Chereads / implicit: it's just you and me / Chapter 8 - Festival Kebebasan.

Chapter 8 - Festival Kebebasan.

***Sudut Pandang Rey***

"Rey, apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?" Tanya Hana.

"Gapapa kok, hanya masalah kecil aja..., Udah ya aku mau tidur. Udah ngantuk. Kamu juga tidur..." Sahutku.

Sampai segitu saja percakapan kami di telfon malam itu.

Hana setelah sampai rumah, dia dengan lugunya menelfonku dan menawarkan bantuannya.

Memangnya apa yang bisa ia lakukan?

Bukannya aku tidak mau bantuannya, tapi karena memang tidak ada yang bisa dia bantu. Masalahku sudah tidak memiliki jalan keluar. Hanya menunggu waktunya hancur seketika.

*****

Hampir dua Minggu telah kami melakukan apa yang disebut dengan pacaran. Entah dari mana, orang sekelas tahu bahwa kita sudah berpacaran. Pada akhirnya kami mengakuinya juga.

Mau bagaimana lagi kan?

Lagipula aku tidak keberatan, aku benar-benar mencintainya. Hana adalah yang pertama bagiku, aku seringkali tidak tahu harus apa. Pertemuan kami aja udah aneh, biasanya di film-film mereka bertemu dengan cara yang romantis, tapi kami bertemu dengan cara seks. Apa seks termasuk romantis juga?

Kami selalu berangkat bersama untuk ke sekolah, seperti hari ini. Aku sedang berada di ruang tengahnya menunggu Hana selesai bersiap-siap. Ketika dia keluar, kami langsung berciuman. Entah kenapa, sejak seminggu lalu Hana meminta hal ini setiap ingin berangkat ke sekolah. Katanya untuk memberikannya semangat. Kami lalu berangkat menuju sekolah dengan berjalan kaki. Terdapat peraturan dimana siswa tidak boleh membawa kendaraan, lagipula jarak rumah ke sekolah tidaklah jauh.

Saat kami di jalan, Hana tiba-tiba memberikanku sebuah kunci. Itu adalah kunci rumahnya.

"Eh, ini untuk apa?" Tanyaku.

"Untuk membuka hatiku." Ujarnya.

Aku tersipu dengan kata-katanya.

"Ma-maksudnya?"

"Aku gombal loh, gimana?"

"Wah, biasa aja..,"

"Hmm, tapi Rey mukanya merah.."

"Ya jelas lah.., lagipula ini untuk apa?"

"Ini adalah duplikat kunci rumahku, jadi sekarang kamu bisa masuk ke rumahku.."

"Oh, begitu ya..., Dasar.."

Aku paham maksudnya.

Seminggu ini aku selalu menjadi alarm berjalan untuknya. Ya, setiap pagi aku harus mengetuk pintu rumahnya agar dia bangun pagi. Selain itu dia ingin aku membuat bekal, tapi seringkali waktunya tidak cukup. Membuat kami beberapakali datang terlambat, karena itu juga orang sekelas sadar ada yang janggal pada kami. Bahwa kami berpacaran.

Setelah adanya kunci ini, aku bisa membangunkannya lebih awal, dan juga membuat bekal dengan waktu yang cukup. Jadi itu maksudnya memberi kunci duplikat kepadaku.

Dasar nakal.

Hana itu memang seperti anak yang manja, dia agak pemalas, tapi pintar. Terkadang dia juga nafsuan, aku paham jika kecanduan, tapi apa sangat sensitif? Berulang kali aku tak sengaja menyentuh dadanya atau tempat yang lain, lalu dia langsung memintaku untuk menjilatinya. Bukannya aku keberatan, tapi aku hanya tekejut, baru pertama kali bagiku untuk berpacaran, dan mendapatkan cewek seperti Hana.

Bagiku dia sangat sempurna.

Saat di sekolahpun kami sering mencuri waktu untuk berpegangan tangan, saat istirahat, bahkan saat pelajaran berlangsung. Setelah pulang sekolahpun kami sering menghabiskan waktu bersama di apartemen Hana, mencoba hal-hal yang orang lakukan saat berpacaran. Kami sangat penasaran, seperti malam ini kami mencoba berciuman dengan menggunakan Pocky. Hana menjepit stik Pocky itu dengan kedua bibirnya sembari menutup matanya, akupun lalu mengigit stik itu sedikit-sedikit sampai bibir kami berdua semakin berdekatan dan akhirnya kami berciuman.

"Bagaimana rasanya?" Tanyaku.

"Rasanya manis, dan beda dari biasanya. Ayo kita coba lagi.." ujar Hana.

Kami lalu mencobanya berkali-kali hingga Pockynya habis. Setelah habis, kami berdua merebahkan diri di kasur, kami berdua berpelukan sembari tiduran.

Kelon. Ya, itu namanya.

Rasanya sangat nikmat, sangat nyaman. Sekali kau melakukannya, tidak ingin melepasnya. Kulit Hana sangat halus, tak bosan aku menyentuh dan mengelusnya. Suhu AC yang rendah membuat kami saling tidak ingin melepaskan satu sama lain. Aku lalu teringat bahwa besok kita akan pergi ke Festival Jepang yang waktu itu Hana ingin kunjungi.

"Oh ya, mending kamu tidur sekarang. Biar besok bangun pagi. Engga kena macet.." ujarku.

"Yaudah, Rey nginep aja di sini. Biar besok bangun pagi.." sahut Hana.

"Gabisa dong, aku kan ga bawa baju buat ganti.., aku pulang dulu ya.."

"Ish, gaboleh. Buat aku tidur dulu...."

Mau bagaimana lagi kan?

Aku menuruti kemauannya, aku lalu mengelus-elusnya dan mendekapnya dengan halus. Pastinya dengan begini Hana akan cepat terlelap. Tapi tidak kusangka bahwa aku juga akan terlelap.

Saat aku terbangun matahari sudah sangat terang, Hana masih tertidur di dekapanku. Aku lalu mencoba untuk melepas dekapannya dan mencari ponselku. Ternyata kita sudah sangat kesiangan, tertulis 09.47 di ponselku. Aku lalu membangunkan Hana segera. Setelah Hana bangun aku langsung bergegas untuk pergi ke rumahku untuk mandi dan berganti baju.

*****

Kami sudah sangat terlambat, aku membawa motor dengan sangat terburu-buru. Beberapa kali kami hampir saja bertabrakan dengan kendaraan lainnya. Iya, emang salahku di sini. Setelah sampai di Festival Jepang yang Hana ingin itu, kami langsung bergegas memasuki parkiran motor yang berbentuk spiral itu. Aku parkir di lantai paling atas. Ternyata masih banyak lahan parkir yang tersedia. Lalu sembari menaruh helm di spion motor, aku melihat Hana yang terlihat masih tegang.

Aku memegang tangannya, lalu berkata "Maaf ya, Hana. Aku kira tempatnya akan ramai..."

"Tidak apa-apa, lagipula santai aja. Ini kan kampus, parkirannya luas."

Ya, Festival Jepang itu adalah di kampus negeri di Jakarta. Hana bilang event Jepang di kampus paling besar adalah di kampus ini. Kami turun dari parkiran itu menggunakan lift yang ada. Sejak turun dari lift itu, Hana tidak melepaskan tanganku. Benar saja, saat kami mulai menuju lapangan utamanya, banyak sekali orang yang memenuhi tempat itu. Terlihat sesak, pastinya jika tidak memegang erat Hana, pastinya kami akan terpisah. Kami mendekati jalan masuknya, di sana ada wanita yang menandai tangan kami berdua dengan stempel.

Saat masuk ke dalam, terlihat di sebelah kanan kami banyak sekali tenda yang berisi berbagai macam barang-barang yang berhubungan dengan Anime. Dari gantungan kunci, figure, poster, baju, jaket, pin, hingga dakimakura. Hana memberitahu bahwa dakimakura itu semacam bantal guling yang bergambar karakter anime, dia bilang itu untuk para fans yang sangat mencintai karakter idolanya. Aku tidak bisa mengerti bagaimana memeluk bantal bisa menggantikan memeluk manusia yang nyata. Hana sangat tertarik dengan hal-hal itu, dia juga membeli beberapa yang ada di sini. Walaupun begitu, menurutku yang Hana beli tidaklah lebay seperti orang lain.

Setelah menelusuri berbagai kios yang menjual souvernir, kami akhirnya sampai di lapangan utama. Di sana ada panggung besar, sedang ada penampilan dari peserta dance cover. Kami berdiri di sana cukup lama melihat kompetisinya hingga pada akhirnya Hana mengajakku untuk membeli makan. Harus kuakui jajanan Jepang di sini sangat nikmat, banyak sekali yang bisa kupelajari untuk lain kali aku masak untuk Hana. Sembari menikmati makanan, aku mengajak Hana berbicara.

"Hana, bagaimana rasanya mempunyai acara di mana semua Fandom berkumpul sepemikiran begini?" Tanyaku.

"Eh? Pertanyaanmu sulit juga ya..." Sahutnya.

"Engga kok.."

"Gimana ya, seru aja. Sudah sejak lama aku ingin ikut acara seperti ini. Hmm, kamu juga ada kan acara seperti ini? Comic-Con!"

"Ya emang ada sih, tapi orang-orangnya engga seantusias ini. Lagipula jarang banget fans film yang begitu antusias. Mereka semua bergaya dewasa dan menjaga citra."

"Hmm, itu kenapa aku suka anime! Mereka lebih bisa melepaskan ekspresi! Malah menurutku Anime lebih menyentuh perasaan daripada film."

"Ya itu karena anime itu adalah seri yang memiliki durasi yang panjang totalnya. Sedangkan film hanya memiliki durasi yang lebih sedikit.."

"Benar juga sih.."

Setelah selesai makan, kami kembali berkeliling untuk melihat-lihat hal yang lain. Selagi kami berkeliling, aku mengambil gambar Hana berkali-kali. Dia juga sering memintaku untuk memfotonya dengan cosplayer, dia bilang bahwa cosplayernya sedang menirukan karakter di Suzumiya Haruhi, beberapa di antaranya adalah cowok. Tapi ada sesuatu yang berbeda kurasakan.

Kok aku ngerasa cemburu ya?

Hari semakin sore, kami menemukan seperti tanaman bambu yang diikat dengan banyak kertas berwarna. Kata Hana ini adalah tempat untuk menuliskan doa, tapi dia lupa apa namanya dalam bahasa Jepang.

Sembari menulis, Hana bertanya kepadaku.

"Oh ya, Rey. Ulang tahunmu tanggal berapa?"

"Ah, tanggal 15 September.." sahutku.

"Lah? Itu kan seminggu lalu? Kok kamu engga bilang..."

"Yah, engga ada juga yang akan ngerayain.."

"Tetap saja.."

Lalu kami melanjutkan untuk menuliskan doa kami, aku berharap semoga hubungan kami bisa terus bertahan hingga menikah.

Ya, aku ingin menikahi Hana.

Aku belum pernah mempunyai hubungan sebelumnya, namun saat aku memilikinya rasanya aku ingin serius. Rasanya aku tidak rela jika Hana dimiliki orang lain, harus aku yang menikahinya. Tidak lama, Hana bilang kepadaku dia ingin pergi ke toilet sebentar. Sembari menunggunya, aku mengabadikan gambar dari keramaian Festival Jepang ini, aku memfoto banyak cosplayer yang terlihat keren dan seperti nyata. Setelah cukup lama menunggunya, Hana lalu kembali. Dia mengajakku ke tempat yang lebih sepi, lalu dia memberikanku sebuah kotak kecil.

"Apa ini?" Tanyaku.

"Ah, i-ini hadiah dariku.." sahut Hana dengan malu-malu.

"Hadiah?"

"Iya, hadiah ulang tahun untukmu.."

Aku membukanya, ternyata yang ada di dalamnya adalah sepasang cincin. Tapi bukan sekedar cincin biasa, tapi ini adalah cincin nama. Ada nama kami di salah satu cincinnya. Aku tersenyum kepadanya. Aku belum pernah mendapatkan hadiah seromantis ini, hatiku terasa sangat berdebar-debar. Aku lalu mendekatkan diriku ke kepalanya. Aku mencium keningnya.

"Terima kasih, Hana. Ini adalah Hadiah terbaik" kataku.

"Itu engga seberapa kok, aku membuatnya di salah satu kios tadi.."

"Ini sangat berharga loh.."

Aku lalu mengambil satu cincin dan memakaikannya di jari manis Hana. Lalu Hana juga mengambil satu cincin dan memakaikannya juga di jari manisku. Aku memakai cincin yang bertuliskan 'Hana' sedangkan Hana memakai cincin yang bertuliskan 'Reyan'. Kami lalu melanjutkan menonton berbagai penampilan yang ada di panggung utama sampai malam hari.

"Apa kamu punya harapan untuk ulang tahunmu ini, Rey?" Tanya Hana sembari memegang tanganku.

"Harapan? Apa ya...., Aku juga belum tahu." Sahutku.

"Kalau aku berharap kita bisa terus begini.." kata Hana.

Aku tersenyum kepadanya.

"Iya, aku juga. Aku ingin terus langgeng denganmu, Hana.."

Lalu muncul kembang api yang meledak bergantian di langit. Banyak sekali kembang api yang terlihat, terlihat sangat indah. Seperti bunga yang bermekaran di langit, penuh warna, dan sangat membuat hati berdecak kagum. Aku melihat Hana di sebelahku, akupun tersadar. Mungkin ini adalah pertama kalinya Hana melihat kembang api, dia juga bilang ini pertama kalinya dia ke acara Jepang seperti ini.

Alasannya apa? Aku rasa karena dia tidak mempunyai teman.

Aku juga paham bahwa Anime adalah pelarian bagi Hana. Teman-teman yang dipercaya olehnya, guru yang dia kira akan melindunginya, dan semua orang yang dia dulunya kenal, mengkhianati Hana. Karena itu Hana trauma, dia tidak bisa lagi mempercayai orang lain. Anime lah yang menjadi temannya, dia tidak memiliki yang lainnya.

Tunggu dulu...

Tapi dia bisa terbuka denganku, walaupun cara kami bertemu aneh. Itu artinya Hana masih bisa kembali seperti dahulu kala! Dia masih bisa memiliki teman kembali, aku akan membantunya, aku akan membuatnya memiliki teman kembali.

"Eh, Hana..." Panggilku.

"Hmm? Ada apa Rey?" Jawabnya.

"Kamu mau tahu apa harapanku pada ulang tahunku?"

"Tentu saja, aku ingin tahu.."

"Kalau begitu.., aku berharap untuk kamu bisa memiliki teman-teman seperti dulu.."

Hana lalu melihatku dengan terdiam. Sepertinya permintaanku itu terlalu tiba-tiba terhadapnya, hingga dia diam seperti itu.

Apakah aku benar?

Apakah permintaanku terlalu sulit untuk Hana lakukan?

Atau apakah aku salah?