumku. Pada waktu itu aku tidak sadar apa itu cinta yang sesungguhnya, tapi aku tahu bahwa dia hanya memanfaatkanku. Meski begitu, aku tidak lari darinya, karena dia memberikan kepuasaan yang belum pernah orang berikan padaku sebelumnya. Aku mempunyai kelainan dalam seks, bisa dibilang aku candu akan seks karena trauma saat aku kecil. Ya, oleh orang tua yang pedofil. Jadi, aku merasa sama-sama menang, lagipula ku pikir cinta itu hanya sekedar seks, karena orang yang melakukan seks pasti saling cinta bukan?

Ternyata aku salah.

Setelah tahu wanita kesukaannya pindah ke luar negeri, tanpa pikir panjang Faris langsung memutuskan untuk pindah ke luar negeri juga. Aku kira dia membutuhkanku, namun apa katanya? "Kamu adalah pelacur pribadi milikku. Kamu adalah budak, sekarang aku bebaskan kamu."

Saat itu adalah ketika kami SMP, aku tidak tahu apa itu cinta, tapi aku tahu apa itu pelacur. Dengan begitu hatiku sangat hancur. Aku tidak mau lagi memiliki hubungan pacaran dengan seseorang.

Sampai aku bertemu dengan Rey.

Ya cukup lama aku berpikir, hingga akhirnya dia selesai mandi. Ya, kami melakukannya. Dia memaksaku untuk membuatnya ejakulasi dengan tanganku, ya, Handjob, sementara dia menjilati payudaraku. Aku merasa sangat kotor, melakukan ini dengan orang lain selain Rey. Entah mengapa baru kali ini aku merasa ternodai.

"Sudah mandi kan? Sekarang aku mau pulang.." ujarku.

"Mau kemana sih buru-buru amat, masih tengah hari seperti ini.." jawabnya.

"Aku mau istirahat, tanganku pegal-pegal.."

"Ya, salah siapa? Kan kamu sendiri yang nolak buat blowjob.."

"Kamu ini, gaada terima kasihnya. Aku mau pulang!"

Tiba-tiba dia dengan cepat mendekatiku dan mencium bibirku dengan nafsunya. Tak lama, aku langsung mendorongnya untuk melepaskan ciumannya.

"Apa-apaan sih?!"

"Apa? Cuma cium doang.."

"Pelecehan seksual!"

"Oh gitu? Jadi video ini bukan pelecehan seksual?" Ujarnya sembari menunjuk gambar yang muncul di televisi besarnya.

Skak mat.

Aku langsung terdiam tidak bisa mengelak.

"Dasar rakyat jelata. Bagaimana orang-orang bisa mengganggap bahwa dengan status 'pacaran' artinya legal untuk seks? Mindset kalian bodoh semua, pantas saja negeri ini ga pernah maju.." hinanya.

"Terserah lah. Izinkanku pulang!"

"Masih belum. Aku masih belum puas cuma ciuman doang loh!"

Aku tiba-tiba teringat, dulu dia tidak pernah sekalipun menciumku. Namun saat hujan dan sekarang dia menciumku, apa artinya dia sekarang punya rasa kepadaku?

"Kamu memang engga pernah puas.." keluhku.

"Yap, benar sekali.." sahutnya dan mendekatiku serta merangkulku.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu datang lagi? Padahal kamu sudah pergi dan mendapatkan wanita yang kau inginkan itu bukan?" Tanyaku dengan kesal

"Bagaimana ya, dia tidak seperti yang kupikirkan. Setelah dapat, ya rasanya tidak sama lagi.."

"Lalu kenapa kembali kepadaku? Aku sudah punya pacar padahal.."

"Aku tahu, aku hanya butuh sehari. Aku janji ini akan menjadi yang terakhir.., setelah ini kamu bisa kembali dengan Rey lagi.."

"Hah? Kenapa?? Kenapa harus aku?? Kan banyak wanita yang bisa memuaskanmu lebih dariku.."

Tanpa sadar, sepertinya, aku mulai terlena.

"Tidak bisa. Harus kamu. Cuma kamu yang bisa, Hana.."

Mengapa jantungku berdetak dengan keras?

"Mengapa cuma aku?"

"Aku tidak tahu. Hanya saja ada yang ku tidak mengerti darimu, aku masih terbayang-bayang olehmu.."

Sial. Aku memang gampangan.

"Ya sudah, untuk terakhir kalinya. Sini buka celanamu."

Faris lalu membuka celananya, tidak kusangka penisnya masih ereksi setelah tadi sudah ejakulasi. Lalu Faris membuka celanaku, dia melanjutkanya dengan membuka celana dalamku. Tapi sepertinya ada yang aneh, dia melihat vaginaku, tapi tidak merebahkan tubuhnya untuk posisi menjilat.

"Eh? Apa yang kamu mau lakukan?" Tanyaku.

"Mau masukin lah.." sahutnya.

"Eh?! Maksudnya mau masukin ke lubangku?

"Iya lah, apa lagi?"

Aku baru tersadar. Aku mengira kita akan melakukan gaya 69, tapi sepertinya bukan itu yang dia pikirkan.

"Eh bentar! Aku tidak mau! Bahkan aku sama Rey belum pernah!"

"Karena itu aku selalu jadi yang pertama bukan? Saat blowjob juga, aku yang pertama kali diblowjob oleh kamu.."

Dia lalu mulai mendekatkan penisnya ke mulut vaginaku. Aku mencoba menahan tubuhnya dan melawannya. Namun dia menahan kedua tanganku.

"Jangan!! Hentikan!!!"

Aku lalu menutup selangkanganku dengan kedua pahaku, namun pinggang Faris terus memaksa untuk bisa masuk lebih dalam lagi. Semakin lama, semakin dekat penisnya dengan vaginaku.

"Berhenti! Faris!!!"

Tiba-tiba telfon rumahnya berbunyi. Dia lalu membatalkannya dan menjawab telfon tersebut. Aku panik dan segera memakai kembali celana dalamku.

"Kenapa sih? Aku sedang sibuk! Jangan diganggu!"

.....

"Eh teman? Ah bodoamat siapapun, aku sedang tidak mau ditemui siapapun!"

.....

"Oh begitu ya? Hmm, baiklah. Suruh dia masuk!"

"Siapa? Ayahmu pulang?" Tanyaku.

"Bukan. Tapi pacarmu."

Rey?

Dia datang?

Benarkah?

Tanpa sengaja, kedatangannya itu menyelamatkanku.

Terima kasih, Rey.

Ayo jemput aku.

"Tapi tidak semudah itu. Hmm, justru akan menarik bukan?" Ujar Faris.

"Hah? Apa maksudmu?! Biarkan aku pulang! Pacarku sudah jemput!" Geramku.

"Iya boleh, kalau pacarmu itu bisa mengalahkanku!"

Apa lagi yang Faris mau?

Mengalahkannya?

Dia pastinya ingin bertanding dengan Rey.

Sial.

Rey sudah masuk ke dalam kandang singa.

Aku salah.

Rey tidak menyelamatkanku, dia justru bunuh diri masuk ke sini.

Faris punya seribu cara untuk menang.

Apalagi dia sekarang punya kartu as.

Semoga Rey tahu apa yang dia akan lakukan.